Setelah perdebatan kecil Rara dan Fatimah, akhirnya Rara memilih diam. Ia tidak mungkin memperpanjang masalah yang sepele.
Sekarang jam pelajaran dimulai. Ia hanya diam tidak mendengarkan guru yang mengajar. Di pikirannya masih banyak sekali pertanyaan. Rara terkejut saat guru yang berada didepan bertanya padanya. Rara kikuk dan hanya bisa tersenyum nakal karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.
Tidak lama pelajaran telah selesai. Rara dan Fatimah kembali ke kamar. Dinda sedang ada kegiatan setelah pelajaran. Rara berjalan dengan lemas tidak kuat mengangkat badannya. Fatimah tersenyum melihat Rara. Mereka berdua berjalan melewati gerbang asrama putra. Ada seorang santri putra yang sedang membaca buku sambil berjalan. Karena Rara dan santri putra itu tidak memperhatikan jalan, akhirnya mereka berdua bertabrakan. Rara langsung jatuh kebawah.
"Lo punya mata nggak sih? Kalo jalan tu lihat-lihat dong!" Bentak Rara.
"Maaf saya tidak melihat kamu"
Rara menatap laki-laki yang menabrak Rara. Ia terkejut setengah mati melihat orang yang menabraknya.
"Rasyid?" Panggil Rara.
Rasyid menoleh dan langsung menundukkan pandangannya. Rara berdiri dan berjalan mendekati Rasyid. Ia menatap Rasyid tapi tidak ada balasan. Ia berkacak pinggang dan mengangkat satu alisnya.
"Rasyid lain kali kalo jalan lihat-lihat dulu" katanya lembut. "Oh ya kenapa lo nggak ngeliat gue? Apa gue jelek? Dan setiap kali lo berbicara sama gue, lo mesti nunduk emang kenapa sih?"
Rara masih penasaran dan menatap Rasyid yang menundukkan pandangannya kearah Rara. Fatimah mendekat dan mengajak Rara untuk kembali kekamar.
"Maaf ya bang" kata Fatimah menyeret Rara paksa menjauh dari Rasyid.
Rara meronta dan mendorong pelan Fatimah agar menjauh darinya.
"Kakak, apa yang kakak lakukan tadi salah. Seharusnya kakak menundukkan pandangan kakak. Karena bang Rasyid bukan mahram kakak"
"Emang apa salahnya kalo gue ngelihatin si Rasyid? Oh lo nggak suka? Kan gue udah ngomong sama lo, kalo Rasyid bukan tipe gue" ketus Rara.
"Bukan itu maksud saya" .diam. Fatimah bingung untuk menjelaskan pada Rara yang moodnya sedang tidak baik. Rara pergi meninggalkan Fatimah.
⏪⏩
Seperti biasa Rara keluar untuk menghindari pelajaran bu Ayu. Tapi kali ini ia tidak di asrama laki-laki. Ia sekarang berada tidak tau tempat yang ia tempati. Hanya terdapat satu pohon dan padang rumput yang luas. Angin yang berhembus membuat Rara berjalan mendekati pohon dan membaca buku yang ia baca.
⏪⏩
"Kak Rara dimana sih?" Kata Fatimah cemas.
Fatimah berjalan mengelilingi asrama perempuan, namun tidak menemukan Rara. Fatimah berhenti didepan gerbang asrama laki-laki.
Apa iya kak Rara ada di asrama cowo? Apa aku tanya bang Rasyid aja ya?
Fatimah membuka gerbang asrama laki-laki. Tangannya bergetar takut jika bertemu dengan santri laki-laki yang bukan mahramnya. Ia melangkahkan kakinya melewati gerbang.
"Kamu sedang apa?"
Fatimah membalikkan badan. Didapatinya Rasyid yang sedang menatap Fatimah geram.
"Kamu harusnya sudah tau peraturan di pondokkan Fatimah?"
"Maafin Fatimah bang. Fatimah kesini mau cari kak Rara. Dia nggak ada dikamar, mungkin saja kak Rara ada ditempat biasa" kata Fatimah memohon.
"Oke deh. Abang cariin Rara. Kamu disini aja, nanti bisa timbul masalah kalo kamu masuk ke asrama laki-laki" kata Rasyid lembut.
Rasyid melangkahkan kakinya cepat. Ia tidak menemukan sosok Rara yang biasanya di taman. Kemudian ia berjalan cepat menuju Fatimah.
Fatimah menatap Rasyid yang mendekat kearahnya.
"Gimana bang, ada kak Rara?"
"Nggak ada" Rasyid menggeleng.
"Gimana nih bang. Fatimah takut kalo di marahi bu Ayu. Bantu Fatimah bang" kata Fatimah menatap Rasyid dan memegang tangannya.
Rara terkejut melihat kejadian didepannya. Fatimah pegang tangan Rasyid? Mereka berdua punya hubungan?
Fatimah merasa ada melihat kearahnya. Didapatinya Rara yang berdiri terkejut. Spontan ia melepaskan tangan Rasyid dan berjalan menuju Rara.
"Fatimah lo sama Rasyid pegangan tangan. Jangan-jangan kalian..." kata Rara terputus saat Fatimah mendekati Rara dan mengajak Rara kembali kekamar.
"Makasih bang Rasyid" kata Fatimah dengan senyum yang terlukis di wajahnya.
⏪⏩
Rara dan Fatimah berdiri berhadapan. Rara menekuk tangannya didepan dada mendengar penjelasan Fatimah. Ia masih tidak menyangka jika Fatimah melakukan hal yang tidak ia lakukan ke Rasyid.
Diam. Tidak ada yang memulai percakapan. Fatimah menundukan pandangannya dan Rara menatapnya tajam.
"Sekarang jelasin ke gue. Lo sama Rasyid ada hubungan 'kan? Nggak mungkin lo berani pegang-pegang Rasyid kalo memang nggak ada apa-apa" selidik Rara.
Hening. Kaku. Dingin.
"Sebenarnya saya sama bang Rasyid bersaudara. Dia abang saya kak" Fatimah terbata-bata mengatakannya.
Rara berdiri tegap mendengar perkataan Fatimah. Ia mengatupkan mulutnya, tidak percaya dengan apa yang ia dengar
Sodara?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Duchowe[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...