Alain duduk dengan gelisah di bangkunya, sesekali dia melirik bangku di sampingnya lalu melirik jam.
Bel pulang akan berbunyi lima menit lagi tapi bagi Alain itu rasanya seperti berabad-abad lagi.
Kringgg.. Kringgg..
Alain menghela napas lega, dia mengambil tasnya yang sudah dipersiapkan dari sepuluh menit sebelumnya lalu segera keluar tanpa menunggu guru menutup pelajaran.
Katakanlah Alain tidak sopan atau apa, tapi saat ini dia benar-benar sangat khawatir.
Tiga hari ini Angel tidak masuk sekolah, dia tidak menelfon, sms, line, intinya dia tidak menghubungi Alain selama tiga hari ini, Angel bagai hilang ditelan bumi dan itu benar-benar membuat Alain seperti orang kehilangan arah.
Alain mengendari mobilnya menuju rumah Angel, dia hampir saja menabrak seorang pengendara motor, tapi dia seolah-olah tuli untuk mendengar cacian para pengendara lain, tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya saat ini.
Alain memarkir mobilnya di halaman rumah megah Angel. Dia memencet bel, tidak lama seseorang berbadan tegap keluar dan menatap Alain dengan pandangan bingungnya.
"Siapa?" tanya orang itu.
Alain tersenyum. "Alain, pacarnya Angel," jawabnya dengan sopan.
"Oh, gue Julian. Ada apa ya?"
"Angelnya ada?"
Julian mengernyit bingung. "Lah, emang dia nggak sekolah?"
"Nggak, udah tiga hari ini dia nggak sekolah, gue telponin, sms, semuanya udah gue coba tapi nggak ada satupun yang direspon." jelas Alain.
Julian terhenyak, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Ti— tiga hari?"
Alain mengangguk.
Perasaan Julian tidak enak, tiga hari yang lalu dia mendengar suara teriakan di sertai benda jatuh dari arah kamar Angel, tapi dia terlalu malas untuk perduli.
"Kak Julian?" Alain mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Julian.
Julian tersentak lalu berlari ke dalam rumah membuat Alain ikut-ikutan berlari mengikuti Julian yang ternyata berlari menuju kamar Angel.
Perasaan Alain semakin tidak enak.
Julian menggedor pintu kamar Angel. "Angel? Angel buka pintunya! ANGEL BUKA PINTUNYA!"
Julian terus berteriak sembari menggedor pintu kamar Angel tapi tidak ada yang merespon. Alain hanya bisa diam mematung tidak jauh dari pintu kamar Angel, matanya menatap kosong ke arah Julian, ada sesuatu di dalam dirinya yang mengatakan bahwa Angel tidak baik-baik saja.
Julian menatap Alain, dan Alain bisa melihat kekhawatiran yang teramat sangat di mata Julian.
"Bantu gue, kita dobrak pintu ini, oke?"
Alain mengangguk dan bersiap membantu Julian untuk mendobrak pintu kamar Angel.
"1... 2... 3,"
BRAK!
Pintu tidak terbuka, Alain dan Julian menghela napas. "Sekali lagi, oke?" kata Julian dan Alain mengangguk.
"1... 2... 3,"
BRAKK!
Gelap.
Kegelapan yang menyambut Alain dan Julian saat pintu kamar Angel terbuka. Julian masuk ke dalam kamar diikuti Alain.
Julian menyalakan lampu dan dia kembali terhenyak, sedangkan Alain sudah tidak bisa berbicara apa-apa lagi, tubuhnya kaku seolah ada paku yang menahannya agar tidak bergerak.Kamar Angel jauh dari kata rapih, barang-barang tidak berada di tempatnya, dan tepat di depan Alain dan Julian, Angel tergeletak mengenaskan.
Dengan tergesa-gesa, Julian menghampiri Angel sedangkan Alain masih mematung di tempat.
"Angel?! ANGEL?! ANGEL BANGUN!" Julian berteriak sambil mengguncang tubuh Angel. Tapi, tidak ada pergerakan sama sekali.
Tanpa berpikir panjang, Julian menggendong Angel dan membawanya ke mobil, melihat itu Alain segera mengikuti Julian dan mereka membawa Angel ke rumah sakit.
Mereka bahkan tidak menyadari, betapa banyaknya harapan Angel yang tertempel di dinding.
••
"Bagaimana keadaan adik saya, dok?" tanya Julian ketika dokter keluar dari ruangan Angel di periksa.
Dokter itu tersenyum. "Mari ikut keruangan saya," Julian mengangguk dan hendak berjalan namun Alain menahannya.
"Gue ikut." kata Alain.
Julian kembali mengangguk dan segera mengikuti dokter itu ke ruangannya.
Dokter tersebut duduk di kursinya, di depannya ada Julian dan Alain yang harap-harap cemas menunggu kepastian tentang kondisi Angel.
"Perkenalkan nama saya dokter Brahman, saya dokter yang menangani Nona Angel selama ini," intro dokter Brahman.
"Menangani Angel selama ini? Maksudnya?" tanya Alain.
Dokter Brahman tersenyum. "Selama ini Nona Angel selalu berkonsultasi ke saya...."
"Konsultasi? Konsultasi apa?" tanya Julian tidak sabaran.
Dokter Brahman tersenyum lagi. "Nona Angel mengidap penyakit kanker, tepatnya kanker otak,"
"A— apa?" Julian menggeleng pelan lalu tertawa hambar, "ini nggak lucu." lanjut Julian dengan nada yang lebih terkesan dingin.
"Saya sedang tidak bercanda. Nona Angel sudah mengidap penyakit ini dari setahun yang lalu, saya selalu membujuk agar dia melakukan kemoterapi tapi dia selalu tetap pada pendiriannya. Dia tidak ingin kemoterapi atau pun pengobatan lainnya." jelas Dokter Brahman.
Julian kembali menggeleng. "INI NGGAK LUCU!" bentaknya lalu keluar dari ruangan dokter Brahman.
"Apa masih ada peluang untuk sembuh, dok?" Alain yang sedari tadi diam, akhirnya buka suara.
Dokter Brahman tersenyum. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin,"
Alain balas tersenyum pahit. "Kalau begitu, saya permisi, dok." lalu Alain keluar dari ruangan dokter Brahman, dia duduk di kursi tunggu di depan ruangan Angel.
"Kenapa harus Angel?" bisiknya lirih.
Rasanya ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya.
***
[A/N] I'm back!!! Yeyeye lalalala yeyeyeye #apaansih
Sorry ya slow update #nangiskejer
Oemjiii helowwww 570++ votes?! 2K viewers?! Realy?! Thank you so so sooooo much guyssss! I love you!
Jangan lupa vomment ya!
Ketjup basah dari author ketjeh pacarnya Niall James Horan #plak
KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Teen FictionPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...