Happy reading!**
Citt
Sebuah mobil terparkir rapi di pinggir taman yang luas dan indah. Namun, taman itu tak banyak bahkan tidak ada yang mengunjungi karema letaknya yang berada di pinggiran kota. Hendra turun dari mobil dan diikuti oleh Dita.
Dita mengernyitkan dahinya, "Taman?" Tanya Dita.
"Iyap" jawab Hendra.
"Lo kenapa ngajak gue kesini?" Tanya Dita lagi.
"Lo gak suka ya?" Tanya Hendra menghiraukan pertanyaan Dita.
"Ya engga sih, cuman bingung aja kenapa lo ngajak gue ke taman" ucap Dita.
"Ya karena ini masih lagi belum terlalu siang dan panas juga, mumpung masih seger. Ya gue ajak lo kesini aja" ujar Hendra.
"Oh."
Mereka terus berjalan, tapi mereka sudah melewati taman. Dan masuk ke hutan hutan.
"Emm, Hendra" ucap Dita pelan, bahkan bisa di katakan seperti bisikan.
"Kenapa?" Tanya Hendra.
"Kita kayanya kelewatan deh" ucap Dita pelan lagi.
"Engga kok. Eh, lo kenapa ngomong pelan pelan gitu?"
"Gue takut ntar kalo gue ngomong keras keras ada beruang terus ntar dia nerkam kita. Gue gak siap untuk masuk rumah sakit lagi" Dta bergidik ngeri atas khayalannya yang konyol itu.
Hendra tertawa keras keras, "hahaha, di sini itu engga ada beruang, binatang aja engga ada. Tapi kalo ada, tenang. Ada kakang Hendra di sini" ujar Hendra.
"Bener yaa, kalo sampe ada binatang, gua gampar lo" ancam Dita.
Hendra terkekeh pelan, "iya iya".
Dan mereka terus memasuki hutan yang sangatlah luas itu. Merasa sudah sampai mereka pun berhenti. Tepat di depan mereka terdapat rumah pohon dan dekat di pinggir danau.
"Ini tempat bagus banget anjirr" ucap Dita senang.
"Lo suka?" Tanya Hendra.
Dita mengangguk semangat, "sukaa. Suka banget. Makasih yaa udah ngajak gue kesini, gue seneng banget"
"Iya dah sama sama"
Mereka memasuki rumah pohon yang lumayan besar itu.
"Eh, tapi ini rumah pohon siapa?" Tanya Dita saat ia dan Hendra sudah berada di dalam rumah pohon tersebut.
"Punya gue" jawab Hendra enteng.
"Bohong lo pasti kan?" Tanya Dita tak percaya.
"Ih, dibilangin kok gapercaya, nih liat nih bukti kalo ini rumah pohon itu punya gua" ucap Hendra sambil menunjuk-nunjuk dinding, terdapat coretan 'hendra ganteng' di sana.
Dita menggelengkan kepalanya tidak percaya, "segitu pedenya ya lo sampe ditulis hendra ganteng"
"Jadi cowo itu harus pede dong. Kalo gapede ntar gabisa modus ke cewe cewe" ucap hendra sambil mengedipkan satu matanya ke Dita.
"Najis tai" balas Dita sambil memasang wajah sok mau muntah.
"Awas ntar muntah beneran. Kali lo muntah ini rumah phon ntar jadi bau gara gara lo"
"Mimpi apa gue bisa deket sama dia" gumam Dita pelan namun masih dapat didengar oleh Hendra.
Hendra terkekeh pelan.
Lalu suasana menjadi hangat diantara mereka. Tak terasa waktu sudah hampir sore.
Hendra mengecek jam tangannya, di sana menunjukkan pukul 02:15.
"Ayo Dita, udah hampir sore nih, tar gue dimarahin bunda lagi. Kan bisa berabe" ucap Hendra.
"Yaah padahal gue lagi pengen di sini" ucap Dita cemberut.
Hendra terkekeh, "udah deh mukanya jangan ditekuk gitu. Tambah jelek tau ga?"
Bibir Dita tambah maju 3 senti.
Hendra terbahak, "ayok lah pulang, nih bunda nelfon" ucap nya sambil menunjuk handphone nya yang berdering dan tertera nama 'bunda dita' di sana.
"Yodahlah, ayok" ucap Dita.
**
-TBC-

KAMU SEDANG MEMBACA
Hated
Teen FictionDita adalah satu orang yang sangat penting bagi Dina. Namun, Dina berpikir, bahwa Dita hanya menganggapnya kembaran biasa. Ya memang Dita hanya menganggapnya biasa. Namun suatu hari nanti, Dita akan menyesali anggapannya.