"Gue nggak suka dipaksa. Kenapa sih semua orang suka maksa gue? Nggak usah sok care deh sama gue." bentak Rara di depan cowo berpeci itu. Dia membuang muka, tidak mau melihat sesentipun wajah alim Rasyid. Baginya, lelaki yang baru saja menceramahinya sama dengan kebanyakan orang. Suka sekali menuntut!
Rasyid menghela napas, memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana panjang yang menutupi kakinya. "Cobalah untuk bersabar dan selalu syukuri apa yang terjadi." Ucapnya dengan penuh kesabaran. Memang, ini bukan hal baru lagi baginya, tapi menghadapi makhluk berspesies Rara ini, sama saja seperti menghadapi tumpukan batu di lereng gunung. Keras.
Gadis berambut panjang itu mendecak sebal. "Gimana bisa sabar? Tiap kali gue ngelakuin hal yang menurut gue bener selalu dianggep salah." Rara mendengus kasar. Alis matanya meninggi seiring emosi labilnya yang tak terkontrol.
"Kamu hanya melihat satu sisi dimana sisi yang kamu lihat itu adalah sisi buruk. Memang kamu pernah untuk melihat sisi baik dari peraturan?"
Diam. Sepi tidak ada pembicaraan diantara Rasyid dan Rara.
Rara memilih bungkam daripada berdebat dengan Rasyid. Bosan dengan keadaan ini, apalagi tak ada perubahan sedikitpun dari Rara, akhirnya lelaki melihat jam yang melingkar di tanganya, waktunya untuk kembali ke kamar dan mempersiapkan pelajaran untuk besok.
"Peraturan dipondok di buat agar para santri atau murid mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Inshaa Allah itu bisa digunakan sebagai bekal kita di akhirat. Peraturan memang dibuat dengan sifat memaksa, tapi itu untuk kebaikan diri kita sendiri. Agar kita menjadi orang yang disiplin dan lebih tanggung jawab. Kalo begitu saya pergi dulu, assalamu'alaykum." Pesannya pada gadis itu. Rasyid mengatakan hal penting pada Rara sebelum dia pergi meninggalkan gadis yang membawa buku di depannya. Tubunya berjalan menjauh dari lokasi menuju tempat beristirahat.
Rara termenung sejenak. Sekelebat persepsi menghujam perspektifnya. Dia nyaris gila oleh pikiran-pikiran yang masuk secara paksa ke dalam otaknya. Apalagi, dia belum tahu nama lelaki yang menceramahinya beberapa detik barusan.
Tak ingin rasa penasarannya memuncak, Rara segera mengambil keputusan. "Tunggu." kata Rara sambil melempar batu kecil dan mengenai punggung Rasyid. Seketika Rasyid berhenti dan membalikkan badannya.
"Nama lo Rasyid 'kan?" Rara menaikkan kembali alisnya sebagai tanda menanyakan sesuatu dan menunggu jawaban itu. Di tempatnya dia berteriak, "Gue Adora Listiana. Lo bisa panggil gue Rara. Jadi kalo lo nemuin buku gue yang ketinggalan, lo bisa balikin buku itu ke gue."
Bergegas, langkah besarnya berlari kecil ke arah Rasyid. Rara berdiri sembari mengulurkan tangannya. Berusaha berkenalan secara formal dengan lelaki kaku itu
Lelaki berpeci dan memakai baju koko tersebut melengkungkan senyum indah. "Hai, Rara. Nama saya Muhammad Ar-Rasyid. Kamu bisa panggil saya Rasyid." Rasyid menelangkupkan tangannya.
Karena Rasyid tidak membalas uluran tangannya. Segera ia menarik kembali tangannya yang hampa.
"Senang bisa berkenalan denganmu, saya harus kembali ke kamar. Kamu harus segera kembali ke kamarmu sebelum ada keamanan yang datang. Dan maaf, seperinya ini kesalahan saya.. sebenarnya ikhwan tidak diperbolehkan bertemu dengan akhwat bila tidak ada keperluan yang penting, tapi karena tadi saya melihat kamu di area ikhwan, jadi saya menegaskan tata tertib itu. Afwan, jika menyinggung perasaan kamu, Ra." Ucapnya lembut. Tatapan teduh mata itu tidak lepas dari bumi.
Rasyid berjalan meninggalkan Rara.
Selanjutnya, Rara mengangguk paham dan melanjutkan membaca. Tidak lama bu Ayu datang, gurat wajah tak suka tercetak jelas di sana. Tanpa basa basi, bu Ayu menggandengnya paksa untuk mengikuti kegiatan pondok. Rara meronta bahkan sempat menatap bu Ayu tajam, tapi mata Rara kalah oleh tatapan mata bu Ayu. Mau tidak mau dia berjalan mengikuti bu Ayu
![](https://img.wattpad.com/cover/64735857-288-k490832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra&Ra[SPIRITUAL-01]
Tâm linh[On Editing] CERITA TIDAK URUT, MOHON DIPERHATIKAN URUTANNYA!! Tinggal di pondok? Tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak Rara. Gadis belia itu yang sekarang berusia 18 tahun, yang baru saja pulang dari Amerika. Harus menjalani kehidupan yang...