Ramadhan sudah berjalan melebihi selama 3 minggu. Semua santri diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Namun tidak dengan Rara, ia memilih tetap tinggal dipondok. Ia enggan melihat ayahnya dirumah, walau rasa rindu bertemu ibunya tidak dapat dibendung.
Rara duduk bersender di tembok sambil membaca bukunya yang lumayan tebal. Fatimah berjalan mendekati Rara yang tengah sibuk dengan bukunya.
"Ehem, kak" panggil Fatimah.
Rara mendongakkan kepalanya dan menatap Fatimah.
"Kakak mau pergi dengan saya?" Kata Fatimah basa basi.
Mata Rara melotot. Ia senang sekali, sebenarnya sudah lama ia ingin keluar jalan-jalan dari pondok.
"Oke, yuk, kita pergi"Rara langsung mengiyakan permintaan Fatimah. Tidak butuh waktu lama Fatimah dan Rara berjalan menuju gerbang pondok.
Rara berhenti dan matanya menatap seseorang yang ada didepan gerbang. Rasyid. Rara bertanya-tanya kenapa Rasyid menunggu didepan gerbang, apa mungkin Rasyid ikut. Fatimah yang menyadari keanehan Rara hanya berdeham menyadarkan Rara. Rara nyengir dan berjalan beriringan bersama Fatimah. Sekarang mereka berdiri didepan Rasyid.
"Maaf kak sebelumnya. Saya tidak memberitau kakak. Kita pergi sama bang Rasyid"kata Fatimah.
Rara merasa senang sekali. Ada rasa yang tidak bisa terlukiskan didalam hatinya. Ia menyembunyikan senyumannya dari Rasyid. Sebenarnya Rasyid juga terkejut dengan kedatangan Rara yang akan pergi bersamanya.
Semoga berjalan lancar ya Rab.
Mereka bertiga berjalan menuju halte bus terdekat. Karena sebentar lagi akan idul fitri, jadi jarang ada bus yang lewat. Mungkin para sopir bus sudah pulang kekampungnya masing-masing. Tidak lama menunggu, ada bus yang berhenti didepan mereka. Segera mereka menaikki bus tersebut.
Didalam bus keadaan sangat ramai. Yah apa boleh buat karena sebentar lagi idul fitri dan sudah menjadi tradisi untuk pulang kekampung halaman. Fatimah sudah mendapatkan tempat duduk, sedangkan Rasyid dan Rara berdiri menunggu ada kursi yang kosong. Rara berdiri dikerumunan orang yang membawa banyak barang. Didesak, dihimpit dan terkadang didorong.
Aelah, ini bis apa pasar? Didalem kayak ikan pepes. Panass...
Rara tidak nyaman dengan keadaan ini, apalagi sulit untuk bernapas. Wajahnya mulai pucat dan tubuhnya lemas karena kurang udara. Badannya benar-benar tidak kuat. Rara merasa ada yang menariknya keluar dari desakan orang-orang yang tidak sabar dan itu berhasil. Sekarang dia berada didepan orang yang menariknya. Ia mendongak menatap orang itu, mata yang ia sangat kenali. Ternyata Rasyid. Wajahnya memanas seketika, ia belum pernah sedekat ini dengan Rasyid. Bahkan ia bisa melihat setiap inci wajah Rasyid dan mencium harum parfum yang Rasyid kenakan. Jantungnya berdegup kencang dan ia mengalihkan pandangannya keluar jendela.
"Makasih ya, Rasyid" Rara menundukkan pandangannya, agar tidak terlihat wajah merahnya.
Rasyid juga merasakan hal yang sama. Hal apa yang membuatnya menarik Rara kehadapannya. Hening. Tidak ada pembicaraan diantara Rara dan Rasyid. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Kamu tidak apa?" Tanya Rasyid memulai pembicaraan.
Rasyid sedikit memundurkan badannya untuk memberi ruang pada Rara untuk berbicara.
Rara mengangguk. "Iya gue nggak papa. Makasih, kalo nggak ada lo gue udah jadi ikan pepes disana". Rara menatap Rasyid dengan senyum manisnya.
"Alhamdulillah" Rasyid membalas senyum Rara.
Keduanya mengobrol banyak hal. Sampai pada akhirnya mereka tidak menyadari jika mereka sudah sampai ketempat tujuan. Fatimah berjalan bersama Rara dibelakang Rasyid. Mereka bertiga berjalan melewati kampung yang ramai. Ada sebagian orang yang menyapa Fatimah atau Rasyid. Rasanya ada yang aneh. Rara menatap Fatimah dengan penuh pertanyaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/64735857-288-k490832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Spiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...