Bagian XII - Selebihnya Veranda

1.7K 83 0
                                    

Kinal merenggangkan tempat duduknya, dia tampak melihat sedetail yang ada pada gadis dihadapannya. Masih muda, tapi udah bisa bikin papinya jatuh hati untuk jadiin partner kerja. Setidaknya itu yang kini kinal fikir.

Di Bus ini kinal duduk dengan gadis yang bernama Viny yang ia ingat karena namanya masih ada dalam kertas yang ia jinjing selama ada di bandara tadi.

Viny tampak memandangi arah luar jendala menatap bangunan tertata rapi di kota itu, bekas salju yang memudarkan kecoklatan warna pepohonan pinggiran jalan. Tampak kini ia, bergumam takjub. Bahkan kini orang yang berada disampingnya tak sekali ia lirik, bahkan tiap kinal bertanya sesekali hanya dijawab acuh.

hampir berapa menit itu berjalan, sesekali roda bus menyentuh gundukan aspal mengakibatkan arah kepala mereka naik turun.

"Mas kok diem aja?"

Kini viny memulai obrolan tanpa mengubah pandangannya. menghadap wajah orang yang duduk bersamanya.

"Aku ini kinal, anaknya bapak danang orang yang udah nyuruh kamu kesini"

Kini kinal membuka tutup kepala yang ia kenakan. dengan tampak sesali mengirim lirikan sebal kearah viny.

"Lah...mana saya tau, habis kaku banget kamunya"

Viny, memegang perutnya.Menertawai dirinya sendiri.

"Pake ketawa lagi huhh"

Kinal hanya menunjukan rasa sebalnya, kepada seorang yang ada didekatnya itu. Kinal mengeluarkan headphone menutup rapat telinganya memejamkan matanya.

***

Veranda dan ghaida kini tampak menapakkan kakinya diparkiran lorong bawah tanah itu, mobil mereka ia tinggalkan. Diikuti dengan dua orang dibelakang, membuntuti arah langkah kaki mereka. Wajah dengan mata tajam, tubuh kekar dan juga otot memagari lengan.

"Ghai, loe gak risih sama mereka? aku kira kamu udah banyak berubah?"

Veranda kini memencet tombol lift Apartemennya, dengan sesekali veranda melirik kesal kearah bodyguard dibelakang ghaida.

" Yah..gimana juga, kemarin-kemarin aku emang sengaja kabur dari mereka tapi tetep aja nongol.."

Bisik ghaida

"Pak.Don, Pak.Jon...kayaknya udahan sini, aja masak mau ikut masuk"

Ghaida sambil menarik nafas kini ia harus mengucapkan kata-kata perintah lagi dan lagi. Ghaida sendiri memang sudah terbiasa dengan pengawalan setiap langkahnya sejak kecil. Veranda pun seperti itu, namun veranda dapat melepaskan diri dari penderitaan apa itu dikawal.

Ghaida memang terlahir dari keluarga kedutaan yang dimiliki oleh indonesia, tepatnya ayahnya ditugaskan ke negera jepang. Ghaida secara otomatis harus meninggalkan segala aktivitasnya di indo negara kelahiraannya, tepat pelantikan ayahnya bertugas.

Lampu Apartemenpun menyala, terang dan begitu hangat karena malam ini salju benar-benar terhenti. Menunjukkan hari ini adalah hari-hari terakhir musim dingin di wilayah kota.

***

Berbeda di tempat kinal, Kafe tampak begitu ramai dengan alunan musik jazz. Kini Penujuk waktu menepatkan pukul 20.00, ini memang waktu para pekerja pulang dan ini juga alasan sebagai mengapa sebuah Kafe Bar The Journey itu tampak ramai.

Mario mengontrol beberapa pegawai, meskipun kini kinal baru memutuskan hanya.1-2 orang weathers gadis, tampak diantara mereka berdua memiliki kecakapan dalam hal melayani apalagi dengan mata indah bekal khas gadis eropa.

Kinal kini memasuki pintu masuk kafenya, dengan viny yang masih mengucek-ucek matanya menunjukkan bahwa ia habis tertidur dengan sangat pulas.

memang hampir selama perjalanan dari tadi kinal dan viny masing-masing tertidur.

The Journey to Succes Devi Kinal Putri (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang