6

7.3K 375 3
                                    

Baru saja ia ingin mengurungkan niatnya itu, tapi dia berfikir buat apa mengingat orangtuanya yang sekarang aja sudah tak memperdulikannya.

- - - - -

"Bo-leh gue coba?" Tanya Noura ragu. Valen mengeluarkan sekotak bungkus rokok dan memberikannya satu pada Noura sekaligus pematik apinya. Noura mengambilnya dengan tangan gemetar.

Dia takut setelah mencobanya, maksudnya bukan takut akan ketagihan. Tapi takut akan rasanya, apa sesuai yang dikatakan oleh kebanyakan orang atau malah berbanding jauh.

"Ya.. mungkin awalnya emang agak aneh cuma lama-lama enak. Percaya deh." Ujar Valen dengan nada yang terdengar dapat dipercaya di telinga Noura.

Noura mulai membakar ujung rokok tersebut dan ragu untuk menghisapnya. Noura melirik Valen sekilas sebelum memejamkan matanya untuk merasakan rasa yang didapat setelah ia menghisap rokoknya.

Satu detik.

Tiga detik.

Masih belom ada tanda-tanda Noura akan melepas rokoknya. Dan pada detik ke lima, barulah ia melepasnya dari mulutnya. Keluar asap dari lubang hidungnya dan juga mulutnya. Ya, kecuali telinga.

"Gimana?" Tanya Valen dengan seringai yang terpampang jelas diwajahnya. Noura mengangguk sekilas dan kembali menghisapnya.

"Tapi, lo jangan sering-sering. Ya paling enggak, lo makenya pas lo stress aja." Ujar Valen yang juga ikut menghisap rokoknya. Noura kembali mengangguk dan asik dengan dunia barunya. Dunia perokok.

- - - - -

Noura membuka pintu rumahnya dan langsung bertemu dengan Zillo yang sudah rapi dengan kaos dan celana jeans nya. Wangi parfum nya pun sangat terasa dan menggelitik hidung Noura.

"Mau ke mana bang?" Tanya Noura yang menatap abangnya dengan curiga. Zillo memutar bola matanya jengah.

"Bukan urusan lo yang kali ini."

Merasa tidak terima dengan jawaban abangnya, lantas Noura menarik ujung kaos yang dipakai Zillo. Zillo membalikkan badannya dan memeluk adiknya dengan erat. Menghantarkan perasaan hangat untuk adiknya.

"Bang? Bang Zillo?" Ujar Noura yang sama sekali tidak digubris oleh Zillo. Zillo masih memeluk Noura dengan erat. Seakan dia tidak mau kehilangan adik kesayangannya itu.

"Ih?! Lo bau rokok. Lo ngerokok ya?!" Seru Zillo yang sudah melepas pelukannya. Tubuh Noura menegang, dia lupa untuk memakai parfumnya kembali setelah ia merokok.

"Eh? Enggak kok bang. Temen tadi ngerokok, jadi gue kena asepnya." Bohong Noura yang masih terus dicurigai Zillo. Abangnya pun mendekat dan diam beberapa detik kemudian kembali.

"Enggak, lo bo'ong. Napas lo bau rokok dan seragam lo juga." Ujar Zillo yang kembali mengendus seragam Noura. "Gue perokok aktif Ra, jadi gue tau."

Noura tau abangnya memang perokok aktif, bahkan dia tidak segan-segan merokok di dalam kamarnya. Jika Zillo merokok di ruang tengah, dia pasti sudah didamprat oleh Noura.

"Terserah abang. Noura mau mandi." Ujarnya yang kemudian berjalan menuju tangga. Zillo masih berdiam ditempatnya dan masih mengamati Noura dari jauh.

"Bang, jangan lupa bawa makanan ya pas pulang!" Teriak Noura yang membuat Zillo geleng-geleng kepala dan keluar dari rumah.

Noura membuka balkon kamarnya dan merebahkan badannya ke atas kasur yang emang sangat nyaman. Ia mengambil sekotak rokok yang diberikan Valen. Noura ketagihan dengan rokok, dia masih ingin terus menghisapnya dan menghembuskannya.

"Tapi, lo jangan sering-sering. Ya paling enggak, lo makenya pas lo stress aja." Perkataan Valen masih saja terngiang-ngiang di telinganya dan juga dipikirannya. Noura menatap benda persegi panjang itu cukup lama, dia masih berpikir.

Kalau seandainya Noura merokok pun tak ada masalah bukan? Lagian, kedua orangtuanya pun tak peduli dengan mereka. Ya, walaupun papa nya masih suka pulang sebulan sekali hanya untuk mengecek keadaan rumahnya atau pun menanyakan sekolahnya yang sama sekali tak digubris oleh Zillo dan Noura.

Mamanya? Oh tentu saja dia sama sekali tidak peduli dengan mantan keluarganya. Hidupnya lebih indah dan seru sebagai pelacur. Emang dasarnya udah bitch sih ya.

Noura melompat dari kasurnya menuju ke kamar mandi. Setelah berpikir panjang, dia memutuskan untuk pergi ke cafe yang katanya sih kumpulan anak-anak bandel dan semacamnya. Valen pun termasuk.

Setelah selesai mandi, Noura mengganti jubah mandinya dengan croptee hitam dan hotpants putih. Tak lupa ia menggunakan boots kesayangannya yang berwarna hitam.
Tak ada acara make-up make-up an, dia hanya menggunakan lip balm dan bedak tipis.

- - - - -

"Cih! Mana Valen?!" Ujar Noura saat ia tidak bisa menemukan sosok Valen di dalam cafe. Noura menyapu kembali pandangannya untuk mencari Valen. Tadi Noura memintanya untuk menunggu di depan cafe, tapi nyatanya tidak.

"Nah itu dia!" Ujarnya yang segera berjalan cepat menuju Valen. Valen baru saja ingin mendatangi Noura, tapi Noura duluan menghampirinya.

"Ke mana lo nyet?!" Ujar Noura yang sudah berdiri persis di depan Valen. Jarak mereka berdua pun sudah sangat dekat.

"Ke toilet," ujarnya sambil memperkikis jarak antara dirinya dengan Noura. Noura mundur satu langkah yang ditanggapi Valen dengan alis yang menjadi satu.

"Nggak usah nyari kesempatan dalam kesempitan deh." Ujar Noura dan membuang muka dari Valen. Valen tersenyum miring dan merangkul Noura menuju ke meja yang sudah ada teman-temannya Valen.

"Tuh kan, cari-cari kesempatan mulu lo ah!" Ujar Noura yang melepas rangkulan Valen dari pundaknya.

"Lo harus bisa membiasakan diri." Ujar Valen dengan senyum memikatnya yang membuat pipi Noura memerah. Dalam hati Noura merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya ia termakan oleh ucapan Valen.

Tapi di lain sisi, dia juga sedikit senang.

Hohoho..
Seneng banget bisa lanjut ini cerita.
Wkwkwk

Jan lupa vote ame comment nya ya.
Muach

My Trouble is BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang