Aku memperhatikan dia dalam diam. Dia sedang duduk dikursi roda. Muka nya pucat, tubuh nya kurus, dikepala nya sudah tidak ada sehelai rambut pun yang tersisa. Dia menatap orang yang berlalu-lalang dengan tatapan kosong.
Aku berjalan mendekatinya.
"Hai. Kenapa kamu tidak didalam? Disini dingin, ayo kita masuk. Siapa yang membolehkanmu berada disini?" Ucapku setelah berjongkok dihadapan nya.
Dia tersenyum kecil dan menggeleng, "I-itu." Ucap nya sambil menunjuk anak kecil yang berada tidak jauh dari tempat kita.
Aku melihat anak kecil yang keadaan nya tidak jauh beda dengan dia.
"Dia sama sepertiku. Dia sakit kanker hati. Tapi kenapa anak sekecil dia sudah diberikan penyakit mematikan seperti itu oleh Allah? Bagaimana dia bisa menahan rasa sakit itu? Bisakah aku membantu nya untuk sembuh?" Dia terkekeh kecil, "Bagaimana aku bisa membantu nya sedangkan keadaanku sama seperti dia, sama-sama pengidap penyakit kanker hati. Aku tidak tega melihat anak kecil itu."
Aku mengusap air mata yang sudah mengalir dipipinya, "Sudahlah. Itu sudah takdir. Kita tidak bisa mengubahnya. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdo'a dan berikhtiar. Lebih baik sekarang kita masuk." Aku mendorong kursi roda menuju kamar rawat.
Aku membantu nya untuk berbaring diatas ranjang rumah sakit. "Apakah kamu merasa lebih baik?"
Dia tersenyum kecil, "Aku baik. Jangan khawatir, aku baik-baik saja."
"Ceritakan padaku jika ada yang sakit."
Dia mengangguk, "Aku lelah. Aku ingin istirahat."
"Istirahatlah. Aku akan menemanimu disini."
"Tapi sebelum aku istirahat, bolehkan aku meminta sesuatu?"
"Tentu saja. Apa yang kau mau?"
"Tolong rawatlah anak kecil yang tadi seperti kau merawatku."
"Kenapa kau berbicara seperti itu?" Tanyaku dengan suara sedikit parau.
"Tolonglah. Aku ingin kau merawat nya."
Aku mengangguk, "Aku akan merawatnya." Ucapku. Tidak terasa air mata sudah keluar dari kedua mataku.
"Aku lelah. Aku ingin istirahat."
Dia tertidur dengan darah yang mengalir deras dari hidung nya. Aku mencoba mengelap darah itu dengan selimut rumah sakit. Dan darah itu berhenti, sama seperti deru nafas nya, nafas nya berhenti. Dia tidak lagi bernafas.
Aku memeluknya dan menangis sekeras-kerasnya.
Tiba-tiba pintu kamar rawat terbuka dengan lebar. Dokter dan suster mendekatiku. Dan mereka hanya menggelengkan kepala dan menatapku iba.
Aku Fara. Dan aku baru saja kehilangan seseorang yang sangat berharga bagiku, Fira, adik kembarku.
YOU ARE READING
Games : Drabble
RandomHanya sekumpulan drabble yang dibuat oleh anak NWAC dan SBNWAC. Kepo? baca aja ya guys ... jangan lupa vote dan komentar nya, wkwk .... Drabble: Terdiri dari 100-200 kata. Meskipun tidak tepat berjumlah 100-200 kata, yang penting drabble itu san...