30. MAKKAH

3.5K 190 9
                                    

Sudah beberapa minggu ini Rara dan
Rasyid bertemu. Di kantor, kantin dan terkadang Rasyid menemani Rara ke yayasan tempat Nuha tinggal. Seperti kali ini, Rasyid bertemu dengan Rara di kantor.

"How are you, Ra?"

"Alhamdulillah Rasyid, I am fine. Kamu mau bertemu dengan ayah?" Kata gadis berjilbab biru muda itu.

"Iya, kamu juga ingin keruangan pak Farkhan?"

Rara mengangguk. Mereka berdua berjalan bersama, namun tidak bersebelahan mengingat keduanya bukan mahram. Jadi Rara berjalan didepan dan Rasyid berjalan dibelakang.

Sesampainya di ruangan Farkhan, keduanya masuk dan memberi salam. Farkhan sedang duduk dikursinya sambil mengecek berkas yang harus ia tanda tangani. Rara mendekati ayahnya yang super sibuk dan meletakkan setumpuk kertas yang ia bawa. Farkhan mendongakkan wajahnya yang lelah dan menatap Rara penuh harap. Rara tertawa melihat wajah memelas ayahnya.

"Ayah capek ya? Sini Rara pijitin, tapi dapet bayaran". Berjalan kebelakang ayahnya.

"Dasar kamu. Minta berapa? Atau minta Rasyid saja jadi suami kamu?" celetuk Farkhan.

Mata Rara mendelik dan memukul pelan bahu ayahnya. Ehm, kalo boleh milih pasti milihnya Rasyid lah, apalagi jadi istrinya mau tingkat 100 deh kalo gitu. Ternyata Rasyid yang sedari tadi membaca koran juga terkejut dengan perkataan Farkhan. Ia berdeham dan membenarkan korannya yang hampir jatuh.

"Tuh liat,Rasyid saja mau menjadi suamimu. Jadi gimana Ra?" Goda Farkhan sekali lagi.

"Ih ayah. Ya jelas-jelas Rara maulah, apalagi Rasyid jadi suamiku" jawab Rara malu-malu.

Rara menatap Rasyid yang membaca koran. Rasyid kali ini benar-benar salting dengan perkataan Rara. Ada tawa yang muncul dari dua orang yang selalu menggoda Rasyid dan menyebabkannya menjadi salting tingkat dewa.

Rara memijat ayahnya dengan lembut, sekarang tubuh Farkhan tidak kaku lagi karena pekerjaan yang setumpuk. Matanya tertutup karena kantuk yang berlebihan. Rara menyudahi pijitannya dan berjalan kearah Rasyid. Ia duduk bersebrangan dengan Rasyid dan mengambil buku yang ada di atas meja.

"Ra". Panggil Rasyid.

"Hm?"

"Ra, kamu,kamu,...." kata Rasyid terbata-bata.

"Kamu, kamu, kamu. Kamu apaan? Dari dulu kamu kalo ngomong nggak bener, udah irit sama kepotong potong lagi" Kata Rara sedikit sebel.

"Ck, jadi orang sabar dikit, kan kamu yang memotong pembicaraan. Udah ah saya malas bicara denganmu" Rasyid mengangkat kembali koran yang tadi ia letakkan.

"Eh maaf. Jangan marah dong Rasyid" Rara memanyunkan bibirnya dan tertunduk lesu. Ternyata Rasyid orangnya tukang marah. Batin Rara

"Kamu mau pergi dengan saya ke Makkah?" Kata Rasyid tanpa ada grogi sedikitpun.

Rara memicingkan mata dan menatap heran Rasyid. "Maaf aku nggak bisa, seorang wanita tidak diperbolehkan bersafar dengan orang yang bukan mahramnya"

"Bukan pergi berdua dengan saya tapi dengan pak Farkhan, ibumu, dan Fatimah". Rasyid meletakkan korannya.

"Fatimah? Dia ikut?" Teriak Rara.

Rasyid menggangguk.

"Tapi kenapa kita pergi ke Mekkah, umrah kah? Atau ada acara lain?" Tanya Rara.

Ia masih bingung dengan Rasyid yang tiba-tiba mengajaknya pergi ke Mekkah, pasti ada maksudnya. Tapi Rara tidak bisa mengetahuinya, ia berharap Rasyid tidak melakukan hal-hal aneh dengan dirinya.

Ra&Ra[SPIRITUAL-01]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang