Saat keluar dari kamar rawat Angel, Alain mendapati Julian, Bintang, dan Megan yang memandangnya bingung.
"Al— lo kenapa?" tanya Bintang.
Alain tersenyum tipis, dia menggeleng pelan lalu mengambil tempat duduk di samping Megan. Megan menepuk bahu Alain untuk menguatkannya.
"Om Raka sama tante Diandra kemana?" tanya Alain.
"Tadi sih katanya mereka mau urus administrasi, tapi kayaknya mereka langsung pulang untuk istirahat deh. Kasian juga mereka, habis dari bandara tadi langsung kesini, pasti mereka berdua capek banget." jelas Julian.
Alain menganggukan kepalanya pertanda dia mengerti. "Lo nggak pulang, Kak? Ini udah malem banget,"
"Gue mau jagain Angel." jawab Julian.
Alain menggeleng kecil. "Kalian pulang aja, biar gue yang jagain dia. Mumpung besok libur, gue mau nginep aja di sini."
"Emang nggak papa, Al? Orang tua elo?" tanya Megan.
Alain kembali menggeleng kecil. "Nggak papa, kok. Masalah izin itu urusan belakang."
"Yaudah, gue sama Bintang duluan ya, Al. Tolong jagain Angel, kalo ada apa-apa hubungin gue," Julian bangkit dari duduknya lalu menarik tangan Bintang dan mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit.
"Gue juga, Al. Duluan, ya." kata Megan.
"Eh, bareng gue aja."
Megan mengernyit. "Bukannya elo mau jagain Angel?"
"Gue mau pulang gantian dulu, sekalian mau izin. Jadi, mending gue anterin lo dulu, lagipula kita searah 'kan?"
Megan mengangguk kecil. "Yaudah, deh. Ayok, berangkat sekarang,"
Alain mengangguk lalu berjalan berdampingan dengan Megan menuju parkiran rumah sakit.
Alain dan Megan segera masuk ke dalam mobil Alain, lalu Alain segera tancap gas menuju rumah Megan.
Mobil Alain berhenti di depan rumah Megan, tapi Megan tidak juga turun dari mobil Alain.
Alain memandang bingung ke arah Megan yang masih bergeming di tempat. "Lo ke—"
"Sekarang cerita sama gue." potong Megan langsung.
Alain mengernyit bingung, dia tidak paham.
"Cerita sama gue, Al. Kenapa lo nangis?" Alain tertegun, Megan selalu tau dirinya.
"Gue .... gue cuma takut, Meg."
Megan hampir saja memutar bola matanya andai saja dia tidak ingat kondisi Alain saat ini. "Takut apa sih, Al?"
"Dia bicara sama gue seolah-olah dia mau ninggalin gue, Meg. Gue takut dia bakal ninggalin gue beneran." suara Alain kembali terdengar bergetar.
"Al, lo itu ga boleh pesimis gitu dong, lo kan tahu sendiri Angel it—"
"TAPI DIA BAKAL NINGGALIN GUE!"
Megan tersentak kaget, Alain berteriak di hadapannya bersamaan dengan cairan bening yang kembali keluar dari mata hazel itu.
"D—dia bakal ninggalin gue, Meg. Tolong tahan dia, bilang sama dia supaya dia nggak ninggalin gue sendirian. Tahan dia, Megan." lirihan Alain terdengar sangat menyakitkan di telinga Megan.
Megan langsung membawa Alain kedalam pelukannya, pelukan seorang sahabat.
"Gue ingetin sekali lagi ya, Al. Ajal itu ada di tangan Tuhan. Bukan di tangan elo, Angel, ataupun dokter. Jadi lo harus optimis."
"Tapi dia bakal ninggalin gue, Meg."
Megan menghela napas berat. "Gini aja deh, Al. Kalo emang udah waktunya dia pergi, tolong ikhlas, Al. Jangan buat dia sedih." Megan melepas pelukannya lalu menghapus air mata Alain.
"Tap—"
"Udah! Nggak ada tapi-tapian! Mending sekarang lo pulang, mandi, terus balik ke rumah sakit, jagain Angel, Oke?" Megan tersenyum.
Alain tersenyum kecil melihat Megan yang menguatkannya.
Lalu Megan keluar dari mobil Alain dan Alain langsung tancap gas menuju ke rumahnya.
••
Alain mematut dirinya di depan kaca, dia memakai baju lengan panjang berwarna hitam dengan bawahan jeans berwarna hitam juga.
Alain telah meminta izin kepada orang tuanya tadi, dan untungnya mereka mengizinkan Alain.
Setelah merasa dirinya siap, Alain keluar kamar, menuju ke mobilnya dan segera tancap gas menuju rumah sakit tempat Angel dirawat.
Alain memarkir mobilnya di parkiran rumah sakit. Dia turun dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar rawat Angel.
Alain membuka pintu kamar rawat Angel secara perlahan, setelah masuk dia kembali menutup pintu. Alain berjalan mendekati ranjang Angel, dia tersenyum tipis sambil memandang wajah pucat Angel.
Puas memandangi Angel, Alain berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya di sana, beberapa saat kemudian, Alain segera menyusul Angel ke alam mimpi.
••
Alain membuka matanya perlahan, dia melirik ke jendela, sudah subuh. Alain bangkit dari sofa, dia berjalan menuju kamar mandi di kamar rawat Angel untuk cuci muka.
Setelah selesai, Alain berjalan ke arah jendela lalu membuka gorden jendela, belum ada sinar matahari yang masuk karena hari yang masih agak gelap.
Alain berjalan mendekati ranjang Angel.
"Selamat pagi, Angel."
Hening.
Alain tersenyum tipis sambil memandang wajah tenang dan damai milik Angel, perlahan Alain membungkukan badannya lalu dia mengecup kening Angel, agak lama.
"I love you ... so much."
Setelah mengucapkan itu, Alain berjalan keluar kamar Angel. Dia menutup pintu lalu bersandar di tembok tepat di samping pintu. Matanya menatap kosong ke arah sepatunya.
Perlahan tubuh Alain meluruh ke lantai, bersamaan dengan air mata yang meluruh di pipinya, napasnya tersenggal. Rasanya ada sesuatu yang menancap di hatinya, membuatnya terasa sangat sakit.
Beberapa saat kemudian, seorang dokter dan beberapa suster datang dan segera masuk ke kamar rawat Angel, disusul dengan keluarga Angel, dengan Diandra yang menangis dipelukan Raka dan Julian yang juga meneteskan air mata di belakangnya.
Tidak berselang lama, Megan dan Bintang datang menyusul dengan Bintang yang menangis tersedu-sedu.
Megan yang melihat Alain yang sedang terduduk sambil terisak langsung membawa Alain ke dalam pelukannya.
Satu hal yang Alain tahu pasti.
Angel.
Angelnya.
Telah pergi.
Selamanya.
***
[A/N] *Senyum evil*
vomment ya sayang-sayangnya Nana ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Teen FictionPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...