Kita diciptakan Allah untuk menyembahNya. Jika kita belum memahami maksud itu, maka hidup akan terasa kosong.
Jo sekarang membaringkan tubuhnya di kasur sambil menatap langit-langit kamar. Ia masih mengingat perkataan Rara. Bingung. Itu yang ada dipikirannya sekarang. Bukanlah hal yang mudah untuk mencari jati diri, butuh waktu dan kesabaran yang besar untuk menemukan jati diri. Ia memalingkan wajahnya dan pandangannya sekarang tertuju pada Al-Qur'an milik Rasyid yang tertinggal. Jo bangkit dan mengambil Al-Qur'an. Untungnya Al-Qur'an milik Rasyid adalah Al-Qur'an terjemahan, jadi Jo dapat memahami isi kitab umat islam yang ia baca.
It's very beautiful. Gue nggak nyangka kalo kitab orang islam sangat menarik.
Krek.
Pintu terbuka, Jo menatap kearah pintu. Dilihatnya Rasyid berdiri didepan pintu dengan luka lebam yang belum sembuh. Segera Jo memalingkan wajahnya dari Rasyid. Rasyid berjalan mendekati Jo.
"Saya minta maaf atas kejadian semalam"
"Lo nggak salah, gue yang salah. Gue minta maaf, lo bener cinta itu fitrah manusia dan nggak seharusnya gue ngelarang lo suka sama Rara"
Ada senyum yang menghiasi bibir Rasyid. Dilihatnya tangan Jo yang sedang membawa Qur'an miliknya. sadar dengan tatapan Rasyid, Jo langsung memberikan Al-Qur'an pada pemuda berpeci yang berdiri didepannya.
"Sorry gue pinjem nggak bilang"
"Nggak papa jika kamu mau baca silahkan"
Jo mengangguk. Rasyid duduk dikasurnya dan mengambil Qur'an miliknya yang lain. Kemudian ia membaca Qur'an. Jo mendengarkan setiap kata yang dibaca Rasyid, hatinya bergetar dan tanpa sadar air matanya menetes.
"Lo keren banget. Padahal lo nggak nyanyi tapi suara lo merdu"
"Terima kasih, kamu mau coba baca?" Tawar Rasyid.
"No". Jo menggelengkan kepalanya pelan.
Ia membaringkan tubuhnya dan menatap kembali langit-langit. Ada desakan perasaan yang aneh menggebu-gebu dalam dadanya, rasa ingin tau yang besar tentang Islam, Allah dan nabi Muhammad. Yang membuat Jo selama ini bertanya-tanya. Ditatapnya Rasyid yang tengah sibuk dengan kitab ditangannya.
"Islam itu apa Syid?"
"Islam adalah agama dan agama adalah petunjuk. Jadi Islam adalah petunjuk bagi seluruh umat"
"Emang Islam nunjukkin apa?"
"Islam itu menunjukkan mana yang salah dan mana yang benar"
Jo mengangguk paham. Pikirannya tidak fokus, jantungnya berdegup kencang dan perasaan tidak bisa ditebak kali ini. Gelisah dan ingin tau. Itulah perasaan Jo kali ini. Beribu pertanyaan menggunung diotak Jo.
"Rasyid, I know your God. Lo sering nyebut dia Allah, tapi gue nggak pernah liat tuhan lo when you pray for Allah. Why? Why Allah not in here to hear your duas? Tuhan lo sebenernya ada nggak sih?". Jo menatap tajam Rasyid, ia menyiapkan telinganya agar mendengar jelas tiap kata yang akan diucapkan Rasyid sebagai jawaban.
"Allah selalu ada. Kamunya aja yang tidak merasakan kehadiran Allah. Allah selalu ada untuk hambanya jika hambanya mengingat-Nya. Jika seorang hamba ingat kepada Allah dalam dirinya maka Allah akan mengingatnya. Jika seorang hamba mendekat ke Allah sejengkal maka Allah mendekat kepada hambanya sehasta. Jika sehasta maka Allah akan mendekat sedepa. Jika berjalan maka Allah akan datang dengan berlari kecil" jeda Rasyid menghela napas.
"Allah selalu mendengar doa seorang hamba, karena Allah maha melihat lagi maha mendengar" lanjut Rasyid menatap Jo yang kebingungan.
Jo mangut-mangut, mengerti atau tidak, ia paksa untuk mengerti semua perkataan Rasyid. Entah perasaan apa yang menggelayuti hati Jo sekarang, namun yang ia perlu ketahui adalah hatinya serasa plong setelah mendengar perkataan dari Rasyid. Ada rasa bahagia yang tidak bisa terungkap dari dalam diri Jo setelah mengenal Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Spiritual[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...