The Medicine from Asclepius, The God Of Medical

676 39 2
                                    

Pada pagi hari yang indah, mereka terbangun dengan perasaan senang. Mereka sudah sampai di Yunani. Leo mengarahkan kapal ke atas reruntuhan Epidaurus. Mereka akhirnya membumbung di atas kompleks kuil kuno Dewa Tabib Asclepius. Mudah-mudahan di tempat itu mereka dapat menemukan obat sang tabib, mungkin tambahan ambrosia, nektar, Fonzies (soalnya persediaan Leo sudah semakin menipis) dan mungkin mereka dapat menemukan ramuan yang hanya dibuat oleh Asclepius dan kami dapat menemukannya jika dituntun oleh Patung Emas a.k.a Dewi Nike kecil.

"Puing-puing lagi kurasa," Percy berkomentar. Annabeth menunjuk struktur berbentuk piringan berjarak kurang dari lima puluh meter di sebelah kiri kapal mereka. "Itu."

Leo tersenyum. "Tepat. Itu baru arsitek."

"Lebih baik kita cepat, kami hanya mempunyai waktu dua hari untuk menghentikan Kronos," Aure berkomentar.

Mereka tersenyum ke arah Aure. "Kau melawan Kronos? Kami melawan Gaea dan hanya tersisa 1 hari lagi, alias besok."

###(di skip yah)

Piper mengetuk pintu. "Dr. Asclepius?"

Pintu pun terbuka. Pria di dalam memiliki senyum ramah, kerut-kerut di seputar matanya, rambut pendek kelabu, dan janggut yang dipotong rapi. Dia mengenakan jas lab putih di atas setelan jas resmi dan stetoskop dikalungkan ke lehernya---busana dokter yang biasa, terkecuali satu hal: Asclepius memegang tongkat hitam mengilap yang dililiti ular piton hijau hidup.

Leo tidak bahagia melihat ular lagi. Si piton memperhatikannya dengan mata kuning pucat dan Leo mendapat firasat bahwa hewan ini tidak diset ke level idiot.

"Halo! Kata Asclepius.

"Dokter." Saking hangatnya, senyum Piper niscaya mampu melelehkan Boread. "Kami akan sangat berterima kasih atas bantuan Dokter. Kami membutuhkan obat dari tabib."

Asclepius menempelkan tangan ke dada kirinya. "Waduh, tentu, Anak Manis, aku senang jika bisa membantu."

Senyum Piper memudar. "Sungguh? Maksud saya, tentu saja Dokter bersedia."

"Mari! Silahkan masuk!" Asclepius menggiring mereka ke kantornya.

Asclepius menduduki kursi dokter besar nan nyaman dan meletakkan tongkat serta ular di mejanya. "Silahkan duduk!"

Jason dan Piper menempati dua kursi di sisi pasien. Leo, Aure, Jack dan Perce harus tetap berdiri. Leo tak keberatan, sebab dia tidak ingin matanya sejajar dengan mata si ular.

"Jadi." Asclepius menyandarkan diri. "Aku tidak bisa meungkapkan betapa menyenangkannya mengobrol dengan pasien. Beberapa ribu tahun terakhir, administrasi sudah semakin merepotkan. Selalu diburu-buru. Isi formulir ini-itu. Birokrasi berbelit-belit. Belum lagi penjaga pualam raksasa yang mencoba membunuh semua orang di ruang tunggu. Dunia pengobatan menjadi tidak menyenangkan!"

"Iya," kata Leo. "Hygeia memang mengecewakan."

Asclepius menyeringai. "Hygeia putriku yang asli tidak seperti itu, kuyakinkan kalian. Dia lumayan ramah. Singkat kata, kerjamu bagus, memprogram ulang patung itu. Tanganmu selihai tangan dokter bedah."

Jason bergidik. "Leo memegang pisau bedah? Jangan didukung."

Sang dewa dokter terkekeh-kekeh. "Nah, apa persoalan kalian?" Dia mencondongkan badan ke depan dan memperhatikan Jason.

"Hmm... luka tusukan pedang Imperial, tapi sudah sembuh. Tidak kena kanker, tidak ada masalah jantung. Awasi tahi lalat di kaki kirimu, tapi aku yakin itu jinak."

Jason memucat. "Bagaimana Dewa---"

"Oh, tentu saja!" Kata Asclepius. "Kau agak rabun jauh! Solusinya mudah."

Demigods & The Olympians: The Chosen [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang