Bagian 20

8.1K 341 34
                                    

Teta Pov

Ckrek!

Pintu kamarku terbuka aku melirik kearah pintu. Seorang wanita terengah - engah masuk ke dalam ruanganku

"Kamu kenapa Mel?" tanyaku. Wajahnya sedikit memerah dan keringat membasahi tubuhnya

"Enggk aku gak apa - apa? Gimana keadaanmu?"

Teta tersenyum "Aku baik, dan dokter Ine mengijinkan aku untuk rawat jalan sembari menunggu hasil pemeriksaan"

Amel mengangguk paham lalu membantuku berberes, hari ini aku akan pergi dari rumah sakit ini. Aku tidak suka berada disini, selain tercium aroma obat yang menyengat aku tentu punya banyak pengalaman buruk di rumah sakit. Kehilangan bunda,kehilangan kakek dan ayahku yang terbaring koma disini.

Aku dan Amel melangkah kearah pintu kamar saat hendak membuka knop pintu, pintunya tertarik dan terbuka. Ada penampakan pria tampan. Ya pria yang sangat tampan, pria yang aku rindukan selama 3 tahun ini. Pria yang hampir merenggut keperawananku dan pria yang menjerumuskanku ke dunia hitan narkotika. Pria yang membenciku dan mengasariku selama ini. Pria ini ada di depanku. Menatapku

"Teta?" panggilnya. Aku mengerjap - ngerjapkan mataku mencoba meyakinkan bahwa ini bukan halusinasi.

Pria itu melangkah dan memeluk tubuhku erat. Aku berusaha menetralkan debaran jantung yang berdetak kencang, bahkan terasa nyeri. Aku merindukannya, terang saja namun kedua tanganku seolah kaku tak bisa bererak untuk membalas pelukannya

"Kamu gak apa - apa dik? Kamu baik - baik aja? Gimana kondisimu?"

Aku menatapnya, ada perasaan rindu namun ada juga perasaan jengkel dalam diriku. Wajarkah? Selama ini aku selalu mengalah kepadanya, bagaimanapun sikapnya aku berusaha menerimanya dengan baik. Dia membenciku, dia dendam kepadaku dan bundaku, dia menyakitiku, dia juga hendak merenggut keperawananku, dia telah memasukkan aku ke dalam lembah hitam narkotika, dia bahkan meninggalkan aku sendiri disini, tanpa kabar tanpa pesan. Dan kini dia kembali lalu bertanya keadaanku? Apa masuk akal? Apa masih perduli dengan diriku?

"Teta.. Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan? Sakit? Dan.."

"Untuk apa kamu bertanya hal itu kepadaku? Seolah kamu begitu peduli padaku" aku bisa mengutuk diriku sendiri yang berkata teramat ketus pada pria yang aku rindukan. Kepada pria yang selalu aku nantikan setiap malamnya. Kepada pria yang aku harap memeluk dan mencumbuku setiap menjelang tidur.

Aku melangkah melewatinya yang sedikit kaget mungkin dengan perkataan ketusku, karena selama aku hidup aku tidak pernah menentangnya, melawannya dan berkata ketus. Tapi entahlah,hatiku ini terasa nyeri menatapnya. Rasanya kecewa.

Aku merasa lenganku ditarik olehnya. Aku menoleh kearahnya "Apa?" ujarku tanpa mau menatap matanya

"Kamu kenapa? Kenapa ketus sama aku? Dengeriin aku dulu ya, aku ..."

"Udah deh kakak! Aku gak pengen bicara apapun lagi sama kakak. Pergilah!" aku menepis tangannya dan berusaha melangkah menjauhinya

"Kamu? Kenapa kamu disini?" aku mendengar suaranya berbicara dengan seseorang dan aku menolehnya. Penasaran dengan siapa dia berbicara.

"Aku? Aku.. Emm.. Aku"

"Kenapa kakak? Jangan ganggu sahabat aku!!"

"Apa? Sahabat? Wanita ini sahabat kamu? Kamu tau apa yang dilakukannya? Aku baru saja-"

"Berhentilah berbicara! Sebaiknya kamu pergi dari sini. Jangan ganggu aku dan Amel lagi. Terima kasih"

"Hei!! Tunggu. Aku mau bicara banyak hal denganmu, ikut aku! Jangan pergi bersamanya!!"

My love My Brother (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang