Angel berlari meninggalkan pelataran sekolah, dia menghentikan taksi dan memberitahu alamatnya lalu duduk dengan lemas di dalam taksi, tangannya dipenuhi dengan tisu yang sudah berwarna merah.
Angel mengadah, menahan agar mimisannya berhenti, supir taksi yang melihat itu segera memberikan tisu yang berada di depannya karena tisu di tangan Angel sudah berwarna merah pekat dan Angel menerima itu dengan cepat.
30 menit kemudian taksi yang ditumpangi Angel memasuki halaman rumah Angel. Angel segera membayar dan turun dari taksi.
Tangan Angel masih memegang tisu dan menutupi hidungnya, Angel mengernyit heran karena banyak mobil di halaman rumahnya.
Bukannya Mama sama Papa lagi ke kerja ya? Kok rame banget?
Angel segera melangkahkan kakinya ke dalam rumah, kepalanya terasa berdenyut-denyut.
Setelah sampai di ruang tengah barulah Angel mengerti kenapa banyak mobil di halaman rumahnya, ternyata Julian sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Angel berdiri mematung di pintu ruang tengah, memandangi Julian yang sedang bercanda tawa dengan teman-temannya, perasaan sakit sekarang bukan hanya di kepalanya, tapi juga di hatinya.
Melihat Julian yang lebih peduli terhadap teman-temannya membuat hati Angel terasa dihantam sebuah batu besar. Sakit.
Tanpa Angel sadari seorang teman Julian melihatnya.
"Eh, lo siapa?" tanya gadis itu.
Angel hanya diam, dadanya terasa semakin sesak saat mengetahui bahwa ternyata Julian enggan memperkenalkan dirinya di hadapan teman-temannya.
Sekarang semua orang menatapnya.
Angel diam, berpikir keras, sebenarnya apa salahnya selama ini? Kenapa Julian begitu membencinya?"Woy! lo siapa?!" tanya gadis itu lagi dengan sewot dan sedkit membentak, Angel tersentak, rasa sakit di kepalanya semakin parah.
"Udahlah Luna, mungkin dia cuma salah alamat," kata seorang cowok kepada gadis bernama Luna tadi.
"Gue nggak salah alamat." kata Angel datar membuat emosi gadis bernama Luna itu naik ke ubun-ubun.
"Eh lo tuh ya, nggak usah banyak bacot, lo tuh masih bocah, kalo lo ke sini cuma buat ganggu kita-kita, mending lo pergi deh!" kats Luna dengan emosi yang tertahan.
"Harus banget ya gue pergi?" datar Angel, dia menaikan satu alisnya.
Luna berdecak jengkel karena Angel benar-bener mengganggu kesenangan mereka.
"Heh?! Anak nggak tahu diri kayak lo itu gak usah sok gitu deh, palingan juga lo iri karna nggak bisa buat acara kayak gini kan?! Pasti lo cuma anak pemulung dekat sini ya kan?! Liat aja baju lo tuh, ih lusuh gitu!" Luna meremehkan.
Angel melirik seragam sekolahnya, memang terlihat lusuh karena keringat Angel yang sedari tadi bercucuran, kondisi Angel yang acak-acakkan membuat kesan lusuh itu bertambah.
Angel melirik Julian yang menegang karena ucapan Luna, Angel tersenyum miring.
Kalo gue anak pemulung, berarti Kak Julian juga anak pemulung. Batinnya.
"Gue nggak iri ya sama pesta jadi-jadian kayak gini, lagipula palingan ini dibuat pake uang orang tua, cih, gak ada kerjaan lain apa selain buang-buang duit kayak gini." balas Angel dingin.
"Eh! Nggak usah banyak bacot lo! Kalo iri ya iri aja! Nggak usah ngeles!" balas Luna dengan emosi yang meletup-letup.
Angel mengepalkan tangannya, berusaha agar tetap tenang.
Ini rumah gue, kenapa gue gak boleh masuk?!
"Ini ru—"
"Keluar."
Angel terdiam, menatap seseorang yang baru saja memotong ucapannya.
Julian.
"Kenapa gue harus kelu—"
"KELUAR!"
Angel terdiam kaku, begitupula semua yang berada di ruangan itu.
Kak Julian bentak gue?! Salah gue apa sebenernya?!
Dengan rasa sakit yang tertahan di hatinya Angel melangkah keluar.
BRAK!
Angel membanting pintu, lalu berjalan gontai menjauhi rumahnya, terik matahari menyambutnya, untungnya mimisannya sudah berhenti, tinggal rasa sakit di kepalanya saja yang masih terasa.
Kaki Angel berhenti di sebuah taman, taman ini terlihat rindang dan sepi.
Di komplek perumahan ini ada dua taman, yang satu adalah taman bunga yang selalu ramai setiap hari dan yang satunya lagi adalah taman di hadapan Angel saat ini.
Taman sepi dengan pohon-pohon rindang yang mengelilingi sebuah danau buatan.
Angel melangkahkan kakinya menuju sebuah pohon besar di pinggir danau, dia duduk di sana, menyenderkan kepalanya di pohon dan menutup matanya, mencoba untuk meredam rasa sakit di kepalanya.
Dan pada akhirnya aku tahu bahwa di dunia ini emang nggak ada yang menginginkan aku, pada akhrinya aku sadar bahwa aku benar-benar sendirian di dunia gelap ini.
***
[A/N] Hai readers gue tercinta, tersayang, terbaik dan bla bla bla. Tahukah kalian? Vote dan comment merupakan vitamin untuk para penulis amatir sejenis gue, menurut riset yang gue lakukan terhadap— ah elah apa ini?
Oke maafkan diriku, sejujurnya gue lagi gabut (KENAPA GUE CURHAT?!)
Intinya vomment, itu aja deh byeee :*
![](https://img.wattpad.com/cover/63452258-288-k553344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Roman pour AdolescentsPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...