Bagian XI. Artistic

1.4K 87 5
                                    

Malam ini hanya terasa terpaan tipis angin malam dari dermaga disalah satu kota bagian Australia, yap siapa yang tidak kenal dengan pelabuhan terkenal itu, Sydne malam membuat pengarah sinyal pandangan para penikmatnya begitu tergoda.

Selain romantis momen...pelabuhan itu dipilih sebagai pelaksanaan prosesi pertunangan Jiro Herlambang dengan Imelda Susanti. Pasangan dengan kesederhanaan dalam hubungan yang terjalin hampir satu tahun lamanya itu.

Pria yang lumayan mapan dengan beberapa perusahaan testil diindonesia itu adalah seorang ayah dan juga sebagai seorang pengganti sosok ibu untuk putrinya yakni Veranda.

Berbeda dengan Imel, seorang gadis sederhana namun sangat menarik hati.

Disudut ruangan berlatar ukiran indah clasik, kurang lebih dibuat oleh seorang creator dari yunani. Marmer indah dan juga unik.

Lorong panjang itu kini memiliki sebuah daya tarik, Veranda dan Ghaida telah memasuki ruangan lebar itu. Mereka melebarkan senyum menyapa keseluruh tamu yang hadir dengan setelan khas hitam dan rapih.

Bagai cermin, di pintu lebar arah lain dari lorong lebar itu. Kinal dan Shania mendorong pintu kaca tebal itu, beberapa pasang mata mengarah pada mereka. Tentu saja Shania yang nampak cantik, manis dengan senyum indahnya sedang memamerkan ukiran tercantik yang ia miliki, kinal dengan kemeja seperti biasa hitam kasual kunciran rambut yang begitu rapih.

Parfum Green Sport ia pakai, sehingga membuat aroma khas baru saat kinal menggandeng lengan shania yang memang hampir dari tadi shania gantungkan ke lengan milik kinal.

Tukar cincin telah menghiasi seisi ruangan, Best moment god.
Veranda tidak merasakan guncangan separah dulu, ketika mendapati pertama kali seorang papanya merangkul pundak wanita yang sama. Ghaida sadar betul dengan, apa yang ia amati, tiap senyuman tipis yang keluar dari veranda.

"Aku pulang duluan yah Shan?Mario sendirian ngurus kafe!"

Kinal kini menghampiri shania, dan berbisik dengan pamit kearah telinga kinal.

Cuppmhh

Satu pendaratan yang sempurna, kinal sadar sesadarnya shania meletakkan bibir manisnya itu.kearah pipinya.

Kinal sekedar, melekatkan jemarinya sambil melirik arah atas seolah tampak linglung dibuatnya.

"Hati..hati kak "

Lambaian tangan itu berasal dari shania, kinal melihat sesekali shania tertawa melalui balik badannya.

"Eh nal..tunggu bentar, gue nitip ve dong?"

Ghaida mengejar arah langkah kinal, yang hampir keluar dibalik pintu.

"Dari tadi ve ngajakin pulang, aku kan gak enak sama Om jiro...jauh jauh kesini masak gak ngobrol dulu...Tenang, gue yang bujuk ve nal..!"

Entah apa yang ghaida bisikkan kearah veranda, kinal tidak melihat jelas karena bisikan ghaida diiringi dengan anggukan sedikit ditutupi permukaan tangannya.

"Nah..Dia mau nih nal, jagain dia yah..gue percaya sama loe"

Ghaida menggosok-gosokan telapak tangannya kedua tangannya bersamaan seolah selesai membereskan sesuatu hal yang amat berat.

Setelah melihat langkah veramda dan kinal menjauh,.ghaida kembali mencondongkan langkahnya menuju arah keramaian itu.

Shania kini, mengalihkan pandangannya. Memutar sedikit Posisi kamera kearah ibunya, dan sang calon ayah.

Ganjalan ketika shania memposisikan kepalanya kearah kiri.

"Aduh..maaf-maaf, gak sengaja"
Shania mengelus bagian kepala orang yang ia rasa, terlalu sakit. Walau kepalanya sendiri juga sakit.

The Journey to Succes Devi Kinal Putri (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang