So, ini setengah pov nya Dita yaaa, enjoy!
**
Hari ini, hari pertama gue resmi pacaran sama Adit. Aduh, seneng nya gue.
Gue turun dari kamar ke meja makan. Di meja makan, udah ada bunda dan ayah, dan pula Dina. Dina mah cuek sama gue, mungkin dia masih marah sama gue kemaren. Bodo amat.
"Pagi ayaah, bundaa.." Ucapku sambil memeluk mereka.
"Gak lupa juga sama kembaranku sayang, Dina." Lanjutku.
"Apaansih lo?" Ucap Dina ketus. Dina memakan rotinya santai.
"Hussh, Dina, gakboleh gitu ah sama adek," Ucap bunda ke Dina. Yes, bunda memihak gue. Dina cuek, dan melanjutkan makannya.
"Bun, yah, Dita berangkat dulu, Assalamualaikum,"
"Gak sarapan dulu?" Tanya bunda.
"Gak deh bun,"
"Yaudah ini, kamu bawa bekal aja," Kata bunda sambil menyodorkan bekal makanan
"Iya bun, yok Din, kita berangkat," Ucapku. Dina langsung beranjak dari tempatnya dan meraih tas ransel.
"Dina berangkat bun, yah, Assalamualaikum," Ijin Dina sambil mencium punggung tangan ayah dan bunda. Gue pun sama.
"Waalaikumsalam," ucap ayah dan bunda kompak.
Gue melajukan mobil gue lambat. Gue ngelihat ke arah Dina. Yap, Dina masih marah sama gue. Au, bodo amat yang penting gue deket sama Adit.
Di parkiran
Di sana, gue udah ditunggu sama pangeran impian. Adit tercintah udah nunggu.
Gue turun dari mobil begitu juga Dina, "Hai, sweetheart." Sapa Adit ke gue. Sumpah, hati gue berbunga bunga sekarang.
"Hai juga, sweetheart," jawab gue. Gue gak ngerasa kalau ternyata pipi gue merah bak kepiting rebus.
"Udah ya gue ke kelas dulu," Ucap Dina tiba-tiba. Dina langsung pergi meninggalkan gue dan Adit.
"Dina kenapa, yang?" Tanya Adit.
"Tau tuh, udah yuu.." Jawab gue. Adit merangkul gue. Duh akhirnya.
Dina POV
Aku berjalan menuju kelas. Aku mendapati Hendra di bangku kelas menunduk. Aneh.
"Hen, lo kenapa?" Tanyaku.
Hendra mengangkat kepalanya. Yang benar saja, dia menangis. Tapi untuk apa?
"Heh! Lo itu kenapa?!" Tanyak lagi.
"Itu tuh, gara gara ngelihat adek lo sama Adit tadi, dia langsung lari ke sini. Dan habis itu dia nangis," Jawab seseorang yang sedang membersihkan papan tulis. Dia Jordan.
Aku mengangguk, "Ooh, efek cemburu nih?" Tanyaku.
"Apaan sih? Gue gak cemburu, gue-gue-gue cuman terharu aja," jawab Hendra terisal isak.
"Terharu Dita pacaran sama Adit mah iya,"
"Terserah."
Aku dan Jordan tertawa terbahak bahak. Baru kali ini, aku dan Jordan melihat seorang Hendra lagi galau akut.
Beberapa menit kemudian, satu persatu murid berdatangan.
Bel berbunyi, Bu Asri-guru kimia- datang. Pelajaran dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hated
Novela JuvenilDita adalah satu orang yang sangat penting bagi Dina. Namun, Dina berpikir, bahwa Dita hanya menganggapnya kembaran biasa. Ya memang Dita hanya menganggapnya biasa. Namun suatu hari nanti, Dita akan menyesali anggapannya.