Angel memasuki kelas seperti hari-hari biasanya, dia segera duduk di bangkunya.
Alain sudah duduk di sampingnya dengan dagu yang ditopang di tangannya yang terlipat di atas meja, Angel yang melihat itu hanya mengangkat bahu acuh.
Setelah beberapa menit duduk, Angel baru mengernyit heran karena hari ini tidak ada jebakan-jebakan dari tangan jahil Alain. Angel melirik Alain yang masih diam dengan posisi yang masih sama, sedetik kemudian Angel segera mengarahkan pandangannya ke depan, takut nanti Alain ke geeran karena Angel meliriknya.
Baguslah, hari ini gue tenang, nggak ada gangguan dari si curut satu ini, lagipula ngapain gue mikirin itu, sih?
Tiba-tiba saja atmosfer di sekitar Angel dan Alain berubah canggung.
Alain menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena tidak biasanya dia diam-diaman seperti ini dengan Angel, biasanya setiap Alain bertemu dengan Angel selalu terjadi perang dunia ke 3, 4, 5 dan seterusnya, tapi sekarang mereka berdua malah diam layaknya dua orang yang tidak saling kenal.
Angel lain lagi, dia berusaha mengalihkan kecanggungan yang dirasakannya dengan membaca novel yang belum selesai dibacanya kemarin.
Angel merasa ada sesuatu yang aneh, sejak dia memutuskan untuk menjadikan mata Alain sebagai mata favorit barunya kemarin, sesuatu itu mengganjal di hatinya, sesuatu yang bahkan Angel sendiri tidak tahu itu apa, sesuatu seperti perasaan yang belum pernah Angel rasakan sebelumnya, sesuatu yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang saat dia berada di dekat Alain, ya, Alain.
Beberapa menit kemudian bel berbunyi, Angel memasukkan novelnya ke dalam tas disusul dengan guru fisika yang masuk ke kelas.
••
Angel baru saja selesai membereskan buku-bukunya begitu pula dengan Alain, bel istirahat baru saja berbunyi dan guru mereka baru saja keluar beberapa saat yang lalu.
Angel dan Alain kembali terdiam di tempat masing-masing, kecanggungan itu masih menyelimuti mereka.
Hingga akhirnya Alainlah yang membuka pembicaraan. "Angel," panggilnya pelan.
"Hm,"
"Lo mau kantin nggak?" tanya Alain, sedetik kemudian dia merutuki dirinya karena melontarkan pertanyaan tidak berdasar itu.
Angel membeo. "Hah? Maksudnya?" tanyanya polos sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.
Alain menggaruk tengkuknya. "Maksud gue, lo mau ke kantin, nggak?" katanya sambil cengengesan.
"Maulah, ini 'kan udah jam istirahat," jawab Angel polos.
Alain kembali menggaruk tengkuknya.
"Lo kok garuk-garuk terus sih? Lo lagi gatel-gatel ya? Ihh," Angel bergidik.
Alain menyentil dahi Angel. "Gue nggak gatel-gatel, dodol!" katanya kesal, Angel hanya memutar bola matanya.
"Eh, Angel. Yang tadi itu maksudnya, lo mau ke kantin bareng gue, nggak?" tanya Alain ragu.
Angel menatap Alain heran, "Tumben," gumam Angel pelan namun masih bisa didengar oleh Alain.
"Mau nggak?" desak Alain, Angel terlihat berpikir tapi sedetik kemudian dia mengangguk.
Mareka berdua segera berdiri dari duduknya dan berjalan berdampingan menuju kantin.
Setelah mendapat tempat duduk, Alain segera pergi memesan makanan. Beberapa saat kemudian Alain datang membawa pesanannya dan juga Angel, dia segera menyerahkan pesanan Angel lalu duduk dan makan.
Mereka makan dalam diam, kecanggungan itu kembali menyelimuti mereka berdua.
Setelah selesai makan mereka berdua kembali ke kelas karena bel masuk telah berbunyi, sedari tadi belum ada di antara mereka yang membuka suara.
••
Angel membereskan tasnya begitupula Alain, bel pulang telah berbunyi beberapa saat lalu.
Kecanggungan itu masih menyelimuti mereka hingga akhirnya Angel buka suara.
"Kok kita jadi akward gini, sih?" tanyanya.
"Iya, ya," jawab Alain sok kalem.
"Nggak seru tahu," kata Angel.
"Iya nggak seru," timpal Alain.
"Udah ah, gue cape."
"Gue juga."
Angel mengernyit. "Kok lo ngikutin gue mulu, sih?"
"Gue nggak ngikutin elo," Alain mengangkat satu alisnya.
"Lo ngikutin gue tadi, bego!" kesal Angel.
Alain melotot. "Eh, gue nggak bego ya! Lo tuh yang bego!"
"Sebego-begonya gue, lo tetap lebih bego!"
"Nggak bisa gitu, dong!"
"Bisainlah! Di mana-mana 'kan perempuan selalu benar!" tegas Angel.
"Iya juga, ya." gumam Alain. Sejurus kemudian, Alain menggeleng "Eh eh! Nggak bisa gitu! Ugh, kok gue bego gini sih?"
"Kan gue udah bilang, lo itu bego," cibir Angel.
Alain baru saja ingin menjawab namun seorang perempuan yang Alain ketahui adalah sahabat Angel menghampiri Angel dengan binar bahagia di matanya.
"Angel!" seru Bintang.
Angel hanya mengangkat satu alisnya.
"Kak Julian mau jemput gue! Jadi pulang nanti gue singgah dulu ke rumah lo." kata Bintang dengan semangat, dia bahkan tidak menyadari tatapan dingin Angel.
"Lo ke sini cuma buat sampein itu doang?" kata Angel dengan wajah datarnya yang khas itu.
Bintang mengangguk. "Yaudah gue ke depan dulu, ya, mau nungguin Kak Julian." ujarnya lagi dengan semangat, setelah itu dia segera keluar dari kelas Angel.
Angel menatap kepergian Bintang dengan tatapan dingin yang membuat Alain mengernyit.
Bahkan Kak Julian lebih milih merhatiin Bintang di banding gue.
Angel tersenyum pedih.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/63452258-288-k553344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back At One [TAMAT]
Teen FictionPernah dengar kalimat; "Seorang perempuan pandai menyembunyikan luka di balik senyuman" 'kan? Tidak yang banyak tahu, berapa banyak topeng yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi apa yang ingin ditutupi. Di sini ada Angel, seorang gadi...