Love is in the air

613 40 0
                                    

Para konselor berkumpul di Rumah Besar. Aure menceritakan semua yang telah dia dan yang lain alami saat dalam perjalanan waktu itu. Saat Aure membicarakan tentang Percy, Annabeth, muka Chiron menggelam. Dia mungkin kangen Percy dan Annabeth. Secara, mereka murid kesayangannya.

"Hmm... jadi, yang dimaksud Asclepius siapa? Maksudku, air mata siapa, dan untuk siapa air mata itu?" Cassandra, Konselor Kepala Pondok Ares.

"Bacakan isi ramalan itu," Aure berkata dengan nada dingin. Aure tidak pernah berkata dengan nada dingin. Dia hanya akan berkata dengan nada dingin jika... dia sedang frustasi dan saat dia sudah menemukan jawaban, dan dia sekejap lupa, dia akan bersikap dingin, sedingin dinginnya es di kutub utara, atau saat dia sedang benar-benar serius.

"Lima Demigod akan bersatu. Patung Emas akan menuntun mereka. Pedang terkutuk akan membunuh. Seorang akan mati di tangan saudaranya. Perjalanan cepat menuju kematian, pertarungan anak Poseidon menanti."

"Oke, sekarang kita sudah tahu kan lima demigod itu siapa dan kita sudah tahu apa yang dimaksud dengan Patung Emas itu. Nah, pedang terkutuk. Pedang siapa yang terkutuk?" Hans berkata sekaligus bertanya.

Perce melirik Chiron. Chiron menatapnya. Di matanya tersirat sebuah kalimat Jangan katakan apapun, belum tentu yang dimaksud oleh ramalan itu pedang mu. Dan ramalan selalu mempunyai makna ganda. Namun, wajah Chiron terlihat sangat gelap. Seakan dia sedang menutupi sesuatu.

Perce mempunyai dua pedang. Yang satu adalah pedang biasa yang rusak dan telkah diganti oleh ayahnya, Poseidon. Dan pedang kedua adalah Riptide, hadiah ulang tahunnya yang ke 10. Riptide adalah pedang kesayangannya. Dia tidak akan memakainya jika terdesak.

Riptide adalah pedang perunggu bermata dua yang berkilauan, gagangnya berbalut kulit, dan gagang datarnya yang dihiasi jendul-jendul emas. Pedang itu dapat berubah menjadi bolpoin. Jika tutupnya dilepas, bolpoin itu akan menjadi pedang. Pedang itu terbuat dari perunggu surgawi. Ditempa oleh Cyclops, diperkeras di jantung Gunung Etna, didinginkan di Sungai Lethe. Pedang itu maut bagi monster, bagi makhluk apa pun dari Dunia Bawah. Pedang Riptide ini memiliki sejarah panjang dan tragis.

"Lebih baik kita latihan, kita tidak pernah tahu kapan Kronos bangkit. Siapa tahu, ini terakhir kalinya kita latihan," Perce angkat bicara.

"Ya, kau benar." Aure berdiri dari duduknya, diikuti yang lain. "Chiron, kami permisi dulu." Chiron mempersilahkan mereka untuk latihan.

Aure latihan pedang dengan Perce. Mereka sama-sama lihai dan gesit. "Segitukah kemampuan mu, Nona Sok Pintar?" Perce mengejek Aure. Aure mendengus kesal. Dia menggunakan jurus menjatuhkan pedang lawan. Dan berhasil. Pedang Perce jatuh ke tanah. Aure tersenyum menang. "Bagaimana dengan itu, Otak Ganggang?" Aure berbalik mengejek Perce. "Cukup bagus, Nona Sok Pintar."

Mereka latihan lagi, lagi, dan lagi. Hingga tiba-tiba, Aure tersandung kakinya sendiri karena tidak berhati-hati. Aure terjatuh ke arah Perce. Dibelakang Perce adalah laut. Jadi, mereka terjatuh ke laut (mulmed).

Posisi mereka benar-benar membuat canggung. Jantung mereka berdegup dengan kencang. Mereka saling memalingkan pandangan karena malu. Lalu, Perce menatap Aure yang mukanya memerah. Perce tersadar kalau mereka berada di bawah laut. Dia langsung memerintahkan air untuk membawa mereka ke permukaan.

Sesampainya di permukaan, Aure langsung mengambil nafas banyak-banyak lalu membuangnya. Aure menatap Perce kesal, yasng ditatap hanya tersenyum miring.

"Kau ingin membuat ku mati, Otak Ganggang?!" Seru Aure, Perce hanya menaikkan bahu. Aure berdiri dan meninggalkan Perce yang masih betah duduk di tanah.

Lalu, Perce bangkit dan mengejar Aure untuk meminta maaf.

###

Ditempat lain, Hans mengajari Aura berlatih pedang. Setelah sekian lama berlatih, mereka beristirahat sejenak. Hans duduk di samping Aura.

"Aku ingin terbang," gumam Aura, tapi didengar oleh Hans. "Mau kubawa terbang?" Aura melihat Hans tidak percaya. "Benarkah? Kau akan mengajakku terbang?" Aure berkata dengan mata berbinar-binar. "Tentu saja, dengan Pegasus." Aura memukul lengan Hans pelan. "Kalau itu, nggak perlu minta. Maksudku, terbang nggak pake pegasus."

"Yasudah, aku terbangkan," Hans memegang pinggang Aura dengan tangan kanannya. "Bagaimana caranya?" Hans tersenyum misterius. "Aku putra Zeus, Putri Kecantikan. Tentu saja aku bisa!"

Mereka saling berhadapan, Aura melingkarkan tangannya ke keher Hans, dan Hans melingkarkan tangannya ke pinggang Aura. Hans memerintahkan angin untuk menerbangkannya. Mereka terangkat dari tanah. Hingga sekarang mereka bisa melihat seluruh perkemahan, dari ujung sampai ujung.

"Wow. Ini benar-benar menakjubkan!" Aura berseru. Aura melihat kesekeliling perkemahan. Dia tidak menyadari tatapan Hans yang terpaku ke arahnya. Dia menoleh ke arah Hans dengan senyumannya yang manis. Mereka saling bertatapan. Jantung mereka berdegup kencang, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti dan itu membuat wajah mereka memerah.

"Eh, sebaiknya, anu, kita turun. Kita, lanjutkan latihan kita." Aura jelas sekali ingin menyelesaikan adegan ini. Hanya saja, Hans tidak mengindahkannya. "Kau tidak ingin melihat matahari tenggelam?" Aura terdiam sejenak. Hans menoleh kearah samping, Aura mengikuti. Matahari sedang tenggelam. Mereka menikmati saat-saat itu.

Hans menurunkan Aura sesaat setelah matahari sudah tenggelam. Mereka merasa sedikit canggung. "Eh, aku harus kembali ke, anu, kabin. Bye, terima kasih." Aura buru-buru menuju kabinnya. Meninggalkan Hans yang masih terpaku.

###

Disaat matahari ingin tenggelam, Perce mengejar Aure. "Apa?" Tanya Aure dengan ketus. "Sori, soal yang tadi. Aku bener-bener nggak tau." Aure melirik Perce yang memohon. Aure menyadari kalau itu juga kesalahannya. Kalau saja dia tidak tersandung, dan tidak jatuh menimpa Perce hingga tercebur, kejadiannya nggak bakal gini.

"Baiklah." Perce tersenyum senang. "Mau lihat sunset?" Aure mengangguk. Perce menggandeng tangan Aure, mengajaknya ke pohon dekat laut. Mereka memanjat dan duduk di salah satu dahan yang kokoh. Perce menatap Aure yang wajahnya terkena cahaya sore. Benar-benar cantik, batin Perce. Perce langsung menggeleng-gelengkan kepala. Barusan aku bilang apa? Cantik?, batin Perce. Namun, dia tidak bisa mengelak dari kenyataan. Kenyataan bahwa Aure benar-benar cantik. Aure yang merasa kalau dia sedang diamati, menoleh kearah Perce.

Aure melihat mata Perce yang hijau laut itu. Benar-benar membuat tenang hati. "Kau...cantik" Perce berkata. Mereka sama-sama terkejut. Aure terkejut karena mendengar Perce mnegatakannya dan Perce terkejut karena mengatakannya. Tapi, Aure tersenyum. "Terima kasih."

Mereka turun dari pohon dan kembali ke kabin masing-masing. Perce melambaikan tangan ke arah Aure dan Aure membalasnya.

"Ciee...ngapain dadah-dadah ke Aure. Suka ya?" Oceana berkata dengan nada menggoda. Pipi Perce memerah. "Nggak tuh! Udah ah, kumpulin yang lain. Kita ke pavilliun." Oceana berjalan menuju yang lain sambil cekikikan.

Sedangkan Aure, dia di goda habis-habisan oleh saudara-saudara sekabinnya. Mereka melihat secara live saat Aure dan Perce tercebur, saat Aure dan Perce melihat sunset di pohon dan saat Aure dan Perce saling melambaikan tangan.

"Udah ah! Aku laper, ke pavilliun yuk!" Aure mencoba untuk mengubah topik. Untungnya, mereka mengiyakan walaupun masih cekikikan.

Mereka menuju ke pavilliun dan makan. Tidak lupa memberikan sesajen bakar untuk para dewa. Setelah acara makan malam selesai, mereka semua turun menuju amfiteater, untuk acara api unggun dan nyanyi bersama. Pondok Apollo memimpin acara bernyanyi bersama. Mereka menyanyikan lagu-lagu perkemahan tentang para dewa dan bercanda sambil makan s'more, biskuti berisi cokelat dan marshmallow.

Ketika malam sudah larut, ketika bunga-bunga api unggun berputar-putar naik ke langit berbintang, dan trompet kerang dibunyikan. Mereka berbaris dan berjalan menuju pondok masing-masing dan tidur.

Demigods & The Olympians: The Chosen [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang