Bagian. III - Terbuka

3.4K 141 5
                                    

Pagi ini berbeda dengan pagi lainnya veranda yang selalu menyendiri, sekarang begitu merasa bahagia. Dia perlahan membuka mata melihat sosok kinal yang sedang berdiri membelah sinar mentari pagi, dia tampak serius dengan ucapannya di telfon. Veranda yang sedikit menguping pembicaran mempertahankan posisi baringnya.

"Kinal baik pah, nanti malem aja.  Sekarang kinal juga mau kuliah. Tugas numpuk" ucap kinal yang sedang berbicara dari papanya melalui telfon.

"Oke fine, papa nanti malem tunggu kamu di tempat makan biasa" . Tutttt putus telfon sepihak dari papa kinal.
.
..

"Loe gak berangkat kuliah nal?" tanya ve kepada kinal.

" Ini mau berangkat, loe mandi terus cepet sarapan gue udah buatin sarapan di meja" seru kinal kepada ve yang nampak masih pucat.

Kini veranda pun duduk sendiri di meja kecil persegi itu, seolah flashback di masa lalunya yang selalu sendiri hanya dihabiskan dengan bermain dengan para pengawalnya. Sejak kecil memang sedatar ini hidup ve, tanpa adanya warna .warna yang dulu indah terhapus setelah veranda kehilangan sosok ibunya.

***

Lain tempat shania dan kinal asik bermain basket dilapangan, tawa mereka memang selalu dapat menghangatkan situasi. Kinal yang selalu manis terhadap sahabatnya itu tidak pernah menyadari bahwa,shania yang dia kenal paling perhatian melebihi orang tuanya itu memberi perasaan lebih terjadap kinal, sosok kakak yang dia kagumi.

Ya shania memang sejak awal pertemuannya kepada kinal selalu memberi perhatian lebih.

Flashback
Saat itu musim panas, tahun ini memang kinal sengaja mengembangkan beberapa persetujuan dari perusahaan cabang milik ayahnya di Australia. Dia sangat ambisi kalau masalah Bisnis, kinal yang terlalu semangat itu pun langsung drop..drop dalam kesehatan dan otomastis dia benar benar vakum dari beberapa pertandingan Basket yang diadakan kampusnya.

Shania yang paling khawatir saat itu, menginap di rumah kinal balik ke kampus perpustakaan dan tiap hari seperti itu.

Kinal yang semakin baik tiap harinya, kini harus merawat shania yang kini gantian drop dalam kesehatannya. Sama seperti kemarin , Kinal juga merawat shania. Dan di akhir akhir musim panas ini Shania benar benar merasa Aneh terhadap rasanya kepada Kinal yang dia kenal sebagai sosok kakaknya selama ini.

Flashback off.

"Kak, kamu udah selesaiin masalah tugas dari mrs.jane? " tanya shania diiringi usapan tissue ke wajahnya oleh kinal, kini yang sentak membuat shania semakin tak karuan.

Kinal yang sangat tidak peka apa emang dia bego, entahlah...pada dasarnya dia menganggap semua orang adalah saudaranya.

"Udah kok shan, kamu gak usah khawatir..orang cakep kaya gini Gak bakal kena marah " balas kinal.

"Pede banget..", bales shania sambil memonyongkan bibir.

"Shan, aku boleh ngomong sesuatu gak sama kamu? " ucap kinal yang kini menolehkan wajah shania ke.

"Cakep mana sih kakak sama Beby temen se tim kamu" Kinal yang kini meringis puas mengerjai shania,karena berhasil membuat wajah shania jadi merah.

"Ahh kakak ihh" .

***


-Thanks buat kemarin nal, aku cuman bisa kasih ini. Kamu dateng yah. Salam Veranda-

Kurang lebih sepeti itu isi memo yang tertempel di kulkas dapur kinal. Memang memo itu tampak agak tebal karena dibelakang ada sebuah alamat rumah makan, kinal yang merasa agak jenuh sore itupun seolah meng'iyakan surat ve.

Setelah mandi, kinal yang tampak cool memakai setelan kemeja Hitam dengan Jeans Hitam sepatu Catherpillar mecing dengan Mantel musim dingin seperti sekarang.

Kinal sekarang tlah berada di nomor meja nomer 19, dia tampak sebal menunggu sosok veranda tak kunjung datang.

Tak lama kinal yang berusaha menyibukan diri dengan membuka handphone seolah terpecah iman melihat ujung kaki ve, sampai ujung ujung yang lain, eh ujung rambut thors...🔫😂 

"Eh Awas..." Ucap kinal yang sontak menarik tangan ve, bertujuan mencegah kecerobohan ve yang tinggal sedikit lagi menabrak pelayan yang membawa sup panas ditangannya. Kini mata mereka saling bertemu, membuat veranda salah memahami.

"Loe gak papa kan pir.." kata 'pir ini yang membuat veranda merubah ekapresi dari wajah kemerahan menjadi ke biruan hahahah.

"Rese banget loe yah, loe mau sampek kapan pegang pinggang gue haa? " hujat veranda.

" Ih ogah, amit amit pegang pegang. Niat gue cuman nolong dasar lampir".

Kini entah kenapa mereka jadi super canggung, kinal yang mencoba tak menampakan wajah gugupnya kepada ve hanya sok sibuk membolak balik buku menu.

" Cappucino Latte sama Vietnam Coffe please" Kinal yang kini hanya melirik veranda sekarang berfikir jessica si sianida.

" Kan gue yang ngajak jadi aku aja yang pilih ya", ucap ve.

Kinal hanya terdiam menatap melihat sosok bidadari menggunakan gaun simple tapi begitu fashionable, sederhana namun mewah yang berada dihadapannya saat ini.

Malam yang begitu singkat bagi kinal, "Gue kenapa jadi kaya orang gila gini gara gara lampir gak jelas ini"

Pukkkk....

Peluk veranda dari belakang, yang sontak membuat kinal kehilangan jantungnya. bahkan dia berfikir kemana nafasku kini, apakah oksigen sekarang tlah habis.

"Cium aku..." Kini veranda yang membuka arah dihadapan wajah kinal.

"Ta..Tapi...".

Kini Veranda begitu tampak vrontal, menyentuh bibir kinal. Kinal tiada henti membuka menutup matanya, tidak menyangka ciuman pertamanya harus di curi oleh lampir laknat seperti Veranda.

Dingin ..iya dingin membuat kinal begitu hangat, dan yang tak sengaja membuat kinal terselera membalas tiap lumatan yang di hadiahkan ve.

Kepala mereka tertunduk menyatu, Kinal menyentuh lembuat kedua sisi pipi veranda Lembut pergantian bibir bawah bibir atas ...membuat veranda memainkan kancing Mantel Kinal. Apa ini fikir kinal, seperti air mata tak disangka Ciuman ini terhenti karena veranda menangis hebat. Setelah itu Veranda menundukkan kepalanya kepundak bidang kinal.

Bukkkk....Plakkkk
satu dua tiga orang menonjok dan menyeret pundak kinal...

To be continued...

The Journey to Succes Devi Kinal Putri (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang