4. Namida fuite

77 13 0
                                    


Rivka

---

"Ayo makan."

"Aku tak ingin."

"Hey ayolah, aku tak mau kau sakit."

"Aku hanya ingin makan jika--"

"Kusuapi. Ya, aku tahu. Sekarang, bukalah mulutmu, aku akan menyuapimu."

Gadis itu tersipu dan membuka mulut sesuai perintah kekasihnya.

---

"Akiko-chan."

Gadis yang dipanggil hanya diam dan tetap menatap sendu pemandangan di depannya.

"Akiko-chan," panggilnya lagi seraya menangkup kedua pipi gadis itu.

"Eh, apa yang kau--um, maksudku, apa kau memanggilku tadi?"

"Berhenti melihatnya. Lupakan dia."

"Tapi, dia terlihat sangat bahagia dengan kekasih barunya itu," ucapnya parau.

"Bukankah seharusnya kau bahagia melihat orang yang kau sayang bahagia? Maksudku, meski bukan bersamamu."

"Aku tak setegar itu, Kuro-kun."
Kali ini, gadis itu mulai terisak.

"Namida fuite. Aku benci, aku benci melihatmu menangis karnanya. Aku benci, saat kau hanya menampakkan tangisanmu di depanku, bukan senyumanmu.  Aku ingin kau tersenyum tulus, untukku. Aku ingin, kau menganggapku ada. Aku lelah menjadi pelampiasan tangisan, kekesalan, bahkan kemarahanmu. Aku, aku menyukaimu--ah tidak, bahkan menyayangimu, Akiko chan. Tak pantas memang, tapi inilah kenyataannya. Aku tak berharap kau membalas perasaanku. Karna kutahu, perasaanmu hanya untuknya. Aku hanya ingin kau mengetahui perasaanku saja. Hanya itu."

Akiko termangu mendengar pengakuan Kuro. Ia membekap mulutnya dengan tangannya.
Entah kenapa, hatinya merasa tertampar.

"Kuro-kun ... nande?" ucapnya lirih.

Games : DrabbleWhere stories live. Discover now