Dina terbaring di ruang uks. Semua teman volinya menunggu di luar. Sedangkan, di dalam uks ada Tia, Jordan, dan Hendra.
Perlahan, mata Dina terangkat. Perlahan dan perlahan.
"Jordan, Hendra. Dina.." Ucap Tia mengagetkan kedua laki laki tersebut.
"Aduh, gue dimana?" Tanya Dina sambil berusaha duduk dan memegang kepalanya.
"Udah, lo boboan aja," ucap Hendra.
"Tanding volinya terus tadi gimana?" Tanya Dina.
Jordan menghela napasnya, "terpaksa diberhentiin, karena lo tiba tiba pingsan sambil mimisan," katanya.
"Kenapa diberhentiin?" Tanya Dina kecewa.
Tia mendengus kesal, "ish, udah dibilangin, tanding volinya itu diberhentiin karena lo pingsan dan mimisan Dina Andita Graham!" Katanya.
"Engga, maksud gue, kenapa diberhentiin karena gue pingsan? Kan pemainnya banyak, kenapa mesti karena gue pingsan?" Tanya Dina ngeyel.
"Itu karena lo adalah murid yang paling di sayang sama pelatih," Jawab Jordan.
Senyum Dina mengembang mendengar ucapan Jordan. Seketika, senyum Dina menghilang.
"Tapi, apa bunda gue--" ucap Dina terhenti ketika seorang wanita cantik yang umurnya sudah setengah abad memasuki ruang uks dengan cemas.
"Dina sayang, kamu kenapa bisa seperti ini?" Ucap wanita itu khawatir. Sangat khawatir.
"Bu- bun- bunda?"
Wanita cantik itu Nida.
"Kamu kenapa, nak?" Tanya Nida mengelus pipi Dina, dan mengecup keningnya.
"Engga bun, Dina gapapa," Jawab Dina seakan akan tidak ada yang terjadi padanya.
"Alah, alesan lo, lo udah ganggu kegiatan gue," ucap seorang gadis yang tadi masuk ke uks bersama Nida.
Ya, dia Dita.
"Engga gue engga ganggu kegiatan lo, jelas jelas daritadi gue di sini di sekolah engga liat lo, jadi gue engga ganggu lo kan?" Bela Dina.
"Ehm, kami permisi dulu, cepet sembuh ya, Din. Permisi, tante," pamit Tia, Hendra, dan Jordan tiba-tiba.
'Mesti mereka bertiga yang udah bikin bunda dan Dita kesini', batin Dina
"Gini ya, tadi gue lagi pacaran sama Adit, dan lo ganggu gue karena temen laknat lo telpon gue, gue sih engga panik," jelas Dita dengan nada menjengkelkan.
"Terus? Hubungannya sama gue paan?" Tanya Dina tanpa merasa bersalah.
"Iihh, lo tu ya," Dita hendak menjambak rambut Dina, tapi dewi fortuna memihak Dina. Nida melerai mereka.
"Kalian itu udah besar masih aja berantem, dan kamu Dita, janganlah kamu kaya gitu sama kakamu, dia masih sakit," ucap Nida. Dita mendengus kesal.
"Ah udah ah, Dita mau pergi," ucap Dita seperti anak kecil yang merajuk karena tidak diberi permen.
"Lah Dita, nanti bunda sama Dina pulang naik apa?" Tanya Nida.
"Naik taksi aja sono," ucap Dita dingin. Tidak pamit kepada Nida dan Dina, Dita menunjukkan sikap kebenciannya kepada Dina.
Nida menghela napasnya, "tapi sekarang kamu udah gapapa kan?" Tanyanya masih cemas.
"Dina udah baikan kok."
Nida tersenyum mendengar putrinya berkata sudah baikan.
"Hmm, bun, sekarang, kita pulang naik apa?" Tanya Dina.
"Gue anterin mau gak?" Tanya seseorang yang ternyata dari tadi menunggu di luar yang sekarang berada di ambang pintu uks yang terbuka.
Adit. Adit orangnya.
"Engga usah, dit, engga, gue sama bunda naik taksi aja," tolak Dina secara halus.
"Udah ayo, hemat uang juga, yakan tante?" Ajak Adit.
"Udahlah, Dina, bunda juga.. Gabawa dompet, saking paniknya tadi ditelpon Hendra kalo kamu pingsan, jadinya lupa deh bawa dompet," jelas Nida.
"Eh, Dita gimana tuh? Lo tinggal dia ya?" Tanya Dina.
"Apaansih engga, tadi dia katanya mau pulang naik taksi, lagi bad mood mungkin," jawab Adit.
"Oh,"
Dina, Adit, dan Nida segera meninggalkan uks. Tiba tiba, tanpa Dina sadari, Adit mengelus tangan Dina perlahan.
Ternyata, ada orang yang mengamati mereka. Laki laki dan perempuan.
'Kemaren Dita, sekarang Dina. Dasar cowok gaktau diri, awas aja lo besok' batin laki laki itu.
'Mau lo apasih, dasar cowok kegatelan,' dan batin perempuan itu.
***
585 words lah buat kali ini, lagi males nulis sebenernya, tapi ya buat kalian apa sih yang engga, eak eak.
So, di mulmed itu Dina yaa, Chloe Grace Moretz as Dina Andita Graham.
So, jangan lupa vomments, okeoke?
Love yaaa!

KAMU SEDANG MEMBACA
Hated
Genç KurguDita adalah satu orang yang sangat penting bagi Dina. Namun, Dina berpikir, bahwa Dita hanya menganggapnya kembaran biasa. Ya memang Dita hanya menganggapnya biasa. Namun suatu hari nanti, Dita akan menyesali anggapannya.