Bagian IV -Kosong

2.7K 124 0
                                    

Kini Kinal dan Veranda benar- benar merasa canggung , Kinal yang langkahnya lebar kini meninggalan veranda dibelakangnya. Veranda dari belakang kini pula fokus pada punggung wanita yng ada dihadaannya, punggung tegap gagah dan sangat berkarisma.

Dua orang ditepi jalan raya seolah memecah fokus veranda, dia sangat jelas melihat bahwa yang disana adalah Papinya sedang duduk bersama seorang wanita yang tampak lebih muda darinya sepuluh sampai lima tahun dari papinya . Veranda yang sangat tidak menyukai pemandangan seperti itu sontak mendekap punggung yang di perhatikannya tadi.

Entah badai apa yang ada di diri veranda saat ini, hatinya tidak bisa berbohong . Yaaa hatinya sangat kosong dengan kesedihan sejak kematian sosok ibu yang paling dia sayangi. Kini dia merengkuh dan meraih Pundak kinal dan tangannya mencengkram pundak kinal yang seolah melambangkan

~Miliki lah aku sepenuhnya nal~

Ciuman lembut dari bibir lembut veranda kini membuat Kinal benar-benar hanyut, kinal membalas tiap lumatan yang di berikan veranda dengan sentuhan tangan kinal menggapai kedua pipi veranda, kini angan kiri veranda bermain kearah rambut kinal dijambak halus dengan lembutnya dan posisi tangan kanannya mencengkram kancing mantel kinal

Pengawal Papi veranda yang benar benar sadar nona mudanya yang dulu ia jaga dengan sangat penuh kasih berada dipelukkan kinal yang memiliki tampang bagai preman pasar.

~Bukkkk...pllakkkk..~

Hampir lima pukulan kini yang didapat kinal, pipi kanan dan kirinya Perut rongga Rusuknya. Tapi kinal yang memang sudah terbiasa dengan bela diri yang diajarkan Ayahnya sejak kecil meminimalisir pukulan pengawal botak itu dengan cukup baik walau pipinya kini sudah bonyok.

"Bruno...Berhenti kalau enggak kamu akan aku Tonjok" Bentak veranda sela menghapus air mata yang terus mengalir dari mata cantik bagai putri dari portugis itu.

"Bilang sama Tuanmu itu !! aku gak bakal mau nemuin dia lagi.." tegas veranda ancam kepada para pengawal atau ajudannya itu.

Kini Veranda menjinjing sebelah tangan kinal.

"Nal, ayo aku bantuin...kamu tahan yah, Taksi..".

Veranda pun menghentikan taksi yang datang dengan lampu yang sangat menyilauakan.

Kini Veranda Menuntun Kinal, Veranda sepanjang jalan merasa kakinya begitu dingin takut kinal kenapa-kenapa karena dia cukup tau pukulan Bruno seperti apa satu pukulan saja dapat membuat musuhnya terkapar.

Ve membuka pintu Apartemennya dan menatakan posisi kepala kinal di kasur lebarnya, benar saja kinal tampak begitu pucat dengan lebam lebam di pipinya.

Veranda yang mencoba membuka kancing kemeja hitam kinal kaget karena pada saat itu juga kinal menyentuh tangannya.

"Loe gak kenapa-napa kan ve?" Kini Veranda pun merasakkan hatinya terbang mengeluarkan nafas sesak.

"Bodohh...Kamu khawatirkan dirimu saja, bahkan tetap saja selalu sok kuat" Dua kali ini kinal gagal menyelamatkan veranda memang. Saat Ve kehilangan dompetnya, dan juga malam ini.

"Sini aja jangan kemana-mana...Aku dingin" Tarikkan tangan Kinal membuat Veranda yang hampir menegkkan kakinya menjadi terdorong kearah dada kinal.

"Rasa apa ini, ini seperti pelukkan seorang ibu...hangat dan mendamaikan" Veranda seakan terkunci dalam posisi seperti ini, dan nampk kinal yang kembali mengatupkan matanya.

***

"Pagi Ve.....Jelek juga yah kalau gak pake make up" Ucap kinal seolah membelah siluete mentari dari balik tirai kamar ve.

The Journey to Succes Devi Kinal Putri (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang