Lima

589 71 1
                                    

Semenjak kejadian kue itu. Sonya sering datang ke rumahku dan ke rumah justin. Sekali lagi, KE RUMAH JUSTIN. Apa perlu dia sesering itu ke rumah justin?! Untuk apa?! Astaga! Aku berusaha untuk biasa saja di dekatnya.

Dan sekarang, aku berada di rumah justin dengan sonya disebelah kiriku dan justin disebelah kananku. Kita menonton film tapi film itu sama sekali tak aku cerna. Aku bosan, benar-benar bosan. Aku tak peduli dengan keadaan sonya yang menyukai justin, aku beranjak dari kursi.

"Mau kemana?" tanya justin.

Aku tak menjawabnya dan langsung naik tangga ke arah kamar justin. Aku benar-benar tak peduli. Aku mengantuk dan langsung berbaring di kasur.

Justin's

Gea tak menjawabku. Apa dia PMS? Kulihat dia memasuki kamarku begitu saja, apa yang akan dia lakukan? Sendiri? Di kamarku?

"Sebentar." ucapku ke arah sonya dan sonya hanya mengangguk. Aku menyusul ke kamar dan mendapati gea yang tertidur di kasur. Aku mengerutkan kening, apa dia memang mengantuk? Atau, dia cemburu? Astaga, perempuan itu memang penuh dengan tanda tanya.

"Gea." aku menghampirinya dan duduk di sisi kasur, gea membelakangiku. "Kau sakit?" aku mengelus rambutnya perlahan.

"Aku mengantuk." jawabnya singkat. Aku menghela napas berat, 95% dia cemburu. Ayolah, ada apa dengannya? Cemburu dengan sonya? Apa sonya memang menyukaiku? Sungguh, aku benar-benar tak peduli. Aku tetap memilih gea.

"Ayolah, kita nonton lagi."

"Justin, aku mengantuk, sungguh. Kau lanjutkan saja menonton."

"Aku tak akan menonton jika kau tak ikut. Baiklah aku akan ikut tidur." ucapku pasrah dan berbaring di sofa yang tak jauh dari kasur.

Gea menoleh ke arahku, "Kau meninggalkan sonya sendirian? Jangan gila!"

"Aku tak peduli."

"Justin, aku tak cemburu, kau lanjutkan saja menontonnya."

Aku menatap matanya bingung, "Memangnya aku bertanya kalau kau cemburu?" gea terpaku. Presentasi menaik, kesimpulannya 100% dia memang cemburu. Gea terdiam dan tak menjawab pertanyaanku.

"Aku akan menyuruh sonya pulang jika kau tak ingin menemuinya."

"Itu sungguh tak sopan." ucap gea cepat.

"Jadi, kau memilih aku menonton dengan sonya tapi kau tak rela, atau lebih baik aku menyuruhnya pulang?" gea tak menjawab lagi. Aku langsung beranjak menuju ke ruang televisi menemui sonya.

"Sonya, maafkan aku. Sepertinya aku harus menjaga gea. Dia mendadak tak enak badan."

Sonya tersenyum menatapku, "Tak apa-apa. Aku lebih baik pulang saja. Terimakasih. Ucapkan ke gea maaf aku mengganggunya. Bilang juga cepat sembuh." justin mengangguk pasti, entah ada rasa percaya diri apa yang merasukiku. Saat sonya beranjak dan akan melangkahkan kaki untuk keluar, aku mencegahnya.

"Sonya?" sonya terhenti dan berbalik untuk menoleh ke arahku. "Kenapa kau sering sekali kesini? Kau menyukaiku?"

Sonya terdiam. Hening. Tak ada suara apapun yang terdengar, bumi serasa berhenti, tak ada pergerakan sama sekali dari kami berdua dan akhirnya sonya menjawab dengan keadaan yang gugup.

"Hah? Ti-tidak. Baiklah, aku pulang dulu." ucapnya dan langsung keluar. Dan kali ini aku menyimpulkan, dia menyukaiku. Apa aku ini memang tampan?

Gea's

Tak lama, justin kembali ke kamar. Aku menoleh, "Sonya sudah pulang?" justin mengangguk.

"Sonya pulang, apa kau masih mengantuk?" aku terkekeh. Jujur, aku ini memang sedikit mengantuk.

"Izinkan aku untuk tidur siang disini. Aku memang mengantuk."

"Baiklah tuan putri. Tidur saja sesukamu. Aku menjagamu." aku tersenyum malu dan berusaha untuk memasuki alam mimpi.

--

Aku membuka mataku perlahan, "Kau ini tidur atau pingsan?" justin duduk di sisi kasur menatapku yang baru bangun, wajahku sepertinya sangat buruk. Aku hanya tertawa simpul.

"Sekarang jam tujuh malam. Nyaris lima jam kau bermimpi dan kau pasti belum makan. Makanlah, mom membuatkannya untukmu." aku menoleh ke arah meja kecil disamping kasur yang telah tersedia makan malam disertai segelas air putih.

"Terimakasih." ucapku singkat, "Kau tak makan?"

"Aku tadi makan sama mom." aku hanya mengangguk dan segera makan malam.

Justin beranjak untuk membawa gitarnya dan duduk di kasur, kami duduk berhadapan. "Tuan putri yang sedang makan, aku akan mempersembahkan sebuah lagu untukmu. Nikmatilah."

Aku tersenyum dan menatapnya serta petikan gitar dari jarinya secara bergantian.

You've got that smile,
That only heaven can make.
I pray to God everyday,
That you keep that smile.

Yeah, you are my dream,
There's not a thing I won't do.
I'll give my life up for you,
'Cause you are my dream.

And baby, everything that I have is yours,
You will never go cold or hungry.
I'll be there when you're insecure,
Let you know that you're always lovely.
Girl, 'cause you are,
The only thing that I got right now

One day when the sky is falling,
I'll be standing right next to you,
Right next to you.
Nothing will ever come between us,
'Cause I'll be standing right next to you,
Right next to you.
You had my child,
You would make my life complete.
Just to have your eyes on little me,
That'd be mine forever.

And baby, everything that I have is yours
You will never go cold or hungry
I'll be there when you're insecure
Let you know that you're always lovely
Girl, 'cause you are,
The only thing that I got right now

One day when the sky is falling,
I'll be standing right next to you,
Right next to you.
Nothing will ever come between us,
I'll be standing right next to you,
Right next to you.

We're made for one another
Me and you
And I have no fear
I know we'll make it through

One day when the sky is falling
I'll be standing right next to you
Oh oh oh oh

One day when the sky is falling,
I'll be standing right next to you,
Right next to you.
Nothing will ever come between us,
I'll be standing right next to you,
Right next to you.

Oh nah nah
Oh yeah
Stand by my side, side, side
When the sky falls down
I'll be there, I'll be there

You've got that smile,
That only heaven can make.
I pray to God everyday,
To keep you forever.
Ooh

Aku yang masih mengunyah saat justin selesai langsung berbicara, "Iwtoe swangeat bawguss."

Justin terkekeh dan mencubit hidungku, "Habiskan dulu makananmu baru kau memujiku."

Aku mengangkat kedua alis dan menghabiskan makanan di mulutku, "Itu sangat bagus." ucapku akhirnya, "Aku sangat mendukungmu untuk kuliah musik."

"Nanti saat aku memainkan musik, kau melukisku. Bagaimana?"

"Oke. Aku setuju. Jadi, kapan kau mau memulai sekolah musik?"

Justin mengangkat kedua bahunya, "Entahlah. Secepatnya. Doakan saja."

Dear Justin (Always, you)Where stories live. Discover now