25. Hit

24 1 0
                                    

Karya : AnggitaKouhai

---

Kedua orang tua itu adalah orang yang paling kubenci.

Lelaki tua itu adalah tipe orang yang akan memukul bokong anaknya jika target nilai sekolahnya tak tercapai. Tipe orang yang tidak akan memberi uang saku pada anaknya jika anaknya tidak mengikuti peraturannya. Tipe orang yang setiap hari selalu menanyakan mekanisme kejadian di sekolah setiap hari kepada anaknya.

Dan kenapa lelaki tua itu juga dipasangkan dengan perempuan tua yang sifatnya hampir sama?!

Perempuan tua pasangan hidupnya adalah tipe orang yang begitu dislipin. Tipe orang yang menetapkan jam keluar malam pada jam enam sore. Tipe orang yang menyusun segala sesuatu dengan sangat hati-hati. Remote disusun berdasarkan panjang. Saus disusun berdasarkan abjad. Tanaman pot disusun berdasarkan nama latinnya.

Dan kedua pasangan tua itu adalah orang tuaku. Mereka yang sifatnya paling otoriter dan melihat semuanya berdasarkan nilai.

Aku, Aita Fujinuma berumur enam belas tahun, kabur dari rumah setelah argumen konyol selama satu minggu. Setelah pemberontakan selama satu bulan. Setelah tidak mau bicara selama satu semester.

Di saat itu, aku bertekad dalam hatiku, aku akan sukses tanpa sekolah.

Di saat itu, aku berjanji pada diriku akan memukul balik bokong orang tua itu dengan kesuksesanku.

Sekarang...

Aku, Aita Fujinuma berumur dua puluh satu tahun, sukses menjadi direktur perusahaan event management.

Selama tiga tahun, aku bekerja keras membantu temanku membuat perusahaan event management. Membuat perusahaan berjalan lancar adalah sesuatu yang harus kami lakukan mati-matian.

Sekarang, perusahaan yang kami buat mati-matian itu, sukses berdiri tegak menjadi perusahaan event management ternama.

"Halo? Akiko, ini kakak," aku menempelkan handphone yang kupegang ke telinga kiriku.

"Lho? Kakak?! Ada angin apa menelepon kesini? Sudah lima tahun, ya?!" suara heboh adikku terdengar dari seberang telepon.

"Hehe. Angin pergantian musim setelah aku party anniversary perusahaanku ketiga tahun." jawabku asal.

"Woah! Hebat!"

"Akiko sendiri bagaimana?"

"Semuanya pilihan Ayah, Kak! Mau saat SMA atau Perguruan Tinggi, semuanya ayah yang pilih."

"Haha. Semangat!" aku melirik jam tanganku. "Sudah, ya. Sampaikan salamku pada kedua orang tua itu."

"Hanya itu? Kakak nggak menanyakan kabar Ayah dan Ibu?"

"Ohaha. Kedua orang tua itu apa kabar?"

"Ibu sehat, kak!"

"Orang disiplin pasti sehat." celetukku.

"Ayah kena penyakit hernia nulkleus pulposus," suara Akiko terdengar parau.

"Hernia apa? Penyakitnya parah, ya?"

"Saraf terjepit di bagian bokong, Kak."

"Eh? Serius?!" aku meninggikan suara. Kaget.

"Iya... Butuh terapi lama."

Itu pasti karena aku tanpa sadar memukul bokong orang tua itu, kan?!

"Hebat! Aku pulang! Kakak janji akan membiayai semua terapi Ayah!"

Games : DrabbleWhere stories live. Discover now