30

3.5K 190 5
                                    

"Kenapa dari kemaren hape nya Noura gabisa dihubungin?" Valen kembali menghubungi Noura tapi hasilnya sama saja dengan hari-hari sebelumnya. Tak ada jawaban.

"Padahal hape nya aktif, dia kenapa sih?" Valen sudah mengirimkan pesan pada Noura disemua sosial medianya tapi tidak ada satupun yang dibalasnya, alih-alih dibaca.

"Val, maen hapenya ntaran dulu bisa ga? Lo belom makan dari kemaren. Gue gamau rumah gue jadi tempat terakhir lo hidup. Yang ada, gue bakal lo gangguin tiap hari." ujar Darryl yang sudah meletakan makanan untuk Valen. Valen melempar hapenya ke atas sofa lalu mengambil lauk yang berada di atas piring.

"Lo gatau Noura bebeb gue tersayang kemana?" tanya Valen lagi. Darryl memperhatikan tangan Valen yang terus mengambil lauk tanpa memakan nasinya.

"Eh, bocah! Seenak jidat lo banget makannya, nasi nya juga. Lo kira beras ga mahal apa?! Uang jajan lo setaun juga ga cukup buat beli sebutir beras ini." ujar Darryl membuat Valen memutar bola matanya malas. Setelah kepergian Syasha, Valen tinggal di rumah Darryl. Katanya takut jika Syasha datang.

"Iya ah gue makan, tapi gue gabisa makan kalau gue blom tau kabar Noura." Valen menatap lauk yang digenggamnya dengan sedih. "Ini lauk terakhir gue." ujarnya dengan dramatis.

"Najis lo alay, makan tuh nasi. Gapake lauk, pake aja noh garem di dapur." jawab Darryl lalu berjalan ke kamarnya.

"Tuan rumah macem apa lo!"

"Tuan rumah yang baik hati dan tidak sombong. Buktinya gue mau nampung rakyat jelata di rumah mahal gue." ujar Darryl lalu menutup pintu kamar dengan sedikit kencang.

"Babi bangsat lo ah! Gue bukan rakjel!" teriak Valen lalu mengamati kembali nasi di depannya yang sudah dingin. Dia bimbang.

"Makan tidak ya?"

"Gadeh, biarin aja. Gue kasih kucing komplek aja, kan kasihan dia makannya dari sisa orang. Kalau ini kan belum gue sentuh."

"Heh rakjel! Gausah sok-sok an ngasih makan kucing deh kalau makan aja masih numpang di rumah orang!" teriak Darryl dari kamarnya dengan suara keras.

"Gue bukan rakjel astaga! Minta digampar banget sih lo!" balas Valen tak mau kalah. Valen kembali melirik hapenya yang sama sekali tidak ada notifikasi favoritnya. Dia mendesah pelan lalu melangkahkan kakinya ke kamar Darryl.

"Dar, temenin gue tidur yuk!"

"Heh monyet kutub! Mang lo kira gue homo apa?! Ogah, tidur sana sendiri!" bentak Darryl dari dalam kamar.

"Yaudah, gue tidur sendiri! Jangan kangen lo sama gue!"

"Iya, sono!"

* * * * *

"Anjrit lo!" Valen menahan tawanya saat dia berhasil mengagetkan Darryl di depan makanannya. "Mati ae lo kutu!"

"Dar, lo seriusan nih gatau Noura kemana? Sumpah, khawatir gue sama dia. Sekarang hapenya ga aktif." ujar Valen lalu mengambil kopi susu milik Darryl yang masih utuh.

"Eh, maen embat ae lo. Ntar jodohnya ketuker mampus lo." ujar Darryl lalu menarik kembali cangkir kopinya dari tangan Valen.

"Percaya aja sih lo sama kek begituan. Adek gue juga sering bilang begitu. Padahal udah jelas dong kalau jodohnya ga bakal ketuker, kan gue cowok dia cewek. Yakali ketuker. Adek gue mah sarap." ujar Valen dengan tawa kecil. Darryl yang mendengarnya ikut tertawa.

"Adek sama abang mah sama. Sama-sama sarap. Haha..." tawa Darryl pecah sedangkan Valen menatap Darryl kesal.

"Berisik lo eeq kuda."

Valen dan Darryl hanya diam. Tapi kadang mereka juga mengobrol. Sudah lama mereka tak mengobrol banyak seperti ini. Masalah mereka selesai. Tak ada lagi yang bisa membuat mereka bertengkar. Terutama cewek dan cinta.

"Ara!" panggil Valen saat melihat Ara sedang berjalan melewati meja mereka. Ara menoleh lalu tersenyum kecil.

"Duduk dulu Ran, sini!" Ara duduk di sebelah Darryl, tapi sepertinya Ara salah memilih tempat duduk. Ara kira perasaannya pada Darryl udah berubah tapi ternyata tidak. Perasaannya sama sekali belum berubah. Dia masih merasakan hal yang sama ketika berdekatan dengan Darryl tapi bedanya yang sekarang lebih parah.

"Ra, tau Noura kemana ga? Dah lama gue ga ketemuan sama dia, udah gitu hape nya ga aktif lagi." Valen memperlihatkan pesan yang dia kirimkan sejak beberapa hari yang lalu, yang sampai sekarang belum ada satupun yang dibacanya.

"Eh?" Ara bingung harus menjawab apa,pasalnya dia sudah berjanji pada Noura untuk tidak memberitahukan Valen soal kepergiannya ke Sydney. Ara menatap Darryl yang mengedipkan matanya berkali-kali.

"Eh Noura ya? Dia lagi ada acara keluarga." jawab Ara dengan senyum kecil. Valen merasa curiga dengan kelakuan kedua sahabatnya ini. Ada yang mereka sembunyikan. Yang tidak boleh Valen ketahui. Ini tidak adil untuk Valen.

"Bohong, gue gapercaya. Jujur kalian berdua." Darryl menghela napasnya sebelum menatap Valen sedih. "Tuh kan, apa yang kalian sembuyiin dari gue?"

"Ga nyembunyiin apa-apa Val, lu mah nethink." jawab Darryl sembari menatap Valen yang sedang menatap kedua orang di depannya.

"Ihh, kalau ada acara keluarga, dia pasti ngasih tau gue. Nggak ngilang kek gini. Sosmed ga ada yang aktif, hape nya juga ga aktif. Yakali gue kirim dia surat, rumahnya aja kosong tak berpenghuni."

Darryl dan Ara saling tatapan melihat reaksi Valen. Bocah banget si Valen mah.

"Udah seminggu lo tuh kek bocah sumpah, rengek rengek terus. Pusing ini pala, mana dah mau uas lagi." ujar Darryl sembari meminum kopinya.

"Waktu itu sih dia bilangnya dadakan. Ga sempet kali ngabarin lo nya, sibuk sama sodara-sodaranya." ujar Ara sembari tersenyum agar Valen dapat percaya.

"Masa sih? Gue gayakin. Feeling gue bilang kalau dia itu sengaja ga ngasih tau." ujar Valen sembari berpikir. Tangannya digunakan untuk memijit pelipisnya yang mendadak pusing.

"Suka-suka lo lah kalau ga percaya, yang pasti kita berdua dah bilang." ujar Darryl dengan terkekeh.

"Tapi kalian ga bohong kan? Masih nge ganjel soalnya, kan ga enak."

o0O0o

Huaa! Makasih kalian! Terharu gue untuk part kemaren, soalnya banyak yang nge vote sama comment. Ahh pokoknya gue seneng banget, makasih yaaa buat semuanya.

Jangan lupa gaez buat vote sama comment ya, seneng diriku melihatnya.

Makasih 😊
Aku sayang kalian 😘
Makin cinta deh 😘

7 Januari 2017

My Trouble is BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang