Rara masih cekikikan dengan Fatimah dan Dinda didalam kamar. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar, segera Rara memakai khimar yang sempat ia lepas dan menyematkan jarum pentul untuk mengencangkan khimarnya. Dari balik pintu terlihat seseorang yang masuk, Ternyata bu Ayu. Ia berjalan mendekati Rara yang wajahnya mulai pucat.
"Rara kamu hebat hari ini" kata bu Ayu sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
Rara melongo sambil melihat kearah dua temannya yang duduk dan bu Ayu secara bergantian.
"Saya bu?" Kata Rara sambil menunjuk dirinya sendiri.
Bu Ayu mengangguk.
"Iya hari ini kamu rajin sekali. Ibu tersentuh melihatnya. Beberapa hari ini ibu lihat kamu berubah. Yah walau sedikit" kata Bu Ayu.
Setelah berbincang lama dengan bu Ayu, akhirnya bu Ayu keluar dari kamar. Rara kembali membaringkan tubuhnya dan tidur.
⏪⏩
Malamnya Rara menyelinap ke asrama laki-laki untuk duduk ditaman yang biasa ia tempati. Sudah lama sekali ia tidak kesini, sebab beberapa hari ia terhalang oleh pengawas yang mengitari asrama. Disana Ia memasang earphone dan mulai membaca buku yang selalu ia bawa. Dibawah cahaya lampu neon dan musik yang menemaninya. Rara merasa dunia benar-benar hidup.
⏪⏩
Rasyid berjalan menuju kamar, membawa setumpuk kertas ujian yang baru saja di tanda tangai pak Kyai. Belum lagi ia harus mengurutkan nama para santri sesuai dengan nomor urut. Rasyid berjalan cepat untuk menyelesaikan tugasnya.
Diperjalanan ia melewati taman. Rasyid berhenti dan melihat kearah taman. Ada seorang yang duduk disana. Ada orang disana?. Batin Rasyid.
Ia berjalan menuju orang yang duduk di bangku taman. Lama kelamaan, tubuh orang tersebut terlihat seiring terangnya lampu neon yang menerangi beberapa sudut taman.
Mata Rasyid membuka mengetahui jika dia gadis yang suka membuat onar di asrama perempuan. Dia ngapain kesini?
"Assalamu'alaikum" salam Rasyid.
Orang itu menoleh dan Rasyid mengenal wajah itu. Dia Rara.
"Oh, waalaikumussalam Rasyid"
Rasyid sedikit terkejut mendengar jawaban Rara. Biasanya Rara langsung mengoceh tanpa memberi salam. Sekarang ia menjawab salam dari Rasyid. Ada senyum yang terlukis diwajah Rasyid.
Rara dibuat bingung dengan senyuman Rasyid. Deg deg deg. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya setelah melihat senyum Rasyid. Segera ia menetralkan detakan jantungnya.
"Lo kenapa? Senyum-senyum sendiri. Gila ya lo?" Cerocos Rara.
"Saya cuma mau tanya sama kamu. Kenapa kamu ada disini? Ini area asrama cowo"
"Aelah gue kira apaan. Ehm kenapa ya? Disini enak"
"Kamu nggak boleh lama-lama disini. Ini peraturan pondok. Jika bu Ayu atau pak Kyai tau kamu pasti akan dihukum lagi"
"Yah gue udah biasa dihukum. Udah nggak mempan gue ditakut-takutin sama kayak begituan" kata Rara meremehkan kata-kata Rasyid.
Rasyid melihat buku yang Rara pegang. Setiap bertemu dengan Rara ditaman, ia selalu melihat Rara membaca buku.
"Kamu suka baca buku?"
"Kepo lo" bentak Rara
Rasyid bungkam. Rara tertawa renyah melihat Rasyid yang langsung diam setelah ia bentak.
"Sorry. Gue sengaja" Rara tersenyum tipis. "Iya gue suka baca buku. Emang kenapa? Lo mau baca buku juga?"
"Saya sudah punya dikamar. Kamu tidak membaca Al-Qur'an sekalian?" Tanya Rasyid.
"Mana paham gue baca begituan? Memang baca Qur'an itu wajib?"
"Itu adalah kewajiban seluruh umat muslim. Rugi jika kita tidak membaca Al-Quran. Barang siapa yang membaca satu huruf dalam kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu berlipat ganda menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak menganggap itu satu huruf, tapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf (HR. Tirmidzi). Kamu bisa membayangkan, hanya dengan membaca basmalah kamu bisa mendapatkan 190 kebaikan"
"Gitu ya. Gue aja nggak bisa bacanya. Gimana dong?"
"Kamu harus belajar membacanya. Ada dua pahala bagi orang yang belum lancar membaca Al-Qur'an yaitu pahala karena membaca Al-Qur'an dan pahala karena ada keinginan belajar Al-Qur'an"
"Oh. Kapan-kapan gue baca Qur'an deh"
"Kok kapan-kapan?"
"Nggak ada yang ngajarin. Fatimah sama Dinda lagi sibuk. Atau lo aja yang ngajarin gue. Sini" goda Rara sambil menepuk bangku kosong yang ada disebelahnya.
"Nggak. Itu nggak boleh" omel Rasyid
Rara tertawa geli melihat tingkah Rasyid yang berusaha untuk tidak dekat-dekat dengannya.
Rasyid memutar kedua bola matanya untuk mencari ide. Terlintas dikepalanya untuk menakuti Rara.
"Sebenarnya didekat sini ada kuburan tua yang dikeramatkan oleh penduduk" bisik Rasyid dengan wajah ketakutan.
Rara diam. Kuburan? Kuburan keramat?. Rara memandang sekilas sekitarnya. Angin bertiup pelan dan mulai terdengar suara jangkrik ditambah lampu di taman mulai redup. Rara tidak karuan, ia menatap Rasyid takut.
"Kalau begitu saya pergi dulu. Assala...."
Tangan Rasyid digenggam Rara erat. Rasyid menelan ludah. Ini pertama kalinya ia dipegang wanita yang bukan mahramnya.
"Gue takut. Jangan tinggalin gue dong disini" rengek Rara.
Rasyid mencoba melepaskan genggaman Rara. Jantungnya berdegup dengan cepat. Walau bukan sentuhan yang sengaja, tapi ini tidak diperbolehkan.
"Tolong singkirkan tanganmu" kata Rasyid dengan nada memberontak.
"Eh? Emang kenapa nggak boleh pegang tangan lo?" Modus Rara.
"Kita bukan mahram"
Rara melepaskan tangan Rasyid dan mulai menatapnya heran. Ni orang sok suci banget sih.
"Emang yang jadi mahram elo itu siapa aja siapa sih? Gue nggak termasuk?" Cerocos Rara.
Rasyid diam mendengar perkataan Rara. Walau itu pertanyaan tapi itu juga bisa membuat jantung Rasyid berdetak kencang. Segera Rasyid membalikkan badan.
"Lebih baik kamu tanya sama Fatimah aja apa itu mahram. Saya akan masuk ke dalam, bahaya jika ada orang yang lihat kita berduaan disini"
Segera Rasyid berjalan meninggalkan Rara. Ia berhenti sejenak dan membalikkan badan melihat keadaan Rara. Pikiran untuk mengerjai Rara terlintas dipikiran Rasyid.
"Kamu segera masuk. Hati-hati nanti ada arwah gentayangan dari kuburan keramat itu"
Setelah kepergian Rasyid. Ia segera meninggalkan taman.
⏪⏩
Rara memasukki kamarnya dengan napas yang naik turun. Fatimah dan Dinda melihat kearah Rara. Dia berjalan maju menuju kasurnya yang empuk dan kemudian menjatuhkan badannya di kasur.
"Gila si Rasyid berhasil nakutin gue" kata Rara dengan napas yang masih naik turun.
"Kakak tadi keasrama cowo lagi? Kenapa kakak suka banget kesana?" Cerocos Fatimah.
Diam.
Rara menutup matanya. Dibayangannya masih ada wajah Rasyid dengan senyuman yang terlukis diwajahnya. Tanpa sadar Rara menarik bibirnya dan wajahnya mulai memanas. Jantungnya berdetak kencang.
Masak iya gue suka sama Rasyid?
Wajah Rara memerah seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Spiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...