Dita POV
gue membuka mata gue perlahan. Banyak selang dan alat alat medis di sebelah gue. Gue dimana?
"Dita..." Ucap seseorang lirih. Bunda.
"DOKTER DOKTER, ANAK SAYA SUDAH SIUMAN DOK!!" Lanjut bunda teriak. Bunda menangis, menangis bahagia. Tapi gue ngerasa ada sesuatu di balik tangisan bunda.
Dokter dan para suster langsung masuk.
"Maaf Bu Nida, mohon keluar sebentar. Saya akan mengecek keadaan putri anda," ucap dokter itu.
"I-iya dok," jawab bunda terisak dan keluar dari ruangan.
Author POV
Nida keluar ruangan masih terisak. Adi suaminya, Tia, Hendra, Jordan pun langsung berdiri dari tempat duduknya karena melihat keadaan Nida.
"Ada apa?" Tanya Adi panik. Langsung memeluk Nida.
"Dita yah, Dita sudah sadar," ucap Nida masih terisak di pelukan Adi (author baper ni).
"Alhamdulillah." Syukur Tia, Hendra, dan Jordan serempak.
"Tapi bunda, soal.." Ucap Tia hati-hati. Ia tak mau membuat ibu dari sahabatnya ini sakit.
"Bunda akan beritahu Dita saat dia sudah benar benar sehat" ucap Nida lembut.
Tia tersenyum. Baru kali ini ia melihat seorang ibu yang selalu sabar saat anaknya koma. Tidak seperti ibunya, yang mementingkan baju-baju mewahnya. Tia juga teringat saat Nida mengatakan bahwa Tia, Hendra, dan Jordan sudah dianggap anak sendiri oleh Nida.
Flashback on
4 bulan sebelum Dita sadar dari komanya.
"Tante, yang sabar" ucap Tia sambil memeluk Nida.
"Tante, sudah. Tante jangan nangis lagi, dia gak akan tenang kalau tante nangis terus" ucap Hendra juga sedih melihat ibu dari teman sebangku dan doinya seperti ini.
"Iya tante, yang sabar, dia juga akan sedih jika melihat tante seperti ini" ucap Jordan sambil memberikan sapu tangan kepada Nida.
Nida menghapus air matanya menggunakan sapu tangan yang diberikan Jordan, "kalian sudah tante anggap anak anak tante sendiri, jadi kalian panggil bunda saja" ucapnya sambil tersenyum.
"Iya bunda."
Flashback off
Tia tersenyum mengingat hal itu lagi, dan semakin ia mengingat hal itu juga, itu membuat ia sedih.
"Back to earth, Valentia" ucap Hendra menepuk bahu Tia.
Tia tersenyum miris. "Gue kangen dia, Ndra," ucapnya.
"Gue juga" ucap seorang yang tak lain dan tak bukan adalah Jordan. "Dan kita harus terima takdir kalo dia yang bakal duluan" lanjutnya.
Tak terasa, satu bulir air mata terjatuh dari mata Tia. Mengetahui itu, kedua laki-laki tersebut langsung memeluk Tia, "udah Tia. Just let her go" ucap Hendra.
Tia menghapus air matanya kasar, "I'll try."
"Eh, ke kafetaria yuk, gue laper nih" ucap Jordan sambil mengelus elus perutnya.
Hendra mendengus kesal, "alah, lo sebenernya mau modus sama mbak mbak kasir yang di situkan, ngaku lo?"
"ya enggaklah, udah makeup nya tebel banget kayak kamus bahasa Indonesia, suka gosip lagi, gile aja gue suka sama mbak mbak nya itu, idiw." Balas Jordan.
Tia terkekeh pelan, "udah udah, Jordan lo mau ke kafetaria? Gue juga nih, gue mau beli minum"
Jordan tersenyum puas, "yaudah ayuk" ucapnya lalu menarik tangan Tia.
**
Olaa!! Aku minta maaf karena gantungin, terus tau update cuman sedikit nulisnya, im so sorry, karena lagi banyak tugas, dan habis ukk ini. Dan sepertinya makin lama makin gaje nih cerita. Oh iya, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang muslim yaa.
Olekah lako gebitu,
Vomments.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hated
Teen FictionDita adalah satu orang yang sangat penting bagi Dina. Namun, Dina berpikir, bahwa Dita hanya menganggapnya kembaran biasa. Ya memang Dita hanya menganggapnya biasa. Namun suatu hari nanti, Dita akan menyesali anggapannya.