"Dan nikmat tuhanmu manakah yang telah engkau dustakan" Q.s Ar-Rahman.
"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbilah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi" Q.s Al-Mu'minun [40]:5
"Dan, mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang" Q.s An-Nissa [4]:106
"Dan, Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan, tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun" Q.s Al-Anfaal [8]:33
Rara membaca random Al-Qur'an. Matanya masih basah oleh air mata. Maha besar Allah yang masih mencintai hambanya walaupun sering mengingkari perintahnya. Tiap kali Rara membaca Al-Qur'an ia selalu mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.
"Krek"
Terdengar suara pintu terbuka. Dilihatnya Fatimah yang berdiri dengan wajah yang pucat. Fatimah berjalan dan duduk disamping Rara. Rara dibuat bingung dengan wajah Fatimah yang pucat.
"Lo nggak papa?"
Fatimah menggeleng.
"Assalamu'alaikum"
Dinda masuk kekamar. Senyum yang mempercantik wajahnya mulai luntur ketika melihat wajah Fatimah.
"Astagfirullah Fatimah. Kamu nggak papa?" Tanya Dinda curiga.
Fatimah mengangguk.
"Saya masih sebel sama kakak saya"
Rara dan Dinda saling menatap bingung. Rara tidak menyangka, Fatimah menemui Rasyid. Apa mungkin setelah Rara menceritakan keadaannya hari ini pada Fatimah.
"Kakak? Kamu punya kakak di pondok. Siapa" selidik Dinda.
"Rasyid" jawab Rara.
"Hah?! Kamu sama bang Rasyid? Sodara? Masyaallah kenapa kamu nggak bilang ke aku. Kalau tau gitu aku bisa tanya kekamu tentang bang Rasyid" teriak Dinda dengan histeris
Fatimah dan Rara menatap datar Dinda.
"Ye, lo tu gimana sih. Temen lagi susah malah bahagia. Tisu lo" cerocos Rara.
"Maaf. Saya tidak menyangka jika bang Rasyid kakaknya Fatimah. Jadi kamu lagi masalah apa sama kakakmu?"
Fatimah menghela napas dan mengusap pelan wajahnya.
"Jadi gini, bang Rasyid nolak kak Rara" kata Fatimah polos.
Rara tersentak. Spontan ia menarik Fatimah dan menutup mulutnya pelan. Matanya melotot dan bibirnya manyun.
"Gila ya lo. Jangan bilang ke orang lain. Harga diri gue mau dikemanain? Secara Rara itu nggak pernah ditolak sama cowo. Jatuh deh harga diri gue gara-gara mulut lemes lo" bisik Rara.
Rara melepaskan tangannya.
Dinda terkejut mendengar pernyataan Fatimah. Ada tawa yang keluar dari mulut Dinda. Disusul tatapan tajam Fatimah dan Rara. Dinda membeku."Saya mewakili kak Rara sebagai seorang wanita kita juga berhak untuk menyatakan perasaan kita dan saya juga bilang ke bang Rasyid jangan pernah menge-jugde cewe murahan"
Tangan Rara menutup kembali mulut Fatimah yang lemes. Ditatapnya tajam.
Ni cewe nggak bisa jaga rahasia apa? Mulut kok lemes banget.
"Nggak papa kali kak. Kitakan sahabat. Buat apa sahabat ada didunia ini kalo nggak buat bahagiain sahabatnya?"
Rara tersenyum mendengar perkataan dinda. Ia sangat bersyukur bertemu dengan Dinda dan Fatimah. Dua makhluk ciptaan Allah yang mengerti perasaan dan keadaannya. Rara melepaskan tangannya dari mulut Fatimah.
"Alhamdulillah terlepas dari belenggu tangan kak Rara" kata Fatimah polos.
Tawa muncul di antara ketiganya. Rara diam seketika. Ia masih memikirkan keadaannya. Ia ingin berhijrah menjadi lebih baik, tapi ia takut mengungkapkannya.
Fatimah dan Dinda masih cekikikan.
Ya Allah jika benar ini yang terbaik untukku, maka bantulah aku untuk dekat dengan-Mu
"Gue mau berubah menjadi lebih baik" kata Rara lantang.
Sunyi. Dinda dan Fatimah tidak ada yang bicara. Mereka melihat kearah Rara.
"Biasa aja kali ngelihatinnya serem tau. Kayak liat setan"
Ada semyum yang terlukis diwajah Fatimah. Ia mendekati Rara.
"Masyaallah kak. Alhamdulillah kakak dapat hidayah dari Allah" kata Fatimah memeluk Rara.
Mata Rara terbelalak mendapatkan pelukan dari Fatimah. Ia membalas pelukan dari Fatimah.
"Iya. Makanya bantu gue jadi orang yang lebih baik" menepuk pelan punggung Fatimah.
"Udahan kali meluknya ,seneng banget meluk gue. Nanti kalo ada yang lihat dikira kita pasangan lesbian"
Sontak perkataan Rara membuat Fatimah melepaskan pelukannya dan menjauh dari Rara. Rara tersenyum nakal.
"Saya masih normal kak"
"Oke maaf. Gue sengaja. Terus gue harus gimana biar jadi baik?"
"Kakak harus menunaikan ibadah sholat, Zakat, menutup aurat, kakak harus bisa jujur baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, berbuat baik kepada sesama terutama orang tua, jangan mendekati Zina, sabar dengan semua cobaan yang Allah berikan dan syukuri nikmat yang telah Allah berikan"
"Buset gue harus ngelakuin semua itu?"
Fatimah dan Dinda mengangguk.
"Kalo gue nggak ngelakuin semua itu gimana?"
"Kakak termasuk orang yang rugi. Ingat kak azab Allah lebih pedih. Tadi kakak juga bilangkan mau jadi orang baik? Sabar dan istiqomah kak, Allah Maha mengetahui lagi Maha penyayang"
⏪⏩
Makasih yang masih setia membaca :) semoga Allah merahmati kalian. Maaf kalo ceritanya rada Absurd, banyak tugas banyak pikiran..
Komen dan Vote ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Spiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...