Ditaman dekat asrama laki-laki dimana ia sering bertemu dengan Rasyid sekarang menjadi mulai memanas setelah Rara menyeret paksa Jo ke tempat tersebut. Keadaan tempat itu memang tidak berubah, masih ada kenangan yang terlukis. Malam ini bintang tidak memenuhi ruang kosong di langit, hanya ada beberapa bintang yang masih setia menerangi malam yang sunyi ini. Rara sekarang berdiri berhadapan dengan Jo. Wajahnya yang mulai letih, enggan menatap orang didepannya. Jo dibuat bingung dengan sikap Rara.
"Are you okay Ra?"
"Lo jangan deketin Rasyid lagi" kata Rara dengan nada tinggi.
Jo diam. "Kenapa? Dia udah berani deketin lo" bentak Jo.
Jo melangkah maju dan menggenggam tangan Rara erat. "Ra, I don't like him. Gue nggak suka dia deket-deket sama lo. Karena lo milik gue"
Rara menghempaskan kasar tangan Jo dan menatapnya geram. Ia memutar kedua bola matanya heran, kenapa Jo masih mempertahankan hubungan yang sudah jelas tidak dapat disambung kembali. Menurut Rara semua yang Jo lakukan untuk menarik perhatiannya sama sekali tidak berpengaruh kepadanya.
"Milik lo? Sejak kapan? KITA UDAH PUTUS! Jadi lo bukan siapa-siapa gue lagi dan lo nggak berhak ngatur hidup gue Jo". Rara meninggikan suaranya berharap Jo bisa mendengar setiap kata yang terucap dari bibir merah mudanya, tanpa harus mengulangi atau menekankan satu per satu kata lagi.
Jo terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut gadisnya. Secara Rara yang ia kenal jarang sekali membentakknyan, jarang sejali memarahinya. Tapi akhir-akhir ini Rara selalu memarahi bahkan membentak Jo, seperti memberi jarak yang nyata antara keduanya. Ia tidak percaya Rara lebih membela Rasyid daripada dirinya.
"Don't joke honey" kata Jo lirih.
"Joke?! I don't joke Jo and don't call me honey, please. I don't like this" bentak Rara.
Jo ragu sekarang dengan perasaan Rara terhadapnya. Ia mengangkat dagu Rara dan menatapnya lekat. Mata mereka beradu, Rara tidak kuat menatap Jo, kemudian membuang muka agar tidak menatap pria bule yang berada didepannya. Ia tau pasti ada luka dihati pria bule yang pernah menjadi kekasihnya, yang mengisi setiap relung hatinya.
"Ra, I really really love you. Dan gue ingin lo nikah sama gue" tawar Jo sekali lagi, penuh dengan keyakinan.
Rara gemetar, ini bukan pertama kalinya Jo melamarnya. Tapi rasanya masih sesak menerima kenyataan ini. Rara mundur beberapa langkah dan mulai mengatur perasaannya.
"Jo gue harus bilang berapa kali, kalo gue belum bisa"
"Why? Karena Rasyid?"
Rara menggeleng. "Bukan, ini keputusan gue Jo. Lo nggak denger penjelasan gue waktu awal lo ngelamar gue? Kita beda Jo. Kita beda agama dan islam melarang pernikahan beda agama. Satu hal lagi Jo, pernikahan bukanlah hal yang sepele. Gue nggak suka"
Jo geram dengan pernyataan Rara. Agama, agama selalu agama. Bahkan Jo berpikir bahwa agama itu ada didunia ini untuk mengekang hidup seseorang.
"Agama lo itu selalu ngekang orang"
"Enggak Jo, bukan mengekang tapi memperbaiki"
Jo berkacak pinggang dan menaikkan satu alisnya.
"Memperbaiki? Lo nggak mikir lihat penampilan lo sekarang, nggak cantik. Mana Rara yang dulu huh?"
Nada Jo meninggi karena amarah mulai tidak bisa dibendung.
"Rara yang dulu udah hilang dan diganti Rara yang lebih baik. Gue nggak mau masuk kelubang yang sama lagi Jo. Gue nggak mau kenal dengan alkohol, balapan liar, dan clubbing. Gue nggak mau Jo" Rara menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Espiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...