2

3K 273 44
                                    

Naomi mengerjapkan matanya. Sekali. Dua kali. Naomi mengucak matanya lalu beranjak dan bersenderdi kepala kasur. Naomi meregangkan tubunya lalu melirik ke sampingnya. Ia tersenyum tipis lalu memutuskan untuk segera memasak mengingat hari ini ia harus mengantar Sinka ke sekolah.

"Mi?" panggil Beby pelan.

Naomi yang hendak keluar dari kamarnya langsung kembali berbalik ke arah kasurnya. "Ya? Kenapa?"

Beby memegangi kepalanya. Naomi mengerutkan keningnya lalu duduk di samping Beby. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Naomi sambil memegang bahu Beby.

Beby menggeleng sambil tersenyum tipis. "Nggak, aku nggak apa-apa."

"Gimana kita ke klinik di kota nanti sekalian anter Sinka? Aku takut kepala kamu kenapa-napa." ucap Naomi sedikit cemas.

Beby menggeleng. "Nggak, aku nggak apa-apa, cuma kepala bagian belakang aku sakit aja."

Naomi diam sejenak lalu mengangguk. "Yaudah, kamu istirahat aja dulu, aku mau buat sarapan sekalian bangunin Dudut dulu ya." ucap Naomi mengusap bahu Beby lalu beranjak dari kasur.

"Mi?" panggil Beby. Naomi menoleh.

"Makasih ya."

"Hehe, iya. Sama-sama."

Setelah Naomi keluar dari kamar. Beby merenung di kamar dengan pikiran kosong. Tidak mengingat apa-apa selain wajah Naomi yang ia lihat dari awal. Entah mengapa setiap memikirkan kejadian yang lampau kepala Beby menjadi sangat sakit dan mendadak semuanya menjadi hitam. Tidak ada apa-apa.

Beby sama sekali tidak mengetahui dirinya siapa. Hanya mengetahui namanya yang ia dapat dari Naomi kemarin. Tempat lahir, tanggal lahir, kedua orang tuanya, tempat dimana ia tinggal pun ia tidak tahu. Dia hanya mengetahui dirinya bernama Beby. Dan ia mengetahui bahwa sekarang ia tinggal bersama dengan Naomi dan Adik lucunya yang bernama Sinka.

Karena tidak mau terlalu memikirkan semuanya yang sama sekali tidak bisa Beby ingat, Beby memutuskan untuk beranjak dari kasur ke arah gorden lalu membukanya serta membuka jendela sekaligus. Beby menghirup dalam-dalam udara yang masih terasa segar belum tercampur bahan kimia apa pun. Segar. Ya, udara disini sangat segar dan hamparan rumput hijau yang membuat perasaan menjadi tenang dan syahdu.

Setelah puas menghirup udara, Beby memegangi perban-perban yang menempel mulai dari pergelangan tangan hingga sikut serta perban yang melingkari keningnya. Sebenarnya, apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa tubuhnya di perban?

Beby berjalan keluar dari kamar Naomi lalu memutuskan untuk bertanya dengan Naomi yang sedang sibuk berkutat dengan alat-alat masaknya.

Merasakan hadirnya seseorang, Naomi menoleh ke arah belakang lalu tersenyum saat menemukan Beby duduk memperhatikannya di kursi.

"Boleh minta tolong?" tanya Naomi tanpa menatap Beby.

"Apa?"

"Bangunin Sinka. Kamarnya di sebelah kamar aku. Kalau nggak bangun, ancam aja bilang 'Jaket pandanya nanti aku bakar' oke?" ucap Naomi yang di balas anggukan oleh Beby.

Beby berhenti di depan pintu yang dihiasi gantungan panda dengan tulisan nama 'Sinka' di tengahnya. Beby sadar, bahwa Sinka menyukai panda.

Tanpa mengetuk pintu kamarnya, Beby langsung masuk ke dalam kamar Sinka. Nuansanya sama dengan kamar Naomi yang di dominasi dengan warna cokelat. Hanya berbeda kamar Sinka di hiasi dengan boneka panda dan pernak-pernik dari panda. Kalau Naomi hanya di penuhi dengan buku-buku serta ada topi koboi yang ia tata di dekat lemari bajunya.

"Sinka, bangun yuk. Tuh Ci Naominya udah nyuruh kamu bangun. Kamu sekolah kan?" ucap Beby sambil menggoyangkan tubuh Sinka.

Ia merasa, ini bukanlah dirinya. Ia merasa menjadi seperti ini bukanlah dirinya. Tetapi...entah mengapa atmosfer di rumah ini mengatakan bahwa yang ia lakukan tadi itu tidak salah.

Back to me, please [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang