Pt. 7 - Flashback

967 97 2
                                    

Cuma mau bilang, kalau semua scene di chap ini adalah full Flashback. Kehidupan Baekhyun yang dulu seperti apa, dan gimana bisa si Baekhyun sampai kehilangan suaranya.
Sudut pandangnya adalah Baekhyun semua.
Selamat membaca~

~•~•~•~

Hari ini adalah waktunya untuk pelajaran matematika. Pelajaran yang sangat tidak kusukai semenjak aku mengenal apa itu akar kuadrat dan apa itu aljabar. Aku benar-benar tidak menyukai yang berhubungan dengan hitung menghitung.

Aku beranjak dari kursiku dan berjalan keluar kelas, sebelum guru matematika datang masuk kelas. Saat aku keluar, ku pikir ada seseorang yang mengikutiku. Tanpa ku toleh pun, aku juga sudah tau siapa pelakunya.

"Hyung! Kenapa kau meninggalkanku!?" Orang itu mensejajarkan langkahnya denganku. Haha apa ku bilang? Benar kan dia pelakunya. Dia adalah Jung Taehyung, adik yang sangat ku sayangi.

"Tanpa aku mengajakmu, kau juga sudah mengikutiku kan, hehe."

"Ck dasar menyebalkan."

Seperti biasa, aku merangkulnya dan menuju tempat favorit kami. Yaitu perpustakaan sekolah. Aku menyebutnya sebagai tempat favorit bukan karena tempat itu dipenuhi oleh berbagai macam buku dari edisi terlama sampai yang terbaru. Tidak. Itu terlalu membosankan bagiku, karena aku juga tidak suka membaca. Itulah sebabnya aku tidak memiliki prestasi dalam bidang akademik. Berbeda dengan adikku yang lumayan pintar walaupun dia sering membolos bersamaku.

Membolos? Yah. Aku dan adikku sering membolos ke perpustakaan. Karena tempat ini sangat sunyi dan hening, jadi seberapa lamapun aku disini, aku tidak akan bosan. Terlebih, jarang sekali ada orang yang kemari, kecuali beberapa murid kutu buku dan juga anggota perpustakaan. Lagipula, mereka tidak akan berani mengusir kami, karena yah aku dan adikku cukup populer.

Aku duduk di kursi pojok dekat jendela, sedangkan Taehyung mengambil dua buah buku besar tapi tidak tebal -semacam majalah- yang lalu kami gunakan untuk menutupi wajah kami yang tertidur.

"Hyung! Apa kau tidak merasa gugup dengan perlombaan menyanyimu besok lusa?" Aku tersenyum dan menggeleng.

Walaupun aku memang tidak pintar dalam bidang akademis, tapi aku cukup pintar dalam bidang non akademis. Seperti menyanyi contohnya? Dan besok aku akan mengikuti lomba menyanyi tingkat kota. Meski bukanlah sebuah perlombaan besar, aku tetap akan mengikutinya. Menurutku, ini adalah salah satu kesempatan besar untukku menuju masa depanku yang ingin menjadi penyanyi.

Dan ini bukan pertama kalinya aku ikut, tapi sudah ke sekian kalinya. Aku selalu menjadi juara satu. Tapi tetap saja, yang aku ikuti adalah lomba biasa, bukan seperti audisi untuk agensi.

"Rasanya biasa saja. Lalu bagaimana denganmu? Sudah hafal kunci gitarnya kan?"

"Iya sudah."

Setelah itu, aku mengambil majalah yang di ambil Taehyung tadi dan mulai menutupi wajahku dengan itu. Aku butuh banyak istirahat untuk persiapan lomba besok. Aku benar - benar tidak sabar.

Tidak terasa kini waktu istirahat tiba. Hei, telingaku ini benar benar peka terhadap rangsangan suara bel surga duniawi kekeke. Aku mengambil majalah yang menutupi wajahku dan majalah lainnya yang menutupi wajah Taehyung. Karena Taehyung tidak bangun juga, aku menyentil dahinya dan ia akhirnya bangun sambil menggerutu pelan.

"Hyung! Kau benar-benar kejam pada adik kesayanganmu ini," ujarnya sambil mengelus elus dahinya.

"Apa itu sakit?" Aku tertawa melihat ekspresinya yang mengeluarkan aegyo nya yang menjijikkan. Hngg laki - laki mana boleh ber ekspresi layaknya perempuan?

"Sudahlah jangan seperti perempuan. Itu benar-benar menjijikkan. Ayo ke kantin, aku lapar." Aku merangkul Taehyung akrab yang berjalan disampingku. Kami menuju kantin sambil tak henti hentinya melempar candaan.

Trust Me, Please ? [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang