"Putri siapa?" Oceana bertanya, semuanya tampak berpikir.
"Putri Apollo?" Usul Perce.
"Aku tidak bisa memanah, membaca puisi, penyembuhan atau pun bermain musik. Tapi aku bisa bernyanyi."
"Kalau dia anak Apollo, seharusnya dia bisa membaca puisi. Hampir semua anak Apollo bisa membaca puisi," kata Chuck.
"Tidak semua," Aure mengatakan itu dengan tangannya yang memberikan tanda kutip.
"Sepertinya..." Aure menggantung perkataannya, semuanya menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Sepertinya... kau anak Aphrodite," Aure akhirnya melanjutkan. Semuanya menatap Aura dan mereka mengganguk.
"Bisa jadi," kata Oceana. Perce mengajaknya untuk berdiri dan menyuruhnya untuk ikut ke Perkemahan Blasteran.
"Masih jauh tidak?" Aura hampir terjatuh karena akar pohon, dengan sigap, Perce menangkapnya. Aure yang melihat itu memalingkan pandangannya dan berpura-pura tidak melihat kejadian itu.
"Itu Pohon Pinus nya! Itu artinya, Perkemahan Blasteran sudah dekat!" Chuck menjawab, Aure berjalan terlebih dahulu karena dia tidak ingin melihat "kemesraan" sang Putri Kecantikan dan sang Pangeran Air a.k.a Aura dan Perce.
"Kalian sudah selesai belum bermesraannya?" Aure akhirnya angkat bicara saat melihat mereka masih betah dengan posisi Aura yang ditopang Perce. "Kamu cemburu?" Perce melepas tangannya dari Aura dan berjalan kearah Aure.
"No way!"
"Yes way!"
Aure menatap lekat manik mata biru milik Perce. Akhirnya, dia menghembuskan nafas dan berbalik. Aure lebih memilih untuk tidak berdebat dengannya, alasan pertama, dia memang tidak ingin berdebat. Kedua, karena manik mata biru milik Perce membuatnya tidak bisa mengucapkan apa-apa (anak Athena macam apa itu?!).
"Kita sudah sampai!" Chuck berseru, Aura segera berlari lebih dulu disusul Oceana, Chuck, Perce dan yang terakhir Aure.
"Hei! Pelan-pelan! Ada sesuatu disekitar sini!" Tidak ada yang mendengarkan, Aure menggelengkan kepalanya. Dia berpikir itu hanya halusinasi saja. Dia mempercepat laju larinya hingga sejajar dengan Perce.
Mereka akhirnya telah melewati pembatas Perkemahan dan telah berada di Rumah Besar.
"Wow, tenang anak-anak." Chiron, pelatih para pekemah memberikan minuman untuk mereka.
"Perkenalkan diri kalian," kata Chiron setelah mereka tenang dan setelah Chiron menyuruh mereka duduk.
"Saya Aure Greece Vathena, putri Athena."
"Saya Azura Diego Venus, biasa dipanggil Aura. Saya tidak tahu siapa orang tua Dewa saya."
"Kita tunggu saja saat api unggun setelah makan malam. Perce, antar Aure ke Pondok Enam. Oceana, antar Aura ke Pondok Sebelas." yang diminta tolong mengangguk.
"Kalian tahu siapa orang tua Dewa ku?" Oceana menggeleng, "kalau seorang demigod belum diketahui siapa orang tua, biasanya mereka dimasukkan ke Pondok Sebelas atau Pondok Hermes."
Aura dan Oceana berjalan beriringan, sesekali Oceana berbicara tentang pondok-pondok di Perkemahan, aktivitas apa saja yang biasa dilakukan dan lain-lain.
"Kita sudah sampai!" Oceana berseru, Aura melihat keseluruhan Pondok itu. "Stevanius!" Oceana berteriak ke arah Pondok Hermes, seorang cowok dengan wajah jahil keluar. Dia tersenyum miring.
"Pendatang baru. Jangan ganggu dia, jangan jahili dia apapun itu! Kalau kau sampai melakukannya, aku tidak akan menerima ajakan jalan-jalanmu!" Setelah berkata begitu, Oceana pergi. Menyisahkan Aura yang sedang berdiri kaku dan Stevanius yang melongo.
"Cepat masuk!"
Aura berjalan dengan menundukkan kepala.
###
Ditempat lain, Aure sedang dijahili oleh Perce. "Itu Pondokmu!" Perce menunjuk ke sebuah Pondok berwarna biru. Aure melihat ke arah yang ditunjuk dan sebuah tangan mencubit pinggangnya.
"Perce!" Aure mengepalkan tangannya, siap menonjok pipi Perce. "12-0!" Perce berlari dan dikejar oleh Aure.
Akhirnya Perce berhenti mendadak. Aure yang tidak diberi aba-aba menabrak punggung Perce. "Aww.." Dia mengelus-ngelus jidatnya yang terbentur kepala Perce.
"Itu Pondokmu!" Perce menunjuk, Aure melihat ke arah yang ditunjuk. Pondok yang mempunyai simbol burung hantu diatasnya. Yap, itu pondoknya!
"Terima kasih," Aure berkata dengan ketus. Dia berdiri dan membersihkan pasir yang mengenai celananya. Dia segera masuk ke dalam pondok. Didalamnya, sepuluh atau dua belas anak sedang melakukan berbagai aktivitas. Ada yang mengelilingi meja, ada yang sedang mengasah pedang, belati atau pisaunya. Ada yang sedang mandi, ada yang sedang tidur-tiduran dikasur dan masih banyak aktivitas lagi.
"Ehem," Perce berdehem disamping Aure.
"Teman-teman! Kalian kedatangan pendatang baru!" Perce mengumumkan, mereka semua berhenti beraktivitas dan melihat ke arah Aure. Yang berada di kamar mandi tadi sudah keluar dan melihat ke arah Aure juga.
"Dia Aure Greece Vathena. Aku berharap kalian bisa bekerja sama dengannya dan berteman baik! Aku permisi dulu!" Perce undur diri dan keluar dari Pondok. Semua cewek yang berada di Pondok berteriak histeris.
"Perce! Perce mengunjungi Pondok kita!" Aure mendengar teriakan dari salah satu pekemah Pondok Athena.
"Lalu?" Seorang pekemah cowok memandang si peneriak dengan malas, dia kembali mengasah pedangnya. Begitu juga dengan para pekemah cowok yang lain. Hanya para pekemah cewek saja yang masih histeris.
"Hai!" seseorang menganggetkan Aure. Dia membalikkan badan dan menemukan seorang cewek manis berambut pirang dengan mata berwarna abu-abu seperti miliknya sedang menyapanya.
"Hai!" Aure membalas sapaannya. "Kau ingin tidur dimana?" Tanyanya, Aure melihat kesekeliling ruangan dan menemukan ranjang yang pas untuknya, yaitu didekat jendela yang memandang lurus ke arah laut.
"Disitu!" Aure menunjuk ke arah ranjang kosong itu dan cewek itu mengangguk. Aure segera berbaring di ranjang itu.
Aure segera bangkit lalu membuka tas ranselnya. "Disana lemarimu," cewek itu kembali menujuk ke sebuah lemari. Aure menaruh semua pakaiannya disana.
"Mau kubantu?" Tanyanya dengan ramah, Aure mengangguk sambil tersenyum. Dia membantu Aure menaruh baju-bajunya.
"Terima kasih...err..." Aure tidak tahu nama cewek itu, jadi dia hanya melihat ke arah cewek itu dan cewek itu langsung tertawa canggung. "Maaf, aku lupa memberi tahu namaku. Angelina Cornelius," Aure menjabat tangannya.
"Terima kasih, Angelina!" Aure mengulang kembali ucapannya barusan.
"Sekarang waktunya makan malam. Yuk kita baris untuk menuju ke paviliun," Aure segera berbaris dan kepala konselor menyuruh mereka untuk berbaris menaiki bukit ke paviliun makan.
###
Setelah acara makan malam usai, sekarang mereka menuju amfiteater. Anak-anak Apollo memimpin acara bernyanyi bersama. Mereka menyanyikan lagu-lagu perkemahan tentang para dewa dan bercanda sambil makan s'more, biskuit berisi cokelat dan marshmallow.
Chiron memberi sambutan dan Aura disuruh maju. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati Aura yang memakai gaun dengan kerah berbentuk V. Gaunnya sama sekali tidak memiliki lengan, rambutnya yang tadi lurus, sekarang bergelombang dan dimiringkan ke samping kanan. Gaunnya berwarna emas dipadu dengan warna merah. Cantik.
Semua pekemah berlutut bahkan Chiron juga berlutut, mereka berbarengan mengatakan.
"Selamat datang Azura Diego Venus. Putri Aphrodite, Dewi Cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Demigods & The Olympians: The Chosen [COMPLETE]
Fantasía[BELUM DIREVISI] DILARANG COPAS CERITA [INSPIRED BY: PERCY JACKSON BY RICK RIORDAN] Lima orang demigod termasuk dalam sebuah ramalan. Pertarungan sengit akan terjadi. Satu per satu akan mati. Siapakah yang menang? Titan? Ataukah Demigod? Rankings: #...