Bagian 6

11K 439 17
                                    

Cahaya matahari memenuhi ruangan VVIP ini melalui selah - selah jendela kamar. Diftan mengerjapkan matanya dan berusaha menetralkan pandangannya. Meregangkan otot - otot kekarnya dan membuka matanya lebar menatap kearah langit - langit kamar. Kepalanga sedikit pusing karena semalam dia cukup banyak meminum cairan yang sering di sebut alkhol!

Dia melirik sekilas kearah samping melihat seorang wanita tertidur lelap di sana. Wanita itu tidak mengenakkan apapun hanya selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Diftan tersenym sekilas mengingat percintaannya semalam "gile! Gue dapet perawan!!" batinnya teringat saat dia merobek selaput dara Kharisma dengan penis besarnya

Mereka bercinta tidak hanya sekali, tapi berkali - kali hingga mereka berdua tertidur kelelahan. Diftan mengajarkan banyak gaya untuk Kharisma, agar kelak jika menjadi seorang pelacur Kharisma bis memuaskan pelanggannya, dia baik bukan?

Diftan bangkit dan mengambil kertas kecil dari saku jasnya. Menulis beberapa nominal angka yang fantastik untuk Kharisma. Baginya keperawanan itu harga mahal jika dia bisa mendapatkannya, apalagi di jaman seperti ini.

"Egghh..." lenguh manja Kharisma saat membuka matanya. Dia tersentak kaget melihat Diftan yang duduk di sofa hanya mengenakan celana dalam tersenyum kearahnya.

Diftan berjalan kearah ranjang,"apa dia mau bercinta lagi denganku? Oh tidak! Aku sangat lelah!!" batin Kharisma takut. Diftan duduk di pinggiran ranjang dan memberikan kertas cek itu kearah Kharisma

"A-apa ini?"

"Kau hidup di jaman apa Nona Kharisma?" sindir Diftan yang melihat Kharisma bingung melihat cek ditangannya

"Aku ingin uang, bukan selembar kertas ini tuan. Bukankah perjanjian kita, jika aku sudah menyerahkan tubuhku kau akan membayarku mahal?" Diftan menggeleng pelan

"Entah kau polos atau bodoh, aku tak tau! Kau tularkan kertas ini ke bank, maka kau akan mendapat uang sejumlah yang aku tulis di sana!" ujar Diftan. Kharisma membaca kertas cek itu

"Li-lima milyar???" tanyanya kaget Diftan mengangguk

"Ya, harga mahal untuk keperawanan dan servismu semalam. Vaginamu begitu sempit dan mencengkram penis besarku begitu kuat" ujar Diftan tersenyum. Kharisma hanya diam entahlah dia malu mendengar perkataan Diftan

Diftan memunguti pakaian mereka dan melemparnya kearah Kharisma "Cepat gunakan pakaianmu dan segeralah pergi. Aku sudah puas!" ujar Diftan sembari mengenakan kaosnya dan berjalan kearah meja di ujung kamar

Kharisma tersentak lalu segera mengenakan pakaiannya, ada rasa sakit di hatinya. Dia telah melepas keperawanannya untuk laki - laki yang bukan suaminya, dia bahkan telah di usir, dia merasa telah menjadi pelacur sesungguhnya, 'Habis manis sepah di buang' slogan pas untuk dirinya.

Kharisma mengetuk pintu kamar mandi tempat Diftan berada. Entah apa yang dilakukan pria itu, sudah cukup lama Diftan di kamar mandi. Sebelumnya Kharisma melihat Diftan mengambil kotak di dalam kresek hitam dan masuk ke dalam kamar mandi. Kharisma menunggunya karena dia harus berpamitan pada pria itu, setidaknya itu sopan santun bukan?

Tok.. Tok.. Tok

"Apa!" bentak Diftan dengan nada serak

"Ma- maaf tuan saya mau pamit" ujar Kharisma

"Pergilah!!"

Kharisma melangkah keluar kamar VVIP ini. Club ini nampak sepi karena tentu ini baru menunjukkan pukul 9 pagi. Para pengunjung pasti sudah pulang atau masih terlelap di kamar - kamar maksiat dengan wanita bookingan seperti dirinya.

Diftan merapikan alat suntik yang telah di gunakannya. Lalu mengenakan kembali baju kaos yang sempat terlepas dari tubuhnya. Merasa tubuhnya sedikit ringan dan rilex. 'Barang' ini memang benar - benar sempurna. Membuatnya terbang kelangit ketujuh.

My love My Brother (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang