"Maaf saya tidak bisa menjalankan hubungan yang kamu inginkan. Saya belum siap"
"Jangan cintai saya karena ketampanan,kasta, dan harta. Tapi cintai saya karena Allah"
"Jangan jadikan dirimu sebagai wanita yang murahan"
Kata-kata itu terngiang ditelinga Rara. Ingin sekali Rara memukul keras Rasyid yang berhasil membuatnya hancur. Dia ditolak mentah-mentah tanpa mendengarkan penjelasan Rara.
Gue kira lo juga suka sama gue. Kenapa lo care sama gue, kalo emang lo nggak suka sama gue. Busuk lo Syid. Cowo nggak tau diri lo Rasyid. Busuk lo!
Teriak Rara dalam hati. Sakit. Kali ini Rara menyerah. Ia berjalan gontai menuju kamarnya.
Sekarang ia berada didepan pintu kamarnya. Rara membuka pelan pintu dan dilihatnya Fatimah yang sedang tadarus. Ia berjalan dan merebahkan tubuhnya di kasur. Pikirannya kalang kabut.
"Kakak baik-baik aja kan?"
"Nggak usah sok care deh lo sama gue" bentak Rara.
Fatimah terkejut mendengar perkataan Rara. Walau ia sering mendengar Rara berkata kasar padanya, tapi kali ini beda.
"Kakak kalo ada masalah cerita. Jangan kayak gini"
"GUE BILANG JANGAN SOK CARE SAMA GUE. LO SAMA ABANG LO SAMA AJA. BUSUK!"
Fatimah bungkam. Rara mengatainya "busuk". Tidak hanya ia bahkan Rasyid ikut dalam perkataannya. Fatimah mendekati Rara dan duduk disampingnya.
"Saya tau kakak lagi ada masalah sama bang Rasyid. Emang bang Rasyid ngapain kakak?"
"SOTOY LO! Bilang sama si Rasyid nggak sok suci deh. Kalo nggak suka tinggal bilang aja, nggak usah pake acara belum siap"
Fatimah berpikir sejenak. Ia menyatukan semua perkataan Rara dan menghubungkan dengan keadaan Rara.
"Kakak ditolak kak Rasyid?"
Rara sedikit terkejut Fatimah bisa mengetahui keadannya. Rara mengalihkan pandangannya.
"Saya tau alasan bang Rasyid nolak kak Rara. Itu karena bang Rasyid sayang sama kak Rara"
"SAYANG? Lo bilang sayang? Kalo sayang kenapa nggak mau terima gue jadi pacarnya. Emang susah?" Kata Rara menahan tangis.
"Bang Rasyid menyayangi kakak lewat doanya disetiap ia sholat dan pacaran itu tidak diperbolehkan kak. Itu sama aja berkhalwat, berduaan dengan yang bukan mahram kita. Dosa kak. Karena bang Rasyid tau gimana sifat asli kakak. Mungkin ini salah satu rencana Allah untuk mempersatukan kakak sama Bang Rasyid"
"Mempersatukan? Yang ada tambah jauh. Tuhan itu bener-bener nggak adil. Bahkan gue sering berpikir tuhan itu ada nggak sih?"
"Astagfirullah kak. Istigfar. Kakak lagi emosi dan banyak jin yang mengelilingi kakak. Pikirkan kak bagaimana kakak bisa hidup jika tidak ada Allah? Bagaimana kakak bisa merasakan cinta dan kasih sayang jika tidak dari Allah? Ingat kak Allah itu adil. Yah walau saya tidak tau kenapa Allah tidak terlihat,tapi Allah selalu ada didalam hati saya. Karena Dialah Dzat yang menuntun saya kejalan yang benar. Yang maha pembolak balik hati. Mungkin aja kakak hari ini sedih, besok bisa jadi kakak bahagia"
"Dan asal lo tau dia ngecap gue wanita murahan. Cewe mana yang nggak sakit hati kalo di kayak gituin?" Bentak Rara.
Fatimah menundukkan kepalanya. Ia tidak mengira kakak yang ia sayangi ternyata berani mempermalukan seorang wanita.
"Mungkin bang Rasyid ingin mengingatkan kakak, tapi bang Rasyid salah menyampaikannya"
"Terserah"
Rara belum bisa menerima pernyataan dari Fatimah. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain agar Fatimah tidak melihat air matanya yang keluar.
"Kak, maafin bang Rasyid kalo udah menyakiti perasaan kakak. Bang Rasyid itu sayang sama kakak. Saya yakin itu"
"Udahlah jangan ngehibur gue dengan hal yang nggak akan terjadi" Rara menghapus air matanya.
Fatimah berdiri dan mengambil Qur'an yang ia baca.
"Baca Qur'an kak. Insyaallah semua masalah kakak sedikit demi sedikit hilang. Karena Al-Qur'an adalah obat untuk semua penyakit hati" kata Fatimah dengan senyuman yang mengembang.
Rara menerima Qur'an dari Fatimah. Ia melongo dan kemudian menatap kosong al Qur'an yang sekarang ada ditangannya.
"Kakak saya masih ada urusan. Saya tinggal ya kak" pamit Fatimah.
Fatimah berjalan menuju pintu kamar. Rara menatap punggu Fatimah. Tanpa sadar ia memanggil Fatimah.
"Kenapa lo care sama gue? Padahal gue sering banget kasar sama lo"
"Karena kakak sahabat saya. Sahabat selalu ada di kala sedih dan senang. Seorang sahabat selalu membantu sahabatnya saat kesulitan dan Allah senang sekali jika sesama muslim menjalin persaudaraan yang kuat. Saya ingin kakak jadi teman surga saya, nggak hanya didunia tapi diakhirat. Saya pamit keluar dulu kak. Assalamualaikum"
Fatimah keluar meninggalkan Rara. Air mata Rara tidak bisa terbendung lagi,hatinya berasa diobati namun obat yang diberikan terlalu banyak. Sakit.
Lo emang sahabat gue Fatimah. Maafin gue sering kasar sama lo. Gue seharusnya nggak pantes jadi sahabat lo. Bahkan jadi sahabat surga lo. Makasih udah mau percaya sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Spiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...