Di sebuah ruangan yang bernuansa putih-putih itu terlihat seorang gadis yang tengah duduk tenang di hadapan seorang pria berjas putih yang bernotabene dokter.
Dokter tersebut tengah membaca sebuah berkas, kacamatanya terlihat lusuh, dia menghela napas berat sebelum menatap gadis berekspresi datar di hadapannya.
"Nona, anda yakin tidak ingin melakukan kemoterapi?"
Gadis itu hanya mengangguk dengan wajah datarnya membuat dokter itu kembali menghela napas berat.
"Tapi Nona, anda masih sangat muda, anda masih punya kesempatan untuk sembuh walupun kurang dari 50%, kanker yang menggerogoti otak anda sudah berbahaya Nona," jelas dokter itu lagi, tapi gadis di hadapannya ini tetap pada pendiriannya.
"Untuk apa saya sembuh kalau nggak ada yang menginginkan saya sembuh?" tanya gadis itu sarkastik.
"Baiklah Nona, itu semua adalah keputusan anda, mungkin mulai saat ini dan seterusnya anda akan sering merasakan sakit kepala yang hebat dan sering mimisan, anda juga tidak boleh lelah karena fisik anda semakin lemah," jelas dokter itu yang hanya ditanggapi anggukan datar dari gadis di hadapannya ini, seolah-olah yang diucapkan dokter tadi adalah candaan.
"Saya akan menuliskan resep untuk meredam rasa sakit yang anda rasakan nanti, silahkan tebus di apotek, Nona." Dokter itu menyerahkan secarik kertas kepada gadis di hadapannya, gadis itu segera mengambil kertas tersebut lalu segera keluar dari ruangan ini tanpa sepatah kata pun.
••
Angel berjalan menyusuri koridor sekolah, berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini ekpresinya datar dan tatapannya kosong, namun aura dingin itu terpancar jelas darinya. Dia juga tidak membalas sapaan orang-orang yang biasa menyapanya.
Angel memasuki kelas, duduk di kursinya tanpa memperdulikan Alain yang terlihat mencibirnya.
"Nggak usah sok-sok dingin gitu deh, nggak cocok tahu." kata Alain, terselip sedikit nada humor di sana, tapi Angel sama sekali tidak menanggapi Alain, menatap Alain pun tidak.
Namun Alain tetap gencar menjahili Angel.
"Woy Angel, nggak usah datar-datar gitu deh, nggak cocok buat lo tahu!" kata Alain lagi namun sedikit sewot, tapi Angel tetap tidak menggubrisnya, malahan sekarang Angel membenamkan kepalanya di antara kedua tangannya yang terlipat di atas meja.
Alain yang melihat itu menghela napas pendek, lalu dia mulai melakukan kebiasaannya beberapa hari belakangan, memainkan rambut Angel.
Alain terus-terussan mengajak Angel berbicara dengan tangannya yang memainkan rambut Angel, entah kenapa kali ini Angel merasa terusik.
Angel kembali duduk tegak, lalu menatap Alain tajam. "Sehari aja lo nggak ganggu gue bisa nggak sih?" katanya tajam.
Alain menggeleng polos. "Nggak bisa, kalo gue nggak gangguin lo, rasanya ada yang kurang."
Angel mengerang, bukan karena kesal, tapi rasa sakit itu datang, namun yang ada dipikiran Alain dia berhasil mengerjai Angel.
"Sehari aja, please jangan ganggu gue," kata Angel penuh penekanan.
"Nggak bisa, Angel." kata Alain polos, yang tentunya merupakan salah satu cara untuk menjahili Angel hari ini.
BRAK!
Angel menggebrak meja, membuat Alain terpengarah dan membuat seluruh murid di kelas memusatkan perhatiannya pada Angel dan Alain.
Angel mengerang dalam hati, rasa sakit di kepalanya semakin parah, membuatnya ingin menjambak rambutnya sendiri, tapi dia urungkan, dia tidak boleh terlihat lemah di hapadapan semua orang.
Dia menatap Alain tajam.
"Lo kenapa?" tanya Alain dengan polosnya, membuat emosi Angel naik ke ubun-ubun.
"SEHARI AJA LO NGGAK GANGGU GUE BISA GAK SIH?!" tekan Angel, nyaris berteriak.
Angel kembali mengerang sambil menekan kepalanya. Alain tiba-tiba memucat. Bukan karena bentakan Angel, mata Alain menatap hidung Angel.
"Angel?" tenggorokan Alain terasa tercekat.
"Apa?!" jawab Angel kelewat sewot.
Alain menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya. "Hi—hidung lo." katanya terbata seraya menunjuk hidung Angel.
Refleks, Angel memegang hidungnya yang terasa basah, lalu melihat tangannya yang baru saja menyentuh bawah hidungnya, dan Angel terpengarah.
Darah.
"Shit!" umpatnya.
Angel segera mengambil tasnya dan berlari keluar kelas dengan tangan yang menutupi hidungnya sendiri.
Baru saja Alain ingin mengejar Angel, tapi bel masuk sudah berbunyi diikuti dengan seorang guru yang masuk ke kelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Teen FictionPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...