Bagian 34

7.1K 320 8
                                    

Perhatian!
Aku update cepat karena mau End segera, aku mau fokus sama Gadis Panggilan. Dan ya satu lagi, aku berharap kalian bisa menangkap beberapa pesan di cerita ini. Semua cerita yang aku buat ada pesannya

Duh kalian pilah - pilah sendiri yaa.. Jangan liat mesumnya aja.

Cerita ini banyak kurangnya. Aku masih perlu belajar. Terima kasih buat kalian yang selalu setia memantiku. Baik di akunku sekarang maupun di akunku yang dulu Missintan makasi sudah mengikuti aneka kisah cinta yang aku buat haha. Makasii yaa semuanyaa
Salam sayang intan lestari

******

Author Pov

Diftan menatap marah kearah laki - laki dihadapannya. Napasnya naik turun menahan emosi yang menyala dihatinya

"Apa setelah semua ini Shanti bisa hidup lagi hah? Lo bajingan!!"

Dave tertawa "Gue bajingan? Lo tuh yang bajingan" tawa Dave menggelegar. Diftan menarik kerah baju Dave menatapnya garang

"Lo tu punya urusan sama gue, bukan sama Teta! Kalau mau bales dendam itu ke Gue!!!" bentak Diftan dan langsung mendaratkan tinjuannya kearah Dave. Sedikit meringis namun Dave tertawa lebar

"Gue mau lihat lo menderita! Lo ga tau kan gimana perasaan gue kehilangan Shanti??? Lo gak tau kan gimana hidup gue kehilangan adik kesayangan gue hah? Lo.. Lo pria brengsek yang mempermainkan perasaan wanita. Kalau wanita lain lo mainin, gue gak perduli! Tapi ini? Adik gue!!"

Diftan terdiam mendengarkan seluruh amarah Dave. Dengan gerakan cepat Dave memukul perut Diftan hingga membuatnya jatuh tersungkur.

"Gimana perasaan lo, jika adik lo gue perawanin? Terus gue campain sampai dia bunuh diri? Gimana perasaan lo?? Jawab bajingann!!!"

Diftan hanya diam. Dave menendang perutnya lagi membuat Dave mengerang kesakitan

"Jika menyakiti adikmu aku tidak bisa, alangkah baiknya aku membunuh kamu saja!!" Dave mengeluarkan sebilah pisau lipat dari saku celananya. Diftan sudah lemas, akibat beberapa pukulan keras Dave. Dia tidak melawan karena ingin membiarkan Dave meluapkan rasa kesal dan sakit hatinya padanya. Berharap semua dendam Dave berakhir.

Dave berjalan mendekati Diftan dengan pisau tajam di tangannya. Diftan hanya menggeleng pelan, berharap Dave tidak berbuat senekat itu untuk membunuh dirinya. Tentu ini hal yang konyol.

Kini jarak Dave dan Diftan sudah sangat dekat, Dave berjongkok di depan Diftan, pisau tajam itu d arahkan pada pipi Diftan, membelai pipinya dengan pisau itu.

"Bunuh saja aku keparat! Asal jangan kau sakiti lagi keluargaku!!" ujar Diftan. Dave tersenyum

"Jika itu permintaan terakhirmu, aku tidak bisa memenuhinya!" ujar Dave, seketika tangan Dave melayang hendak menghujam pisau ke perut Diftan. Namun Diftan menghindar hingga meleset mengenai paha Diftan

"Aaww.." pekik Diftan. Mata Dave memerah menahan amarah. Dia mengeram kesal karena tusukannya meleset. Tangannya kembali terangkat hendak menusuk sekali lagi, tentu kali ini tak akan meleset dan...

Dor!!

Sebuah suara tembakan, Diftan memejamkan matanya saat Dave mengangkat tangannya dan bersamaab dengan suara tembakan tersebut.

"Diftan!!" teriak seorang wanita. Diftan membuka matanya dan dia melihat Amel berdiri di dekatnya

"Kamu gak apa - apa?" Diftan mengalihkan pandangan menatap kerah Dave yang telah diringkus oleh polisi. Oh jadi yang menembaki Dave itu polisi?

Amel menatap Dave. Hatinya mendesaknya untuk menghampiri Dave. Dave mengerang kesakitan karena tembakan yang pas mengenai tangannya.

"Dave.." panggil Amel pelan

"Jadi ini semua ulah kamu? Dasar jalang!!" teriak Dave keras. Amel menunduk. Sedikit merasa bersalah. Namun ini adalah pilihannya.

Polisi membawa Amel kembali, dan beberapa polisi juga membantu Diftan berdiri dan membawanya keluar dari tempat ini.

*****

Teta berjalan tergesa menuju kantor polisi, dia menerima kabar dari Uje bahwa Diftan dan Dave terlibat perkelahian. Sekarang Dave, Diftan dan Amel berada di kantor polisi.

Teta memaksa Uje untuk mengantarkannya ke Jakarta. Tentu hatinya tidak bisa tenang jika mengetahui kondisi orang yang dicintainya seperti ini.

"Kakak?" panggil Teta saat melihar Diftan duduk di kursi panjang. Teta menghampirinya. Wajah Diftan lebam - lebam, pahanya terbalut perban. Diftan tersenyum kearah Teta.

Teta memeluk Diftan erat "Aaaaw.." jerit Diftan membuar Teta melepas pelukannya. Teta menatapnya khawatir

"Kakak? Apa yang sakit??" Diftan tersenyum

"Kakak gak apa - apa sayang"
"Kenapa ini bisa terjadii kak? Dave dan Amel dimana?"

"Nanti akan kakak ceritakan semuanya ya? Dave dan Amel masih di periksa polisi, mereka akan ditetapkan sebagai tersangka" Teta membulatkan matanya kaget

"Tersangka????"

Diftan mengangguk "Banyak perbuatan jahat yang dilakukan mereka kepada kita, kepadamu terutama"

Teta mengangguk "Ya, Amel sempat ke Villa tadi pagi kak. Dia menjelaskan semuanya" ujar Teta membuat Diftan sedikit kaget

"Apa dia menyakitimu??"

"Tidak dia hanya menceritakan semua yang mereka lakukan" ujar Teta.

"Permisi, apa anda mba Teta?" sapa seorang polisi wanita. Diftan dan Teta menoleh bersamaan.

"Ya saya Teta mba ada apa?"

"Dave ingin bertemu, ikut dengan saya" ujar polisi itu. Teta melirik Diftan dan Diftan menggelengkan kepalanya

"Tidak! Kamu tidak boleh menemuinya"

"Sebentar saja kak. Tenang aku akan aman. Banyak polisi disini"

"Aku ikut" paksa Diftan

Teta tertawa "Kakak masih cemburu sama Dave?" ledeknya Diftan hanya diam memasang wajah sebalnya.

Cup!

Teta mencium sekilas bibir Diftan dan tersenyum lalu bangkit mengikuti polwan itu menuju tempat bertemu Dave

Tbc

My love My Brother (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang