YEAY I'M BACK! UN WAS DONE! HAPPY READING!
--
Sebuah kehidupan yang terusik
kembali bercengkrama, keadaan yang tak mungkin akan segera terjadi. Antara iya dan tidak akan merubah segalanya. Bahagia dan kecewa ada dalam satu wilayah yang sama. Dengan segala cara, akan selalu dilakukan demi satu tujuan yang penting. Berusaha untuk selalu mengkokohkan hal yang dijanjikan.You're the only person I wanna be with.
--
Author's
Sebuah pelukan rindu membuat jarak menghilang, tak ada spasi diantara mereka berdua.
"ASTAGA! AKU BENAR-BENAR MERINDUKANMU!" Ucap gea sedikit berteriak dan membuat rafi menahan sakitnya telinga karena suara gea yang cukup keras. Rafi tersenyum tipis,
"Aku juga merindukanmu. Dimana justin?"
"Dia sedang membeli minum."
"Jadi, sekarang ke hotel dulu? Kalian pasti lelah."
Gea mengangguk pasti, "Tentu saja. Kita akan jalan-jalan besok. Hotelnya tak jauh dari tempat tinggalmu kan?"
"Tidak. Nanti aku antarkan, aku membawa mobil."
Tak lama, justin datang sembari membawa dua botol air mineral dan memberi satu kepada gea. Justin memeluk rafi sekejap, "Apa kabarmu?" kalimat pertama yang muncul dari bibir justin.
"Lebih dari baik. Senang sekali bisa bertemu kalian. Aku tahu kabar kalian saat ini sedang lelah. Jadi, kita langsung saja menuju hotel?"
"Hm." ucap justin mengangguk sembari meneguk air mineralnya. Justin dan gea membawa kopernya masing-masing.
Gea's
"Kau di depan." ucapku kepada justin cepat. Entah, aku yakin masih ada perasaan cemburu yang menjanggal di justin, aku tak mungkin membiarkan diriku duduk di depan dan bercengkrama sembari tertawa riang dengan rafi dan justin hanya duduk terdiam di belakang. Justin hanya menatapku dan akhirnya membuka pintu mobil bagian depan.
"Kita di Raffles Hotel ya, letaknya tak jauh dari kosanku."
Aku hanya mengangguk. Justin memainkan handphone dan tak lama akhirnya dia bersuara,
"Kerja? Dimana?"
"PT Rekayasa. Kau sekolah musik ya? Gea menceritakan banyak tentangmu. Astaga, kau benar-benar beruntung memiliki dia."
Aku hanya tersenyum tipis menatap mereka berdua.
"Ya, aku akan sekolah musik. Jadi, kau di jakarta hanya seorang diri?"
"Begitulah, semua keluargaku tetap di Bandung."
"Dan mantanmu?"
Aku berdecak, "Justin!"
Rafi terkekeh, "Tak apa-apa gea. Aku sudah terbiasa dengan kata itu." rafi menengok sekilas ke arah ku kemudian ke arah justin, "Dia tetap sahabatku."
YOU ARE READING
Dear Justin (Always, you)
FanfictionDear Justin, terimakasih telah menepati semua kata-kata yang kau ucapkan. Terimakasih telah menunggu. Aku rela mengulang semuanya dari awal, bersamamu. Kenangan itu memang tak akan kau ingat tapi akan selalu ada dalam otakku. Memori yang selalu tert...