Bagian 17

7.7K 341 17
                                    

Perasaan hangat dihati Diftan, entah berapa lama sudah dia tidak merasakannya. Duduk diruang makan menikmati sarapan dengan sang mama tercinta. Menatap wajah cantik mamanya. Inilah kehangatan keluarga yang begitu diinginkannya. Bertemu dan berkumpul lagi dengan mama tercinta.

Drett.... Drett.. Dret..

Ponsel Diftan bergetar dan terlihat panggilan dari sang kakek Rama, dengan senyum yang lebar dia mengangkat telpon sang kakek

"Pagi kakek" sapanya hangat. Tekad Diftan adalah mulai membuka diri dan menerima kakek, ayah dan adik tirinya. Apa lagi yang diinginkannya selain bertemu sang mama? Kini dia ingin menikmati kebersamaan keluarga yang sebenarnya. Tinggal menunggu Lenno sadar dan lengkaplah sudah.

"Diftan, segeralah kerumah sakit. Kondisi ayah kritis dan kakek ingin kamu bersama Teta segera ke Rumah sakit"

Diftan bangkit dari tempat duduknya, wajahnya menengang mendengar penuturan sang kakek. Kondisi ayah kritis? Bukankah setiap harinya kondisi ayah semakin membaik?

"Baik, aku Teta dan mama segera ke sana"

"Mama? Apa Anaz di sana?"

"Ya, ada mama Anaz, dan kami akan segera kerumah sakit"

Anaz dan Teta menatap khawatir Diftan yang begitu tegang menerima panggilan menyangkut Lenno

"Ada apa? Ayahmu kenapa?" tanya Anaz yang bangkit menghampiri Diftan

"Ayah kritis Ma, kita harus segera kesana"

Anaz melemas mendengar perkataan Diftan dia hendak terjatuh namun Teta menangkapnya cepat "Mama gak apa - apa? Kak, kita harus segera ke sana. Aku khawatir keadaan ayah" Diftan mengangguk

"Ma, ayo kita berangkat ke rumah sakit. Kuatlah ma, mama wanita yang hebat" ujar Diftan mengenggam jemari Anaz

Anaz mengangguk, Lenno adalah belahan jiwanya. Dia mencintai Lenno. Cintanya abadi hingga kini, namun Cinta itu tak berbalas. Apakah sampai ajal menjemput cintanya tetap tidak terbalas? Anaz tidak mengharapkan apapun dalam doanya, dia hanya ingin Lenno pulih dan bisa berkumpuk dengan kedua anaknya. Tak perlu membalas cintanya, hanya dengan Lenno bernafas Anaz bisa tetap hidup.

Sampai di rumah sakit

"Rizta, gimana kondisi Lenno?" tanya Anaz setiba dirumah sakit. Diftan dan Rama sedang bertemu dengan dokter Irvan yang menangani Lenno.

Rizta menghela napas, mengenggam jemari wanita yang telah merusak kebahagiaan sahabatnya. Namun itu masa lalu, kini Rizta dan Anaz telah berdamai. Rizta menerima Anaz sebagai sahabatnya seperti Sherina yang menerima Anaz dalam rumah tangganya.

"Lenno kritis, kita sudah berusaha namun benturan keras dikepala Lenno memperburuk keadaannya"

Rizta menatap Anaz dan Teta bergantian, wajah sedih dan cemas terpancar dari raut wajah mereka berdua "Aku dan Irvan sepakat untuk memindahkan Lenno ke Singapura, setidaknya alat medis disana lebih canggih, dan mudah - mudahan Lenno bisa segera pulih disana"

"Lakukan apapun untu kesembuhan Lenno, jika dipindahkan ke Singapura bisa membuatnya kembali sadar, pindahkan saja. Aku akan turut serta ke Singapura" Rizta mengangguk paham

"Kita tunggu keputusan Irvan di dalam bersama Om Rama dan Diftan"

Selang beberapa saat Diftan dan Rama keluar dari ruangan dokter Irvan. Wajah mereka tak kalah cemas dengan Anaz dan Teta yanh menunggunya di luar

"Apa kata dokternya Diftan?"

"Ayah akan dibawa ke Singapura untuk pengobatan yang lebih intensif"

My love My Brother (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang