33

2.8K 164 3
                                    

Valen's pov

Gue bener bener ga nyangka kalau Noura bakal ngangkat telpon gue. Njir, itu sesuatu banget. Dari sekian lamanya akhirnya gue bisa denger suara noura lagi. Rasa rindu gue akan Noura lenyap begitu saja setelah mendengar suaranya. Apalagi dia masih inget sama gue. Fix, gue bahagia.

Dan setelah melakukan perbincangan yang tidak lama, kami memutuskan akan ketemuan malam ini. Tepatnya di cafe beers. Tapi, pada malam hari cafe ini akan tutup dan berubah menjadi club yang dibilang cukup besar.

Gue harus mempersiapkan semuanya dengan baik. Gue gamau 'calon istri' kesayangan gue berasa canggung saat dia ketemu gue. No. Itu ga boleh terjadi.

*****

Noura's pov

Aku merindukan, no, sangat merindukan negara kelahiranku ini. Ya, tapi ada satu orang yang benar-benar aku rindukan. Seorang pria yang kutinggal sekitar setahun yang lalu tanpa mengabarinya sama sekali. Valen, cowok itu sudah lulus dari SMA dan sekarang statusnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Jakarta.

Aku mengetahui hal tersebut dari Darryl dan juga Ara. Dan mereka berdua udah fix pacaran. Gila! Yang deket duluan aku sama Valen, yang pacaran duluan malah Darryl sama Ara. Ini menyedihkan.

Aku kembali menginjakan kaki ku di rumah lamaku di Indonesia. Masih sama seperti setahun yang lalu. Abangku itu memang benar-benar menyayangi rumah ini. Yang berubah hanyalah tanaman-tanaman yang berada di taman depan. Yah tidak masalah juga jika berubah, yang pasti kenangan-kenangan di rumah ini tidak akan pernah berubah.

Aku duduk di kasur kamarku. Dan tak sengaja mataku melihat foto diriku dan Valen yang diletakan di atas meja belajar. Aku mendekati meja itu lalu mengambil foto tersebut.

Memperhatikan.

Wajah Valen yang tertawa bahagia di sebelahku. Akupun juga sama halnya dengan Valen, hanya saja di foto tersebut aku sedang memegang sendok es krim. Ini sudah sangat lama. Dan foto ini hasil dari kamera seseorang yang diam-diam memotret kami. Aku tidak tahu siapa yang memotretnya. Hanya saja Valen mengatakan kalau itu adalah jepretan dari seorang shipper.

Awalnya aku memang tidak mengerti tapi setelah dia menjelaskan, aku paham. Dan aku ingat jelas wajahku memerah. Aku sangat malu saat itu.

"Ah, gue telpon aja kali ya?"

Kuhubungi nomor Valen yang tidak pernah berubah sejak dulu. Sebenernya aku dapat mengingatnya di luar kepala. Nomor ini selalu aku perhatikan jika aku ragu untuk menelponnya. Tapi kali ini, aku yakin aku akan menelponnya.

Panggilan pertama tidak di jawab. Aku kembali mencoba lagi.

Panggilan kedua juga sama, dia tidak menjawabnya.

Sampai yang ketiga kalinya pun dia masih tidak menjawabnya.

Aku bertanya-tanya apakah Valen sudah mengganti nomornya? Aku tidak tahu. karena tak ada satupun yang diangkat, aku memutuskan untuk berisitirahat. Mungkin saja dia masih ada kegiatan di kampusnya.

Perlahan aku memejamkan mataku, mengatur napasku yang entah kenapa sejak tadi terus memburu. Detak jantungku juga menjadi cepat. Aku tidak bisa beristirahat jika seperti ini.

Aku memutuskan untuk membersihkan diri baru beristirahat. Tapi sebelum bangkit berdiri dari kasur, aku melihat hape ku yang berkedip-kedip. Aku mendekatinya dan tertera 'Valencia' di layar. Jantungku kembali berdetak cepat saat melihat dia menelpon ku kembali.

Dengan ragu aku mengangkatnya, "Hallo?"

Dia diam, aku tidak tahu apa yang sedang dilakukan dan dirasakannya sekarang ini. Hening.

"Hallo? Va-valen?"

Dia masih diam. Aku jadi ragu apakah benar ini Valen. Ini benar-benar bukan Valen. Apa selama aku tinggal, dia banyak berubah? Yah, aku harap tidak.

"Ini Valen bukan?"

Dia masih saja diam. Aku tidak mengerti. Aku pusing. Apa benar ini Valen? Aku kembali bertanya pertanyaan yang sama tapi tak ada jawaban.

"Noura, gue kangen sama lo."

Yaps, aku diam mematung mendengarnya. Aku benar-benar ga nyangka kalau kalimat itulah yang pertama kali dikeluarkan Valen. Valen ga berubah. Dia masih sama. Masih sama seperti setahun yang lalu.

"Valencia, gue juga kangen sama lo."

Diam. Ini benar-benar tidak ada yang berbicara, hanya suara ... entahlah, aku tidak tahu yang mengisi keheningan ini.

"Lo mesti ceritain ke gue. Gaada penolakan, Noura."

Ya, aku memang harus menceritakannya pada Valen. Bagaimanapun disini aku salah karena tidak memberi kabar pada Valen. Aku harus bertanggung jawab. Ini semua risiko yang harus kuterima.

"Cafe beers, jam 7. Sekalian dinner?"

"Oke, dandan yang cantik."

Haii lagi kalian!! Gue update yaaa!! Pada bosen ga sih sama ini cerita? Yang mau request kedepannya gimana comment yayy! Bener-bener nge stuck ini otak 😩 bantu ya gaizz.

Makasih ga pernah gue lupakan! Makasih banget yang udah vote, comment, trus yang masih setia sama ini cerita. Makasih ❤

My Trouble is BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang