27. Deria.

17 0 0
                                    

Karya : N...

---

"Dengarkan aku, kamu harus tetap diam disini! Jangan pernah keluar kalau bukan mama dan papa yang menjemputmu untuk kelua, kamu paham?" ucap Renata dengan tergesa-gesa. Dia menatap sendu ketubuh mungil nan cantik yang kini ia suruh bersembunyi di dalam pohon berlubang besar.

Anak kecil itu terdiam lama, di dalam hatinya dia sangat tak ingin membiarkan Renata pergi. Namun dia tau, yang bisa dia lakukan hanyalah tersenyum patuh dan mengangguk.

Buliran air mata tak sanggup ia cegah untuk menetes.

"Deria, ingatlah 1 hal ... Mama dan papa menyayangimu dan akan selalu seperti itu, walau kelak jiwa kami telah tak berwadah." ucap Renata dengan tersenyum pedih sebelum dia meninggalkan putri semata wayangnya itu.

Deria meringkuk saat mendengar suara pekikan kesakitan yang tak teredam karena dia bersembunyi di pohon tepat disamping rumahnya. Tubuhnya yang hanya setinggi 6 kaki itu bergetar hebat saat mendengar pertengkaran demi pertengkaran.

DOR ... DOR

Suara lengkingan tembakan yang membuat jantung Deria behenti berdetak barang sedetik. Deru napasnya tak beraturan dan tiba-tiba sebuah amarah langsung muncul dari sudut hatinya.

'Kenapa? Kenapa ini terjadi pada keluargaku? Apa salah kami? Kenapa? Kenapa? KENAPA?' batin Deria marah.

Hawa dingin yang menusuk tiba-tiba terasa nyilu menusuk hatinya. Membuat hati sang pemilik ikut membeku.

Ketakutan sirna dari dalam diri Deria.

Deria berjalan memasuki rumahnya dan disambut oleh simbahan darah. Dia menatap nanar sekaligus marah kepada 2 tubuh yang tergeletak di depannya.

Papa dan mamanya kini telah tiada. Deria memungut sebuah pistol yang tegeletak di samping mayat papanya. Pistol yang bersimbah darah itu kini digenggam erat oleh Deria.

Deria sering melihat papanya memainkan pistol karena papanya adalah seorang jaksa yang memiliki banyak musuh. Jadi, Deria hafal cara menggunakan pistol walaupun dia masih anak-anak.

"Hahahaha ... Taruh pistol itu Deria, itu bukan mainan." ucap Dante yang menatap tubuh keponakannya.

"Lalu ini apa om? Deria sering melihat papa memakai pistol ini." jawab Deria sok polos dengan memainkan pistol itu.

"Oh ya om, Deria ingin tanya, kenapa papa dan mama Deria tidur disini?" tanyanya yang sebenarnya tak perlu jawaban karna dia sudah tau.

"Emm ... Mereka terlalu lelah untuk pindah ke kamar?" jawab Dante dengan suarayang terdengar gugup.

"Kalau begitu temani mama dan papa tidur yuk, om." ucap Deria. Dante melotot kaget namun tak sempat menjawab karna sebuah peluru kini melesat cepat menembus tenggorokannya.

"Karena Deria sayang mama dan papa jadi biarkan Deria menyusul kalian." ucap Deria sedih dan disusul oleh suara tembakan yang berhasil menembus kepala Deria.

Games : DrabbleWhere stories live. Discover now