Matahari sore menyinari taman sepi itu.
Seberkas cahaya mengenai wajah cantik Angel yang tengah duduk di bawah salah satu pohon di situ.
Angel tidak menangis, tidak sama sekali. Dia hanya memandang kosong danau di hadapannya, tangannya mencabut-cabut rumput di sekitarnya. Nafasnya berat seolah menahan tangis.
Memikirkan keluarganya yang jauh dari kata harmonis membuatnya semakin tertekan, bisakah seseorang memberitahu Angel apa yang lebih menyakitkan dari tidak diakui oleh keluargamu? Apa yang lebih sakit dari apa yang dihadapi Angel saat ini?
Angel, gadis yang terlihat sangat kuat di luarnya, gadis yang selalu tangguh, gadis yang selalu menampakan senyumnya, gadis yang tidak pernah menangis di hadapan orang lain.
Namun tidak ada satu orang pun yang menyangka, ada sejuta luka di balik senyum manis yang selalu ditebar gadis itu.
Semua orang tahu, perempuan adalah seseorang yang sangat pandai menyembunyikan lukanya dibalik senyum. Perempuan selalu bisa mengatakan pada semua orang bahwa dia baik-baik saja. Perempuan sangat jago mengenakan topeng, menyembunyikan luka-luka yang dipendamnya, itu semua yang dilakukan Angel setiap harinya.
Tapi ... kenapa di saat Angel sedang jatuh tidak ada yang ingin membantunya berdiri?
Apakah tidak ada yang benar-benar tulus menyayanginya?
Apakah tidak ada yang ingin mengulurkan tangan untuknya?
Angel menutup matanya, menghela napas panjang, napasnya terasa berat, dadanya terasa sesak dan sakit di saat yang bersamaan.
Tepat saat Angel membuka mata, sebuah tangan terulur di depan matanya, sejenak Angel termenung.
Apakah Tuhan mengabulkan permintaannya saat ini?
Angel mendongak, menatap siapa yang mengulurkan untuknya, dan saat mata Angel dan matanya bertemu, Angel terdiam.
Alain.
Untuk saat ini, Angel sadar tentang satu hal.
Di saat orang lain menjauhi Angel, hanya Alain yang mendekatinya, di saat semua orang ingin Angel pergi dari dunia ini, hanya Alain yang memintanya untuk tinggal, di saat tidak ada seorang pun yang ingin mengulurkan tangan untuk Angel, hanya Alain yang bersedia.
Tanpa Angel sadari, selama ini hanya Alain yang berada di sampingnya.
"Gue tahu kok, lo lagi butuh seseorang untuk berdiri lagi." kata Alain.
Alain tersenyum menatap Angel, tangannya masih setia terulur, menunggu Angel menggapainya.
Angel bungkam, perlahan tapi pasti tangannya menggapai tangan Alain, menggenggamnya erat seolah-olah tidak ingin kehilangan genggaman itu.
Alain kembali tersenyum saat Angel menggenggam tangannya, dia menarik tangan Angel hingga Angel berdiri di hadapannya.
Saat mata Alain kembali menatap mata Angel, Alain terdiam sesaat.
Pandangan mata Angel kosong, namun Alain bisa melihat sejuta luka tersembunyi di sana, rasanya hati Alain terasa diiris-iris saat ini.
Alain membawa Angel duduk di bangku taman. Dia dan Angel duduk berdampingan, tangan Alain masih menggenggam erat tangan Angel.
"Angel, gue tahu kalau gue nggak tahu apa-apa tentang masalah yang lo hadapi, tapi percaya sama gue, gue janji gue akan selalu ada di samping lo, gue janji." kata Alain sungguh-sugguh.
Angel menatap Alain mencari kebohongan di matanya namun nihil, hanya ada kejujuran di sana.
Napas Angel kembali terasa berat, dia menahan tangisnya sekuat tenaga.
Entah dia harus bahagia atau malu atas sikap Alain, dia tidak tahu. Angel lalu membuang muka.
Alain memegang kedua bahu Angel, membuat Angel mau tidak mau harus kembali menatap Alain, sekali lagi, Alain tersenyum.
"Kalo mau nangis, ya nangis aja, Angel. Nggak baik nahan-nahan tangis,"
Dan dengan itu tangis Angel pecah, bukan tangis histeris, tapi tangis pilu yang sarat akan kepedihan, membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasakan sakit yang Angel rasakan.
Perlahan, tangan Alain mulai merengkuh tubuh Angel, mendekapnya erat seolah mengatakan bahwa dia siap melindungi Angel setiap saat.
Dan tanpa diduga oleh Alain, Angel membalas pelukan itu sambil menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Alain.
Tangan Alain mengelus rambut Angel, rambut favoritnya, sambil membisikan kata-kata penenang.
Cukup lama Angel menangis dipelukannya, Alain merasakan tangis Angel mereda, walaupun Angel masih sesenggukan, hal itu membuat Alain kembali merasakan dadanya sesak.
"Angel," panggil Alain lembut, tapi tidak ada yang menyaut.
Alain meregangkan pelukannya dan menemukan wajah damai Angel yang tertidur.
Alain tersenyum sedih, bahkan di saat Angel tertidur dia tetap sesenggukan menandakan bahwa tangisnya tadi bukan tangis biasa.
Alain menggendong tubuh Angel ala bridal, lalu dia membawa Angel ke mobilnya dan tancap gas menuju rumah Angel.
Alain kembali menggendong Angel lalu memencet bel rumah Angel. Seorang wanita paruh baya yang sepertinya pembantu rumah tangga yang membuka pintu.
"Ya ampun, Non Angel kenapa?" tanyanya panik.
Alain tersenyum. "Nggak papa kok Bi, dia ketiduran, boleh saya bawa ke kamarnya?"
Wanita itu menghembuskan napas lega. "Boleh-boleh Den, bawa aja ke kamar tamu di dekat dapur itu ya, Den, soalnya Non Angel selalu ngunci kamarnya, dan saya nggak tahu kuncinya di mana." jelasnya.
Alain mengangguk dan membawa Angel ke kamar tamu, dia merebahkan tubuh Angel dengan hati-hati.
Dia tersenyum, perlahan dia menunduk, mengecup kening Angel singkat lalu berbisik.
"Gue janji, gue akan selalu ada di samping lo, Angel. Lo boleh pegang janji gue."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Teen FictionPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...