Dina turun dari mobil dan memasuki kafe. Dina melihat dua orang laki laki yang sepertinya sudah mengantuk menunggunya."Woi," ucap Dina saat sudah sampai di meja dua orang laki laki itu. Hendra dan Jordan.
"Astaga Dina, lo ngagetin gue tau gak. Dan lo tau? Ini udah jam berapa? Jam 3! Dan lo tau sebenernya kita ketemuan harusnya jam berapa? Jam 2!!!!" Panjang lebar Jordan. Ya, dia harus selalu tepat waktu. Bahkan, Jordan tidak pernah telat berangkat sekolah, dan uniknya, dia selalu sudah berada di sekolah jam 06.15.
"Udah lah, Dan. Kan lo tau Dina itu pikun dan tidak peka." Jawab Hendra. Dina menjitak kepala Hendra, dan Hendra melayangkan tanda peace di tangannya.
"Lo emang kemana aja sih?" Tamya Jordan.
"Gue cuma di rumah." Jawab Dina kalem.
"Lo emang ngapain dulu sih? Padahal kan kita pulang jam 12, masa lo bisa telat?" Tanya Jordan lagi.
Gue engga mau cerita, karena di sini ada Hendra. Jadi di rumah tadi itu ada Adit yang lagi ngapel. Gue harus mengendap ngendap dulu, biar Adit ga ganggu gue. Bisik Dina pada Jordan.
"Ooh okeoke," jawab Jordan. Hendra bingung.
"Apaan sih lo berdua? Ngatain gue lo ya?" Tanya Hendra yang sensitif seperti pantat bayi.
"GAK" Jawab Dina dan Jordan bareng.
"Ooh,"
Dasar gak peka, batin Dina.
"Lo juga gak peka kali, Din," jawab Jordan. Dina bingung.
"Lo bisa baca batin orang ya?" Tanya Dina.
"Bisa lah, Jordan, apa sih yang gak bisa dari Jordan?" Jawab Jordan bangga.
"Terserah."
Dina POV
Rasanya aneh, aku mulai pusing.
"Din, lo gakpapa?" Tanya Hendra.
"I'm okay," jawab ku.
"Eeh, Din. Gue punya firasat buruk deh sama lo. Kayaknya lo bakal di landa masalah besar." Ucap Jordan tiba tiba.
"Jangan ngaco deh, gue pusing nih," jawabku.
"Tadi katanya gakpapa," ucap Hendra.
"Tau ah,"
Lama lama semakin parah. Aku merasa kepala ku sudah tak bisa di kontrol. Aku mau pulang.
"E eh, Din, lo gak papa?" Tanya Jordan.
"Gue gak, gak, pa, pah," jawabku terbata bata.
"Mendingan lo pulang deh," saran Hendra.
"Mau pulang gimana? Gue bawa mobil, dan gue gak bisa nyetir kalo lagi pusing gini," jawab ku.
"Gue tadi naik bus kesini, gue bisa nyetir mobil, yaudah gue setirin." Ucap Hendra.
"Yakin?" Tanya ku.
"Kalo Hendra gakbisa nyetir, Jordan bisa kok," ucap Jordan sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Pulangnya gimana?" Tanyaku saat kepalaku sudah menempel di meja kafe.
"Tenang, gue tadi berangkat naik bus bareng Hendra kok, palingan nanti juga bareng lagi, kan gue tetanggaan sama Hendra," jawab Jordan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hated
Novela JuvenilDita adalah satu orang yang sangat penting bagi Dina. Namun, Dina berpikir, bahwa Dita hanya menganggapnya kembaran biasa. Ya memang Dita hanya menganggapnya biasa. Namun suatu hari nanti, Dita akan menyesali anggapannya.