2. Stella

137 22 2
                                    

Stella terkulai lemas setelah melihat pesan singkat yang diberikan temannya, menginformasikan bahwa Reza, teman lamanya meninggal pagi ini. Air mata secara perlahan mulai membasahi pipinya dan membuat matanya membengkak. Untuk yang kedua kalinya, Reza membuat gadis itu menangis.

Kau mengingkari janjimu lagi, Za. Tidakkah kau ingat janji yang telah menyatukan kita --dulu? batin Stella.

Semua memori yang pernah dialaminya bersama Reza terputar kembali di benak Stella.

"Aku tidak akan membuatmu menangis," janji Reza kala itu --bullshit.

Tiba-tiba, teringat bahwa Reza pernah memberinya secarik surat ketika mereka --hm, putus. Stella segera mencari kertas itu di laci mejanya. Surat itu belum pernah dibuka, karena Stella tidak memerlukan penjelasan lebih banyak dari Reza karena sudah memutuskan hubungan mereka sebagai kekasih. Hari ini, Stella memutuskan untuk membacanya.

Dear, Stella...
Bunga-bunga di taman yang pernah kita kunjungi itu, sangat menawan bukan? Tapi bagaimana menurutmu dengan setangkai mawar merah, berada di hamparan melati putih? Hm, memang bukan kali pertana aku menanyakan hal ini padamu. Aku bahkan masih ingat jelas jawabanmu kala itu.

"Orang-orang mungkin akan berpikir berkali-kali untuk mengambil mawar merah itu, karena takut dianggap berbeda. Namun bunga itu sebenarnya limited edition. Karena itu, pemiliknya akan dipuja," katamu pada saat itu.

Pada saat yang sama, demi apapun aku merasa sangat bersyukur karena memilikimu. Kaulah mawar itu, Stella. Kau dulu pernah bertanya alasanku mencintaimu. Siapa yang rela mencintai gadis nyentrik yang tidak bisa diam sepertimu? Aku. Aku bahkan tak tau alasanku mencintaimu. Melihat senyummu, rasanya sudah seperti oksigen bagiku. Karena itu, teruslah tersenyum untukku.

Aku minta maaf, aku mengingkari janjiku. Aku tahu, dulu aku pernah berjanji tidak akan membuatmu menangis. Jujur saja memutuskan hubungan kita juga sangat berat bagiku. Tapi, aku ingin kau segera melupakanku. Menurutku lebih baik kau menangisi putusnya hubungan kita, bukan menangisi kepergianku. Ya, dokter memvonis umurku tidak akan lama lagi.

Maafkan aku. Meskipun aku tahu sepertinya seribu satu maaf pun tak akan cukup untuk membuat air matamu yang sudah terjatuh itu berubah menjadi senyuman.

Aku juga tahu kau tak akan membuka surat ini tepat setelah anniversary kita yang ketiga, yang juga menjadi hari kita berpisah. Jadi, kapan kau akan membukanya? Besok? Lusa? Saat aku meninggal nanti? Atau bahkan... kau membuangnya?

Apapun itu, aku mencintaimu. Lebih dari yang kau tau. Terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku.

Reza

Sontak air mata Stella tumpah setelah membaca surat itu. Rasa penyesalan bercampur aduk dalam hatinya. Dia benar-benar sudah salah sangka pada Reza. Ia pikir, Reza memutuskannya karena sudah mulai bosan, dan hal-hal aneh lain yang ada di pikirannya. Ternyata ia salah, sangat salah.

Namun apalah dikata, nasi telah menjadi bubur. Stella, mantan terindah dari Reza hanya bisa duduk terdiam di balik dinding penyesalan.


Games : DrabbleWhere stories live. Discover now