"Romeo, apa yang terjadi?" Aure dan Perce berjalan sejajar dengan Romeo.
"Liat ini!" Perce segera menarik Hans yang sedang menggunakan teropong yang mungkin, biasa digunakan para dewa untuk melihat kehidupan para manusia fana.
Aure sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi, dia merasakan suatu kejanggalan. Kota New York tidak bersuara. Seakan-akan New York tertidur.
Keramaian kota New York seharusnya bisa terdengar sampai sini. Aure segera menarik Perce yang sedang menganga.
Dan benar dugaan Aure. Kota New York tertidur. Orang-orang tertidur di pinggir jalan. Mobil-mobil berhenti di tengah jalan. Deru mesin tidak terdengar. Seakan-akan mesin nya juga ikut tertidur.
"Apa yang mereka lakukan pada kota kita?!"
"Ini pasti kerjaan, Morpheus, Dewa Mimpi." Perce berdecak kesal.
"Kita tidak bisa menyalahkannya begitu saja, siapa tahu Hypnos."
"Tidak, aku bertemu dengannya 2 hari yang lalu (tidak diceritakan). Dia membuat semua orang tertidur dan pada saat dia melewati mereka, mereka terbangun lagi. Aku bertanya, 'Apa yang kau lakukan?' Dia bilang, 'Cuma melihat-lihat. Kau harus selalu mengamati medan tempur sebelum pertempuran' dan setelah itu dia menghilang."
"Kita harus menempatkan mereka ke tempat yang aman kalau begitu. Semuanya, turun ke bawah."
###
Sesampainya di bawah, "bereskan orang-orang yang tertidur di jalanan dan taruh mereka di tempat yang aman. Keluarkan orang-orang dari mobil dan jangan menggeser mobilnya ke pinggir, kita bisa menggunakannya sebagai tameng."
"Sekarang, kita akan mempertahankan Manhattan." Kata Perce.
"Eh, Perce, Manhattan besar lho." Angelina menarik-narik ujung baju zirahnya.
"Kita akan mempertahankannya," kata Perce. "Kita harus melakukannya."
"Dia benar," kata Aure. "Para dewa angin seharusnya menjauhkan pasuka Kronos dari Olympus di udara, jadi dia akan mencoba serangan darat. Kita harus memotong jalan masuk pulau."
"Mereka punya kapal," Jack mengingatkan.
Gelitik listrik menjalari punggung Perce. Tiba-tiba dia teringat saran Athena: Ingatlah sungai.
"Akan kuurus kapal-kapalnya," kata Perce.
Jack mengerutkan kening. "Bagaimana?"
"Serahkan saja padaku," kata Perce. "Kita harus menjaga jembatan dan terowongan. Mari kita asumsikan mereka akan mencoba serangan ke pusat kota, paling tidak pada percobaan pertama mereka. Itu akan jadi cara paling langsung untuk menuju Empire State Building. Jack, bawa pondok Apollo ke Jembatan Williamsburg. Kate, bawa pondok Demeter menjaga Terowongan Brooklyn-Battery. Tumbuhkan semak berduri dan ivy beracun di terowongan. Lakukan apapun yang harua kalian lakukan, tapi buat mereka tetap berada di luar sana! Stephen bawa setengah pondok Hermes dan lindungi Jembatan Manhattan. Travis, bawa setengah lainnya dan lindungi Jembatan Brooklyn. Dan nggak boleh, berhenti menjarah dan merampas!"
"Awwww!" Keluh seisi pondok Hermes.
"Angelina, bawa pondok Aphrosite ke Terowongan Queens-Midtown."
"Demi para dewa," kata salah seorang saudarinya. "Itu sejalan banget dengan Fifth Avenue! Kita bisa ngedandanin, dan monster kan benci banget pada wangi Givenchy."
"Jangan menunda-nunda," kata Perce. "Yah ... soal parfum itu, boleh kalau kalian pikir itu bakal berhasil."
Enam gadis Aphrodite menciun pipiku dengan bersemangat.
"Baiklah, cukup!" Perce memejamkan mata, mencoba memikirkan apa yang dilupakan. "Terowongan Holland. Connor, bawa pondok Hephaestus ke sana. Gunakan api Yunani, pasang jebakan. Apa pun yang kalian punya."
Dia menyeringai. "Dengan senang hati."
Seisi pondok meraung setuju.
"Jembatan 59th Street," kata Perce. "Flare, bawa seisi pondok Ares dan pasang pagar berkawat." Flare mengangguk.
"Angel bawa pondok Athena, berkeliling untuk mengaktifkan rencana dua puluh tiga disepanjang perjalanan, seperti yang sudah kutunjukkan kepada kalian." Aure berkata.
"Laksanakan."
"Aku akan ikut dengan Perce."
Salah satu blasteran di belakang kelompok berkata, "kalian jangan kelayapan dulu."
Dan semuanya terkikik gepi, tapi aku menghiraukannya.
"Kalian jangan lupa menghubungi satu sama lain."
"Eh, Perce, kita tidak punya telepon." Angelina berkata.
Perce merogoh tas salah seorang pejalan yang sedang tertidur dan mengambil BlackBerry berwarna putih dan melemparnya ke Angelina.
"Sekarang kau punya." Kataku. "Kalian semua tahu nomornya Annabeth, kan? Ambil telepon salah seorang, lalu jatuh kan agar monster susah melacak kita. Mengerti?"
Semuanya mengangguk.
"Eh, Perce. Kalau ada telepon yang bagus---"
"Tidak."
Stephen menghela nafas kesal.
"Eh, Perce. Kau melupakan Terowongan Lincoln."
Perce menghina diri sendiri.
"Kelompokku bisa, aku akan menyuruh mereka untuk terbagi menjadi dua." Aure berujar.
"Tidak. Kita butuh pasukan yang lebih banyak."
"Bagaimana kalau untuk kami?" Suara seseorang berkata. Crystal, putri Zeus.
"Crystal!" Aure berseru.
"Aku membawa para pemburu dan hewan pemburu. Terowongan Lincoln, serahkan pada kami."
"Kalau begitu, semua sudah beres. Kita laksanakan tugas masing-masing. Telepon bila ada masalah. Bersiap-siaplah. Pertarungan berada di depan mata." Perce berkata.
"DEMI OLYMPUS!"
"DEMI OLYMPUS!" Dan semuanya mulai menuju posisi masing-masing dan memasang jebakan dan penghalang.
"Apakah menurutmu ini akan berhasil?" Aure bertanya di sebelah Perce.
"Aku tidak tahu. Aku harap berhasil." Perce berkata dengan pelan.
"Yeah..."
"Hey, tidakkah aku dapat ciuman untuk keberuntungan?" Perce menaikkan sebelah alisnya.
"Kembalilah dengan selamat dan kita akan lihat."
###
Halo readerss..
Author lagi gk pnya banyak ide buat ceritanya kali ini. Dan selama 9 atau 10 hari ini author baru bisa nulis segini. Harap dimaklumi. Ada typo berserakan. Pliss like and vomment.Love you always readers :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Demigods & The Olympians: The Chosen [COMPLETE]
Fantasy[BELUM DIREVISI] DILARANG COPAS CERITA [INSPIRED BY: PERCY JACKSON BY RICK RIORDAN] Lima orang demigod termasuk dalam sebuah ramalan. Pertarungan sengit akan terjadi. Satu per satu akan mati. Siapakah yang menang? Titan? Ataukah Demigod? Rankings: #...