11. JANTUNG BERDEBAR [2]

3.5K 191 1
                                    

Rara berdiri dibelakang pohon asrama laki-laki. Hari ini ia membolos disemua kelas dan mengikuti kegiatan di asrama laki-laki. Tidak lain tujuannya adalah Rasyid.

Gue harus tau kamarnya Rasyid.

Dia masih setia menunggu Rasyid yang sedang latihan bela diri. Satu langkah untuk mendekatkan dirinya pada Rasyid. Tidak perlu waktu lama Rara berdiri dibangku dekat tempat latihan Rasyid. Rara menaruh pelan dan merapikan rantang yang berisikan makanan.

Semoga dengan ini lo bisa suka sama gue. I love you Rasyid.

Segera Rara berlari menuju tempat persembunyiannya. Dilihatnya Rasyid yang selesai latihan dan melihat rantang dan tertulis namanya. Senyum mengembang di wajah Rasyid, membuat Rara juga ikut tersenyum.

"AW! Sakit tau" Rara menjerit.

Rara membalikkan badan. "Gila ya lo!" Bentak Rara

Dilihatnya bu Ayu yang melototinya.

"Siapa yang gila? Saya?"

"Eh bu Ayu sayang. Enggak kok bu. Ibu nggak gila" kata Rara manja sambil senyum nakal.

Bu Ayu melihat kesegala arah. Ia menatap Rara.

"Kamu ngapain disini?"

"Ngintip orang mandi bu"

Bu Ayu tambah melotot kearah Rara.

"Ya enggaklah bu, mana suka saya kayak begituan. Saya kesini buat Rasyid"

"Apa?" Bu Ayu meninggikan suaranya.

"Kangen Rasyid bu"

Sekarang bu Ayu bekacak pinggang dan menyeret paksa Rara keluar dari asrama laki-laki.

Teriakan Rara membuat semua santri yang ada dilapangan memusatkan perhatiannya padanya, tak terkecuali Rasyid yang menatapnya heran. Rara melambaikan tangan kearah Rasyid, kemudian ia membalasnya dengan anggukan. Tak lupa senyum tampannya.

"Masih pake acara da da lagi"

"Bawel banget sih bu. Ibu iri ya? Apa mau juga?"

"Iri? Eh enggaklah saya mah sering sama suami saya"

"Aelah. ceritanya curcol nih?"

"Sesekali nggak papalah. Yang penting kamu ikut ibu ke kantor"

Rara memanyunkan bibirnya dan masih meronta agar bu Ayu melepaskannya.

Rasyid dan temannya hanya cekikikan melihat kelakuan Rara.

"Kayaknya si ukhti suka sama kamu deh Rasyid. Siapa namanya?"

"Namanya Rara"

Rasyid tersenyum saat menyebut namanya.

"Wih ada makanan. Sikat"

Rasyid melihat rantang makanan yang diberi Rara sudah berpindah tangan. Spontan Rasyid mengambil rantang dari tangan temannya.

"Iya saya tau, makanan itu dari Rara. Saya nggak akan menghabiskannya kok. Nyoba dikit aja"

Kikuk.

"Maaf" Rasyid memberikan rantang itu kembali ketemannya.

⏪⏩

Rara kembali datang ke area asrama laki-laki. Ia tengah berdiri didepan gerbang pembatas, pandangnnya tak pernah berhenti memantau asrama laki-laki. Dia sedang mencari dimana Rasyid berada. Kaki nya pun melangkah dan tangannya membuka gerbang pembatas. Rara melangkah semakin dalam memasuki asrama laki-laki.

Dilihatnya seorang laki-laki yang tengah berjalan dengan terburu-buru. Rara pun bertanya kepada laki-laki itu.

"Kamarnya Rasyid dimana?"

"Disana" sambil menunjuk sebuah pintu.

"Thanks"

Rara berlari menuju pintu yang dituju. Santri yang memberitau Rara terkejut melihat keberadaan Rara.

"Neng jangan kesana" teriak santri tadi.

Rara tidak menghiraukan apa yang dikatakan santri tersebut. Langkahnya terus maju mendekati pintu itu.

Ini kamarnya Rasyid?

Tanpa mengucapkan salam, ia langsung membuka pintu tersebut. Dia terbelalak melihat apa yang ada didalam.

Rasyid sedang mengganti bajunya.
Mata mereka bertemu sesaat.

Rasyid nggak pake baju.

"AA....!!" Teriak Rara sekeras mungkin dan menutupi semburat merah yang menghiasi pipinya.

"Eh Rara" kata Rasyid pelan.

Rara berlari menjauhi kamar Rasyid. Rasyid langsung memakai baju dan berjalan menuju pintu.

Semua santri keluar dari kamar dan mendekati Rasyid.

"Itu siukhti kenapa bang teriak?" Tanya salah satu temannya.

"Saya juga tidak tau"

Santri yang bergerombol berbisik dan menatap tajam Rasyid.

"Lalu kenapa si ukhti bisa masuk asrama cowo?"

Rasyid hanya mengherdikan bahu. Ia tidak percaya Rara akan melakukan hal senekat ini. Pertemuan mereka sangat awkward, saat Rasyid mengganti pakaiannya.

Malu banget saya ketemu sama kamu dalam keadaan seperti tadi.

⏪⏩

Napas Rara naik turun setelah berlari cukup kencang. Dia bersandar di depan pintu kamarnya.

Awkward banget sih.Ternyata badan Rasyid six pack juga.

Wajah Rara memerah seketika.

BRUK!!

Rara jatuh. Dia melihat Fatimah membuka pintu.

"Maaf kak saya nggak tau"

"Resek lo! Lain kali lihat-lihat dulu kalo mau buka pintu" cerocos Rara.

Rara langsung masuk kedalam kamar. Fatimah mengikuti arah Rara pergi.

"Kakak tadi keasrama cowo ya?"

"Sotoy lo"

"Udah kelihatan. Tu wajah kakak merah mesti habis ketemu sama bang Rasyid"

"La itu udah tau"

Fatimah tersenyum kearah Rara.

"Kayaknya kakak suka sama bang Rasyid ya?"

"Enggak tau gue masih abu-abu. Makanya gue mastiin dengan cara ketemu sama dia"

"Aku restuin kakak sama bang Rasyid. Semoga Allah mempersatukan kalian sampai di pelaminan"

"AMIN"

Kata Fatimah dan Rara bersamaan.

Ra&Ra[SPIRITUAL-01]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang