02. BERTEMU DENGANNYA

5.8K 287 2
                                    

Setelah beberapa hari berada ditempat yang asing, Rara tidak mengikuti semua kegiatan yang ada di pondok. SEMUANYA. Setiap kali ada kegiatan, ia mencari sebuah kesempatan untuk pergi menghindari paksaan dari keamanan pondok yang sangat mengerikan jika tidak sengaja berpapasan bertemu. Dan pertanyaan yang sama akan terulang lagi, kenapa kamu tidak ikut kegiatan?. Sangat menyiksa. Kali ini Rara melakukan hal yang sama--kabur dari kegiatan pondok. Sebenarnya, Rara tidak tau lokasi mana saja yang menurutnya cukup aman untuk dirinya bersembunyi dari patroli pondok. Dengan modal nekad, Rara terus berjalan tanpa menyadari dimana dia sekarang.

Dia melihat bangku yang lebar yang didepannya dihiasi taman kecil yang terdapat beberapa tanaman hias dan lampu taman yang tidak menyala disiang hari. Tanpa basa-basi, ia duduk dan memandang sekitarnya. Sepi dan nyaman, itulah yang ada ditangkap indra pengelihatan Rara. Mungkin ini akan jadi tempat favoritnya di pondok yang super flat ini. Melakukan aktivitas biasanya, gadis itu mengeluarkan earphone untuk  mendengarkan musik sambil membaca buku yang ia bawa tadi.

Enak juga nih tempat. Fix ini tempat favorit gue. Pikirnya.

⏪⏩

Rasyid dan teman-temannya berjalan menuju kamar setelah salat Ashar. Dia melihat seorang gadis yang duduk sendirian di taman ditambah tidak menggunakan jilbab sesuai aturan--padahal taman itu adalah area khusus Ikhwan. Terkejut melihat pemandangan yang super jarang sekali, semua teman Rasyid berbisik dan sesekali mencuri pandang kearah gadis yang tengah duduk dibangku taman area Ikhwan.

"Ini tidak baik. Jika dia ketahuan berada di asrama laki-laki, pasti pak Kyai akan marah" kata salah satu temannya. 

Rasyid memberi tanda pada temannya dengan menggunakan tangan untuk segera pergi agar tidak diketahui pak Kyai. Setelah cukup tenang, Rasyid berjalan mendekati gadis yang duduk sendirian di taman.

Rasa sebal menggebu didadanya, karena baru kali ini ada seorang wanita yang berani melanggar atutan tata tertib pondok. Padahal diluar pintu gerbang laki-laki sudah tertulis, dilarang masuk bagi Akhwat yang tidak berkepentingan, sudah tercetak jelas dan tebal. Tapi tetap saja ada yang melanggar dan Rasyid benci itu. Ia sekarang berada di samping gadis itu melihatnya  membaca buku dengan earphone yang terpasang di telinganya, membuat Rasyid tambah marah. Ada dua hal yang gadis itu langgar sekarang. Dia berani melanggar tata tertib dan kabur disaar jam pelajaran pondok.

"Assalamu'alaikum" sapa Rasyid.

Rara mendengar ada yang sedang berbicara, dia melirik sekilas dan kemudian menutup bukunya dan melepaskan earphone yang terpasang di telinganya. Sekarang ia menatap laki-laki yang ada didepanya.

Rasyid mengalihkan pandangan agar tidak terjadi kontak mata dengan wanita yang bukan mahramnya. Takut jika nanti jantungnya berdebar untuk hal yang sepele.

"Bukannya lo yang kemarin gue tabrak? Sorry gue nggak tau" kata Rara santai. Ia bahkan tidak menampakkan wajah ketakutan atau rasa bersalah.

"Nggak papa" Rasyid menggelengkan kepalanya. "Saya mau tanya sama kamu. Kenapa kamu ada disini? Seharusnya kamu ada di masjid mendengarkan ceramah udztasah" dia langsung to the point, inilah ciri khas Rasyid. Tidak suka bertele-tele.

Raut wajah Rara berubah seketika, saat ia mendengar kegiatan pondok. "Gue nggak minat ditambah gue nggak paham sama apa yang diomongin sama siapa tadi?". Rara mengernyitkan dahi mengingat sebutan untuk orang yang berjilbab besar dan selalu memberi ceramah.

"Ustadzah?" Ulangi Rasyid.

"Nah itu. USTADZAH Makanya gue cabut" Rara menekankan kata Ustadzah.

Rasyid mengehela napas mendengar Rara yang seenaknya saja. Melihat tampilan gadis yang ada didepannya sangat aneh dan terkesan "amburadul". Rambut yang bergelombang berwarna merah, baju yang ketat dan memakai celana jeans hitam yang dibagian lututnya sobek-sobek tidak jelas. Benar-benar tidak menutup auratnya secara kaffah, apalagi sikap dan cara bicaranya tidak ada sopan santun sama sekali.

"Sebenarnya ini asrama...". Belum selesai Rasyid mengatakan serentetan tata tertib yang gadis didepannya langgar, suara nyaring mampu menghentikan Rasyid.

"Kak Rara" panggil seorang gadis disebrang.

Spontan Rara dan Rasyid menoleh kesumber suara. Mata Rara terbelalak melihat siapa yang berhasil menemukannya. Dia Fatimah. Fatimah mengayunkan tangannya sebagai tanda untuk mendekatinya. Disusul oleh bu Ayu yang sedang melototi Rara. Melihat wajah sangar bu Ayu, Rara berdiri ogah-ogahan dan berjalan malas mendekati keduanya.

Rara berada didepan Fatimah dan bu Ayu. Rara memasang ekspresi datar. Telinganya sudah siap apabila ceramah panjang menghiasi gendang telinganya.

"Kenapa kamu tidak mengikuti jam ibu?" kata bu Ayu sambil berkacak pinggang, kesal meladeni sikap Rara.

"Saya malas bu. Apalagi saya tidak mengerti dengan apa yang ibu jelaskan"  Rara menjawab asal.

"Kalau begitu kamu dapat hukuman. Ayo kesini" kata bu Ayu menarik tangan Rara.

"Ya terserah deh" kata Rara pasrah dan berjalan malas mengikuti bu Ayu.

Sekarang hanya ada Fatimah dan Rasyid. Fatimah hanya tersenyum pada Rasyid kemudian meninggalkannya sendirian. Rasyid akan kembali ke kamarnya. Namun, dilihatnya buku yang tadi Rara baca. Ia mengambilnya dan akan ia kembalikan ke bu Ayu atau Rara jika bertemu dengannya.

Ra&Ra[SPIRITUAL-01]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang