SATU TAHUN PENANTIAN. AKHIRNYA, DEAR JUSTIN 3 BERLANJUT!
--
Gea's
"Boleh aku masuk?" suara justin. Aku langsung menoleh ke arah pintu.
"Tentu saja. Ayo masuk." ucap rafi. Justin dengan ragu akhirnya masuk ke ruangan dan duduk di sofa yang tersedia. Kami bertiga langsung terdiam. Aku menatap rafi dan menggeleng tanda 'Aku masih tak mau kembali dengannya'. Rafi menghela napas berat. Aku langsung berdiri dan berbalik menuju pintu tanpa menoleh ke arah justin hingga dia menegurku dan membuat langkahku berhenti,
"Gea."
"Apa?" tanyaku tanpa menatapnya.
"Aku ikut."
Aku berdecak, "Temani rafi."
"Kau mau kemana?"
Aku terdiam dan meneruskan langkahku untuk keluar tanpa menjawab pertanyaannya. Tapi, perlahan aku berpikir. Betapa bodohnya jika aku mengabaikan Justin begitu saja. Sejujurnya, aku masih mencintai dia, dan akan terus mencintai dia. Aku menunggu di ruang tunggu dan tak lama Justin pun keluar.
"Kenapa kau begitu keras kepala?" Tanya Justin sembari duduk tepat disebelahku. "Aku ingin...."
"Jelaskan padaku, aku akan mendengarnya, tapi dengan satu syarat." Ucapku memotong pembicaran sembari menatapnya dan mengubah posisi dudukku ke arah samping agar berhadapan dengannya.
Justin membelalakkan matanya, "Benarkah? Baiklah. Apa syarat itu?"
"Kumohon jangan mengalihkan pembicaraan setelah aku mengatakannya." Ucapku pasti.
Justin mengangguk, "Ya. Aku janji."
"Aku sudah mengetahui teror itu." Ucapku sembari menatapnya pasti. Kulihat justin terpaku, diam, dan terkejut menatapku tak percaya.
"Ba...bagaimana..."
Aku memotongnya, "Di Canada, saat kau tes musik, dan aku membuka hpmu. Aku tau itu sangat tak sopan, tapi, ya. Aku tak sengaja menemukan itu." Justin benar-benar terdiam, aku menghela napas berat, "Kenapa kau tak memberitahuku?"
"Aku takut..."
"Takut untuk?"
Justin menatapku lekat, "Itu akan menjadi beban untukmu."
"Kalau aku tak tahu, kau akan terus takut dan itu pun menjadi beban untukmu juga. Kau tak akan kehilanganku, aku janji."
Justin mengangguk, "Terimakasih."
"Sekarang, kau hutang penjelasan kepadaku."
"Tapi jangan disini, okay?"
"Sebaiknya kita mencari hotel. Aku tak enak dengan rafi." Ucapku. Justin mengangguk. Aku dan justin segera beranjak menuju ruangan rafi untuk berpamitan.
Perlahan aku membuka pintu ruangan dan mendapati rafi yang sedang menonton televisi.
"Hey." Sapaku sedikit keras. Rafi menoleh dan segera mematikan televisinya. Rafi menatapku dan justin bergantian.
Rafi tersenyum, "Kalian sudah baikan?"
Aku mengangkat kedua bahuku, "Entahlah." Rafi hanya berdecak.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Kami pamit."
"Kalian akan ke Canada?!"
"Kami masih di Jakarta, tapi kami akan mencari hotel." Jawab justin.
"Astaga, kenapa tak dirumahku saja?" Tanya rafi menatap kami berdua.
YOU ARE READING
Dear Justin (Always, you)
FanfictionDear Justin, terimakasih telah menepati semua kata-kata yang kau ucapkan. Terimakasih telah menunggu. Aku rela mengulang semuanya dari awal, bersamamu. Kenangan itu memang tak akan kau ingat tapi akan selalu ada dalam otakku. Memori yang selalu tert...