1

21.2K 754 1
                                    

Noura Intan Anaya

Noura, salah satu dari sekian banyak orang yang kurang mendapat kasih sayang orangtua. Dulu Noura beserta abangnya yang hanya berbeda satu tahun, selalu mendapatkan perhatian penuh dari orangtuanya. Tapi, beberapa tahun belakangan, mereka berdua jarang bahkan tidak mendapat perhatian dari orangtua nya lagi.

Orangtua nya pisah karena sebuah masalah. Noura beserta abangnya dirawat oleh papa nya. Bukan dirawat, hanya diberi uang untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tinggal di rumah yang bahkan papa nya hanya datang seminggu sekali, itupun akan langsung pergi lagi. Jangan tanyakan perihal mama nya kepada Noura. Noura tidak akan segan-segan memusuhi orang yang berani membahas masalah keluarganya.

Noura tidak suka jika ada temannya yang membahas keluarganya. Dia juga tidak suka jika teman-temannya membahas tentang hari ibu. Noura akan merasa sangat marah sekaligus sedih. Dia tidak suka dengan perasaannya yang satu itu, sedih. Itu benar-benar membuat hatinya bertambah sakit. Noura akan lebih memilih pergi dari kerumunan orang yang membahas perihal itu.

Noura mengambil tas nya yang dia letakkan di atas meja kelasnya. Sebelum pulang seperti hari-hari biasanya, Noura berjalan menuju ke taman belakang sekolahnya. Tempat paling nyaman yang pernah ada selain rumahnya yang dulu. Diletakkan tas nya di atas akar pohon yang sudah semakin tua. Noura berbaring di atas rumput sambil merasakan angin yang mengenai kulitnya. Disini Noura merasa sangat damai, tidak ada suara orang bertengkar, tidak ada yang mengganggunya. Benar-benar menyejukkan hati.

Brmmm.. Brmmm..

Suara deru motor yang saling kebut-kebutan membuat Noura menjadi kesal. Tidak biasanya ada orang yang kebut-kebutan di daerah Sekolah nya. Biar ada pun, mereka tidak akan melakukannya di sekitar sekolah.

Noura berdecak sebal dan menutup kedua telinganya dengan jari telunjuknya. Noura tidak suka ini, kegiatan paling disenangi nya terganggu. Suara deru motor itu masih saja terdengar, bahkan semakin lama semakin keras. Dengan terpaksa Noura mencari sumber suara itu. Sejenak Noura kaget karena apa yang berada di depannya. Sekumpulan genk motor yang entah dari mana berada di sekitar sekolahnya. Tidak hanya itu, mereka semua menggunakan seragam sekolah.

Awalnya Noura akan melabrak para genk motor itu, tapi setelah dipikir-pikir lagi, Noura membatalkan niatnya itu. Noura berpikir, jika satu melawan banyaknya anggota genk motor itu, pasti dia akan kalah. Noura lebih memilih untuk pulang lewat depan sekolah. Dia tidak mau pulang lewat belakang karena dia akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

TINNN.. TINNN..

Mendengar suara klakson motor dari arah belakangnya, Noura berjalan lebih dipinggir. Dia tidak mau berurusan dengan pengendara motor itu. Motor itu berhenti di depan Noura dan sang pengendara turun dari motornya. Noura hanya diam saat si pengendara berjalan ke arahnya.

"Lo punya mata enggak sih?!" Tanya pengendara motor itu sambil menunjuk Noura tepat di wajahnya.

Noura mengangguk, "Gue punya mata dan mata gue masih sehat."

Pengendara motor itu menyeringai dan menghisap rokok yang berada di tangannya. Noura cepat-cepat memencet hidungnya agar dia tidak menghirup asap rokok itu. Cowok itu tertawa kecil dan kembali menghisap rokoknya.

"Mendingan lo jauh-jauh dari gue kalau cuma buat pamer asep rokok lo itu. Nggak guna!"

"Eh! Gue bilangin ya, nggak usah lo usir juga gue bakal jauh-jauh dari lo!" Cowok itu berjalan menuju motornya yang berhenti di depannya. Noura menatap kepergian cowok itu dengan kesal. Dia ngedumel sendiri.

* * *

Noura menuju ke kamarnya dan seperti biasanya. Noura melempar tasnya ke atas meja belajar dan membanting tubuhnya ke atas kasur. Kedua tangannya berada dibawah kepalanya sebagai bantalan.

Tanpa sengaja kejadian pulang sekolah tadi berputar kembali. Noura mencoba untuk mengingat kembali wajah si cowok, tapi ingatannya memang kurang baik. Buruk. Karena lelah sendiri memikirkan wajah si cowok, Noura bangun dari tidurnya dan menuju jendela kamarnya. Begitu Noura membuka gorden jendelanya, di lihat nya air yang turun dengan derasnya dari luar. Hujan.

Noura tidak suka hujan. Jika hujan Noura akan selalu mengingat kejadian itu. Dia tidak tahan. Dia ingin menangis. Tapi sayang, tak ada setetes pun air yang turun dari matanya. Dia terlalu sakit. Mengingat hal itu hanya membuat dirinya semakin terpuruk dalam kesedihan.

"Mama, kenapa ma?" Tanyanya dengan isakan kecil yang keluar dari mulutnya. Noura tahu menyalahkan mamanya bukanlah suatu jalan terbaik. Tapi hatinya terlalu sakit akibat perbuatan mamanya.

"Noura benci mama!" Teriakan Noura membuat orang-orang yang berada di rumah menuju ke kamarnya. Mereka semua khawatir dengan Noura. Walaupun mereka sendiri tidak mengerti apa yang diucapkan Noura.

"Nora! Buka pintunya!" Teriakan sang abang pun tidak ia perdulikan. Hujan benar-benar membuat hatinya sakit. Kalau bukan karena abangnya, ia pernah punya niat untuk bunuh diri. Tapi rasa sayangnya terhadap abangnya membuat ia mengurungkan niat buruknya itu.

"Nora! C'mon! Buka pintunya!" Abangnya berusaha membujuk Noura agar mau membuka pintu kamarnya. Namanya bukan Noura kalau dia mau ketemu sama orang sehabis nangis.

"Okey, kalau lo nggak mau buka, gue bakal ngedobrak ini pintu." Ancam abangnya.

Pintu terbuka dan muncullah Noura masih dengan seragamnya dan mata sembab. "Gue nggak pa-pa bang, udah bibi balik ke bawah aja."

"Okey, ayo masuk!" Abangnya mendorong Noura masuk kembali ke kamarnya. Mereka duduk di karpet kesayangan Noura itu. Zillo, abangnya berdiri dan berjalan menuju ke jendela dan menutup gordennya. Zillo tahu kalau adiknya itu tidak suka dengan hujan, oleh sebab itu dia menutup gordennya.

"Hey! Jangan nangis, gue selalu ada buat lo." Zillo mengelus rambut panjang milik Noura. "Kalau mau cerita, lo cerita aja sama gue."

"Ish! Gue nggak pa-pa tau bang! Abangnya aja terlalu lebay." Noura memukul pundak Zillo lumayan keras sehingga Zillo meringis kesakitan.

"Kalau nggak pa-pa nih ya, lo nggak bakal mewek kayak tadi. Jelek tau nggak?" Zillo menoel hidung mancung Noura dengan telunjuknya dan tersenyum.

Noura memajukan bibirnya, "Abang rese! Bete sama abang!" Noura melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang muka.

"Aih! Adek gue ngambekan sekarang."

"Tuh kan! Abang rese! Udah sana keluar, gue mau mandi."

"Gue Mandiin deh."

"Ish! Ogah!"

My Trouble is BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang