Jo sekarang berada di kamar asrama yang sederhana. Cat berwarna putih, terdapat dua kasur bertingkat, terdapat kaligrafi yang digantungkan didindung membuat kagum Jo.
"Hey rasyid. What this place?"
"Ini namanya pondok. You can study about religion in here" senyum Rasyid merekah.
Jo mengangguk. Kini ia merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.
"Kamu sama Rara ada hubungan apa ya?" Selidik Rasyid dengan gugup.
Pertanyaan itu meluncur mulus dari mulut Rasyid. Ia tidak menyangka akan bertanya hubungan Jo dan Rara. Tapi, hatinya menjadi plong setelah unek-uneknya keluar.
"OH MY GOD! Lo nggak tau? Dulu gue pacarnya Rara" kata Jo dengan penuh percaya diri.
Jadi benar. Jo dan Rara memiliki hubungan, tapi itu dulu. Sekarang mereka hanya sebatas teman dan nggak lebih. Senyum kembali hadir menghiasi bibir Rasyid.
"I'm in here to bring Rara come back to my live forever" celoteh Jo.
"What do you mean?"
"I will marry with Rara" senyum mengembang dibibir pria bule itu.
Deg.
Dari puluhan ribu kata, ia tidak ingin mendengar kata "menikah". Apalagu menyangkut tentang Rara. Kata-kata yang tidak ingin didengar Rasyid. Sisa amarah tadi masih ada. Segera Rasyid beristigfar, mungkin ini awal ujian dari Allah untuk menunjukkan sebesar apa cintanya pada Rara.
"She is funny girl, she is improper girl, she is beautiful girl. Dia gadis yang baik dan selalu ingin tau" Rasyid mendiskripsikan Rara dengan senyum tampannya.
"Kayaknya lo udah kenal banget sama Rara. Lo suka ya sama dia?" Selidik Jo.
"Eh? Saya kenal dia lewat adik saya Fatimah" Rasyid gagap mencari alasan.
"Oh Fatimah. She is your sister? Oh My GOD dia gadis yang imut, tapi sayang tampangnya galak banget" Jo tertawa kecil.
Perbincangan kecil terjadi begitu lama. Jo terlihat kelelahan setelah perjalan jauh dari Amerika ke Indonesia. Ia memutuskan untuk beristirahat sebentar. Rasyid pamit keluar karena masih ada urusan yang harus ia selesaikan. Jo mengacungkan jempolnya sebagai tanda -ya-.
⏪⏩
"Kakak masih pacaran sama Jo?" Tanya Fatimah.
"Enggak. Gue udah putus sama dia". Rara mendengus kesal mengingat kejadian barusan.
"Saya kira kakak masih pacaran dengan Jo, nanti bang Rasyid mau dikemanain" celoteh Fatimah.
"Tenang aja gue masih suka kok sama abang lo si Rasyid itu. Yah walaupun dia sering phpin gue, tapi nggak masalah kalo itu bikit deket gue sama dia" Rara menggenggam tangannya dan membayangkan Rasyid.
"Ye apaan sih kakak"
Senyum terlukis di bibir Fatimah. Rara juga ikut tersenyum. Ia mengalihkan pandangan ke lukisan ka'bah yang terpajang di dinding kamar asrama. Terbayang ia berada dikota suci yang selalu dilindungi oleh malaikat Allah. Kota yang selalu di rahmati dan diberkahi Allah. Kota yang menjadi saksi perjuangan Rasulullah menegakkan agama Allah.
"Gue pingin banget dilamar sama cowo didepan ka'bah. Kayaknya romantis banget" celoteh Rara.
Fatimah melongo mendengar perkataan Rara.
"Amin. Apalagi dilamar bang Rasyid" goda Fatimah.
Semburat merah dipipi Rara terlihat. Ia tersenyum. Membayangkan Rasyid melamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Spiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...