Bagian 22

6.8K 317 8
                                    

Perhatian!!
Bagi yang gak suka cerita ini, yang ga demen sama alurnya atau apanyalah, mohon dengan hormat Remove cerita ini dari library kalian ya! Biar enggk menuh - menuhiin notif! Oke
Dan bagi yang suka, selamat menikmatii sayang ....

Salam -intan lestari-

Teta Pov

"Maukah kamu menikah denganku?" pria ini berlutut di kakiku dengan tangan kanannya memegang tanganku dan tangan kirinya memegang cincin emas bertahtakan berlian. Aku terdiam sejenak, ini mirip di sinetron percintaan, di lamar dengan sebuah cincin mahal, dengan gaya romantis dan ditempat yang romantis pula serta jangan lupa tempat yang mahal.

Aku memejamkan mataku sejenak, aku tak menyangka kenapa bisa secepat ini? Selama 3 tahun menjalin kasih dengannya, sejujurnya rasa cinta itu tidak ada. Hatiku seolah beku untuknya, aku hanya memaksakan diri mencintainya. Tak pernah terpikir bahwa dia akan melamarku. Aku belum siap!! Bagaimana ini?

Seorang wanita pasti akan merasa bahagia jika berada di posisiku, tapi saat ini? Aku malah tidak merasakan bahagia itu. Aku malah merasa takut dan gelisah. Tentu saja tubuhku mulai berkeringat lagi. Ah! Aku akan merasakan kesakitan itu lagi, jangan sampai di depan Dave! Dia akan memaksaku melawan rasa sakitku, padahal dia tidak tau bagaimana sakitku. Hanya obat itu! Hanya obat itu yang mampu menghilangkan rasa sakit dan tentu mengurangi semua beban di pundakku.

Pandanganku sedikir kabur, tubuhku semakin ngilu. "Teta, kamu kenapa?" tanya Dave dengan panik. Aku tersenyum kearahnya mencoba menutupi rasa sakit ini

"Maaf ya Dave, aku kebelet ke toilet nih. Mau BAB. Aku tinggal sebentar ya" ujarku dengan alasan konyol. Dave mendesah lega lalu tersenyum geli. Aku melangkah dengan cepat meninggalkannya menuju toilet.

Aku membuka tas besarku, mencari beberapa obat yang aku butuhkan untuk menghilangkan sedikit rasa nyeri. Tiba - tiba tanganku tertarik kebelakang membuat jarum suntik yang aku pegang terjatuh.

"Aduh!" aku menoleh kearah seseorang yang menarik lenganku dari belakang. Mataku membulat besar menatap pria yang ada di hadapanku. Matanya menatapku tajam.

"Kamu? Ini toilet wanita dan kenapa..?"

"Kamu masih pakai obat ini? Apa si brengsek itu tidak melarangmu memakai obat ini?" aku menatapnya sinis

"Si brengsek? Siapa? Dave? Huh?" aku tertawa meremehkannya "Justru si brengsek itu kakak! Kakak yang menjerumuskan aku kan? Lalu kenapa sekarang berlagak sok marah?"

Dia mendekat kearahku, lalu meremas pundakku "Aku memang menjerumuskan kamu! Tapi sekarang, aku yang akan membuatmu sembuh kembali!!" ujarnya tidak terbantahkan. Membuat aku sedikit merinding. Dengan sedikit keberanian aku menepis tangannya pada pundakku lalu ingin melangkah pergi. Namun dia mencekal lenganku lagi

"Apa?" Dia tidak bicara apapun, lalu menarikku keluar dari restaurant ini. Dia membawaku kedalam lift dan turun menuju basement. Aku sudah berusaha memberontak tapi tenaganya lebih besar.

Dengan gampang dia menarikku memaksaku mengikuti langkah besarnya.

"Masuk!!" ujarnya keras. Apa ini adegan penculikan? Ah! Aku masih berdiam di depan pintu tidak berniat masuk ke dalam mobil namun dengan cepat Diftan mendorongku masuk. Lalu dia memutari mobil dan membuka pintu mobil di sebelahku. Dan duduk di sampingku di depan kemudi mobil

"Mau kemana lagi?" tanyaku dengan nada di buat seolah tidak suka. Padahal sebenarnya hati kecilku bersorak senang bisa bertemu dengannya lagi. Setelah pertemuan kurang enak kemarin dengannya.

Oh aku ingin memeluknya, memeluk kakak laki - lakiku, yang aku rindukan! Tapi sebelah hatiku menentang keras keinginanku ini. Dia sudah menelantarkanku sendiri dan bahkan dia sudah membuatku menjadi positif pecandu narkoba. Bukankah itu alasan yang masuk akal untuk sedikit membencinya

"Kita mau kemana?" tanyaku saat kami berhenti tepat di depan rumah yang aku tinggali bersama sahabatku selama 3 tahun ini

"Kemasi semua barang - barangmu! Kita akan pergi" ujarnya.

"Apa? Aku tidak mau! Aku tau, kau akan membawaku ke rehabilitasi kan? Dan aku tidak mau!!" ujarku keras. Aku hendak membuka pintu dan kabur darinya tapi dia menahan tanganku

"Kenapa! Apa kau tidak mau sembuh hah??" bentaknya keras. Aku menatap matanya dalam. Dia masih sama! Dia masih egois dan selalu galak padaku. Dia selalu membentakku seperti ini dari dulu.

Mataku mulai sedikit basah, aku tidak suka di bentak olehnya. Aku tidak suka dia memarahiku. Aku tidak suka dia membenciku. Aku rasa dia sadar bahwa dia menyakitiku lagi

Dia meraih pipiku, berusaha menghapus air mata yang dengan lancangnya mengalir deras di hadapannya. Aku padahal sudah berjanji tidak akan menunjukkan kelemahanku lagi pada siapapun!

"Sst!! Jangan menangis. Maafkan kakak. Kakak begini karena sudah putus asa menghadapi sikap kamu. Dengar, kakak hanya ingin kamu sembuh, dan kakak-"

"Stop!! Aku bisa menyembuhkan diri aku sendiri! Tetaplah dalam batasanmu kak! Sebaiknya sekarang kamu pergii!!" ujarku keras kemudian dengan sangat terpaksa aku membuat keputusan keluar dari dalam mobil "Oh ayolah cegah aku kak!!" Teriakku dalam hati. tapi pasti tak terdengar. 

Padahal aku sudah bergerak lambat agar dia mencegahku, entahlah. Aku merasa aneh pada diriku sendiri, sesaat lalu bibirku mengusirnya namun hatiku berubah ingin dia tetap disini. Kenapa sekarang aku menjadi plin plan begini.Oh Tidak!!

Sekarang aku sudah berada di depan pintu rumah, dengan tangan bergetar aku merogoh tas dan mengambil kunci dari dalam tasku. aku berharap kakak akan datang dan tiba - tiba memelukku dari belakang. Aku rindu pelukannya. oke aku berpikiran yang "iya - iya"

Cklek! 

aku hendak melangkahkan kakiku masuk namun terhenti dengan suara kakak 

"Aku akan datang lagi untuk menjemputmu! dan saat itu tiba aku tidak menerimabentuk penolakanmu. bersiaplah"

oh apa dia sedang mengancamku? aku berusaha tidak menoleh dan tidak memeprdulikannya, katakan saja aku wanita yang penuh rasa gengsi! tapi biarlah. Hari ini aku dan Author sedang plin plan dengan pilihan hatinya, apa aku harus mempertahankan rasa gengsi dan melupakan rinduku atau melupakan gengsi dan meluapkan rasa rinduku? aku memejamkan mata, seandainya ada bunda......

TBC

My love My Brother (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang